24 Nov 2019

Maulid Nabi di Wonosari: Solawat Nabi Menjadi Ciri

Oleh M. Rasyid Nur
ADA catatan tersendiri setiap memperingati hari kelahiran Nabi di Wonosari. Tidak sekadar mengundang penceramah kondang atau kandang tapi tetap mengundang grup solawatan sebagai penyeimbang. Karena acaranya memperingati kelahiran junjungan, Nabi Muhammad maka tetap dan selalu ada Solawat Nabi yang berkumandang. 

Malam ini, Sabtu (23/11/19) malam Ahad kembali warga kampung Wonosari menghelat peringatan kelahiran Nabi. Penceramahnya Ustaz Agus Sutisna dan pejabat Pemerintah yang diundang dan hadir ada Pak H. Anwar Hasyim selaku Wakil Bupati Karimun. Pejabat lain yang ikut mengiringi sebagai rombongan Wakil Bupati, selain ustaz sebagai penceramah adalah atas nama Camat Meral, Pak Almizan yang sehari-hari menjabat sebagai Lurah Baran Barat. Kenapa Lurah Baran Barat tentu saja karena lokas Masjid Al-Ubudiyah, Wonosari tempat dihelatnya peringatan ini  berada di sini. Bu Camat, mungkin tidak bisa hadir.

Bahwa inti peringatan hari-hari besar selalu tausiahnya plus sambutan pengarahan dari Pemerintahnya, namun pernak-pernik acara yang mengiringinya bukan tidak penting. Khusus di Masjid Al-Ubuduyiah ini justeru terasa pentingnya penampilan solawatan dalam hajatan Maulid Nabi setiap tahunnya. Tidak pernah peringatan-peringatan seperti ini tanpa solawatan. Namanya juga memperingati Maulid Nabi yang identik dengan bacaan-bacaan solawat Nabi.

Tahun ini, Masjid Wonosari kembali mengundang Grup Nasyid dan Solawat Syawariqul Anwar yang membawakan beberapa lagu dengan puncak tampilannya ketika grup membawakan semacam kegiatan 'marhaban' sambil membagikan wewangian kepada jamaah yang tengah berdiri membawakan solawatan. Seorang anggota grup Syawariqul Anwar berjalan membawa sebotol minyak wangi persis saat semuanya berdiri sambil bersalawat. Tentu terbayang juga acara yang sama saat kita memberi nama anak kita yang menampilkan bacaan solawat atau marhaban.

Inilah ciri yang boleh jadi di peringatan-peringatan Maulid Nabi Masjid lain tidak dilakukan. Atau, jikapun ada solawatan boleh tidak dilengkapi membagi-bagi wewangian. Tentang pembacaan solawat sebelum tausiah adalah satu catatan di sini. Biasanya solawatan ditampilkan pada jam-jam ekstra (sebelum atau sesudah) acara. Tapi di Wonosari, selain di waktu ekstra juga akan ditampilkan di waktu utama, sesaat sebelum tausiah sebagai acara puncak. Itulah satu catatannya, sementara menyebarkan wewangian kepada jamaah adalah catatan lainnya. ***.

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar