4 Nov 2019

Apakah Haji atau Umroh Harus Dipaksakan ?

Oleh Mochammad Nasrudin
(Ust. Monas)

ADA pertanyaan masuk ke WA saya, "Ustadz, setahu saya haji atau umrah itu wajib bagi yang mampu saja. Kalau ga mampu, apa harus dipaksakan?" Saya ingin merespon pertanyaan itu sesuai dengan yang saya tahu. Ini juga bagian kewajiban kita untuk saling memberi tahu untuk kebaikan.

Bapak/ibu yang terhormat, Pelaksanaan ibadah itu, khusus ibadah wajib, menurut saya ya harus dipaksakan agar tertunaikan. Kalau tidak kita akan dikalahkan oleh hawa nafsu kita. Sholat itu berat lebih-lebih lagi sholat subuh. Tapi percayalah, awalnya berat bagi yang belum terbiasa. Mudah bagi yang sudah terbiasa. Bagi yang belum pernah, atau belum terbiasa, dia harus memaksa hawa nafsunya agar tunduk terhadap perintah Allah. Artinya, memang harus dipaksa, kan?

Zakat pun, sama. Kalau kita tidak memaksakan, tidak memaksa mengalahkan nafsu kita, kita lebih senang menggunakan harta kita untuk urusan duniawi, maka pasti kita tidak akan pernah bisa berzakat. Selalu akan ada alasan kita untuk tidak berzakat.

Terkait dengan kewajiban haji dan umrah, saya ingatkan jangan salah paham. Yang dimaksud dengan 'mampu' di sini bukan semata-mata berhubungan dengan uang dan kekayaan yang mesti melimpah. Tapi manistatho'a ilaihi sabiila itu adalah mampu untuk berangkat dan kembali pulang. Meskipun ia dengan berjalan kaki atau mengendarai unta yang sangat kurus, misalnya maka itu pun disebuat mampu. Artinya orang itu disebut berkemampuan untuk menunaikan haji atau umroh.

Orang Arab kalau mau haji atau umrah, cukup bawah mobil atau motor sendiri. Meeka tidak perlu bayar puluhan juta ke travel. Orang Pakistan, India, Yaman, dll yang sanggup tanpa travel, banyak yang berjalan kaki untuk memenuhi panggilan Allah. Bahkan orang tua kita dulu berjalan kaki berbulan-bulan untuk bisa menunaikan panggilan Allah ke Tanah Suci.

Jadi, ukuran mampu itu lebih di tekad dan niat, Saudaraku. Banyak penjual gorengan, pemulung, mampu sampai ke Baitullah, padahal secara ekonomi mereka tidak mampu.tapi merek mau, dan akhirnya mampu memaksa kesenangan dirinya dengan menabung untuk bisa memenuhi panggilan Allah. Sebaliknya banyak juga orang punya mobil banyak, tanah berserak tapi hingga saat ini belum juga sampai ke Baitullah. Jadi, mampu di sini lebih kepada tekad dan niat yang kuat .

Bagi yang belum pernah sampai ke sana, wajib dipaksakan karena untuk taat harus dipaksa. Kalau tidak kita tidak akan sampai hingga ajal menjemput. Padahal hal ini wajib. Kita tahu, "Barangsiapa memiliki kemampuan, kesempatan, kendaraan, tapi tidak mau hadir ke rumah Allah hingga ajal menjemput, maka ia akan kembali ke Allah dalam keadaan Yahudi atau Nasrani. Nauzubillah min dzalik.

Sama halnya Nabi Ibrahim diuji Allah untuk menyembelih putra yang dicintai untuk memenuhi perintah-Nya. Tapi ketika Ibrahim mampu memaksa hawa nafsunya dan lebih memilih Allah, maka Allah tidak mengambil Ismail, tapi menggantinya dengan domba. Sesungguhnya ini ujian kita, lebih memilih Allah atau dunia. Dan Allah tidak butuh uang kita, tapi Allah hanya menguji keimanan kita. Yang lolos ujian pasti Allah ganti semuanya lebih baik.percayalah. Justru dengan berhaji dan berumroh, Allah akan membuat kita mampu dan kaya secara ekonomi,  karena kita sedang mendekati dzat yang maha kaya, maha membagi rezeki.

Sementara ini kita selalu merasa tidak mampu kalau untuk Allah, tapi merasa mampu kalau untuk dunia. Kenapa kita mampu kredit rumah, mobil, motor, tapi merasa tidak mampu kalau untuk berhaji atau umrah? Bagi kita, uang Rp 100-ribu rasanya besar kalau untuk sedekah di masjid, tapi uang Rp 1-jt rasanya kecil kalau untuk ke mall atau berbelanja.

Bagi yang benar benar tidak mampu, mungkin Allah tidak akan menghukumi kita, tapi ukuran mampu atau tidak, hannya Allah dan diri sendiri yang tahu. Mungkin kita bisa membohongi manusia dengan mengatakan tidak mampu agar gugur kewajiban ke Baitullah,. Namun kita tidak akan mampu menipu Allah. Allah maha tahu kemampuan kita. Hukum Allah yang memutuskan, kita termasuk orang yang mampu, atau pura-pura tidak mampu kalau untuk Allah. Dikatakan tak mampu, tapi rupanya mampu untuk urusan duniawi. Inilah yang salah.

Tekad dan orientasi serius ke Allahlah letak kata kunci kemampuan. Karena Allah pasti memampukan siapapun yang bersandar pada kekuatan yang Maha Mampu.

Semoga kita termasuk orang yang mendapatkan hidayah dan dimampukan iman kita oleh Allah, sehingga mampu memaksa diri kita untuk lebih taat kepada perintah Allah. Mau mati Islam sempurna atau mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani, ya kitalah yang memutuskannya.

Merapatlah ke kami, insyaallah kami bisa membantu Anda menemukan solusinya agar sampai ke Baitullah. Menguatkan niat dengan sungguh-sungguh. Diajak mendekat malah menjauh, bagaimana akan dapat solusi, bagaimana akan sampai ke Baitullah? Semoga bermanfaat.***

Monas Inspire
Mochamad Nasrudin
081266557203

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar