18 Mar 2020

Virus Corona dan Sikap Tak Patut dari Kita*


Oleh M. Rasyod Nur
VIRUS corona sudah menjadi wabah. Wabah di mana-mana. Di seluruh dunia, bahkan. Kabarnya, sudah 100-an negara yang terpapar virus maha bahaya ini. Indonesia salah satunya, pasti. Indonesia sendiri termasuk yang cukup tinggi penderitanya.

Sikap negar-negara di dunia sesungguhnya sama, ingin menghentikan penyebarannya dan menyembuhkan rakyatnya sudah terkena. Hanya saja caranya tentu berbeda-beda. Disesuaikanlah tentunya dengan keadaan negara masing-masing.
Ada negara yang menghentikan (menutup) pintu masuk-keluar dari dan ke negaranya alias lockdown. Tapi ada juga yang tkidak sampai menutup atau sekadar menutup di tempat (daerah/ kota) tertentu saja. Itu urusan penguasa negara tersebutlah.
Yang masih membuat galau, terutama di negara kita adalah sikap yang sepertinya belum seragaman diantara satu orang dengan orang lainnya. Tidak hanya di antara rakyat di akar rumput yang mempunyai sikap berlainan, malah di antara orang-orang 'hebat' (entah pejabat atau tokoh) juga ada yang tidak seragam sikapnya.
Tapi salah satu sikap yang paling tidak patut dan terjadi di negara kita adalah adanya masyarakat yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Memnafaatkan kesulitan orang untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Lihatlah, betapa tega orang-orang yang memborong masker, misalnya untuk sekadar menjual kembali dengan harga 'selangit. Konyol, kan? Ada juga yang memborong barang kebutuhan pokok untuk sekadar kebutuhan yang dianggap keterlaluan. Mengapa harus membeli dalam jumlah berlebihan? Kan membuat kesulitan bagi orang lain?
Inilahn sikap yang barangkali tidak patut dilakukan oleh siapapun. Dengan negara sebesar Indonesia, terdiri dari ribuan pulau sebagai tempat tinggalnya, betapa akan sulitnya nanti jika barang kebutuhan sampai langka hanya karena ingin keuntungan pribadi. Janganlah.***

*Artikel yang sama di: https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/3/virus

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar