13 Apr 2020

Beragama Bukan Soal Berani atau Tidak, Tapi Soal Beriman atau Tidak

Oleh Mohammad Nasrudin
APAKAH kita mau mengimani perintah Allah, Rasul-Nya serta Ulil Amri atau tidak? Meskipun itu tidak termasuk di akal kita. Tapi kalau Allah,dan Rasul-Nya serta Ulil Amri memerintahkan, kita wajib mentaatinya.

Kalau beragama hanya masalah berani atau tidak, preman dan pemabuklah yang paling berani melawan bahaya.

Dulu ketika Rosululloh SAW sepulang dari isro' dan mi'raj dan menjelaskan tentang perjalanan yg super jauh tsb ditempuh kurang dari semalam, hampir semua sahabat ingkar dan keluar dari Islam. Satu satunya sahabat yang langsung menyatakan kepercayaannya atas Wahyu perintah sholat yg disampaikan Rosululloh adalah abu bakar Ash-Shiddiq. Abu bakar mengimani apa yang disampaikan Rosululloh SAW,  bukan karena apa yang disampaikan Rosululloh itu masuk ke akal pikiran abu bakar. Namun lebih karena keimanan meskipun nalar dan ilmunya belum sampai.

Saat ini pun kita diuji kembali oleh Allah, apakah kita mau mengimani perintah Allah dan rosulNya serta Ulil Amri atau kita terus mencari cari alasan untuk mengingkari nya karena kita anggap tidak masuk akal atau tidak enak rasanya meninggalkan Sholat jamaah di masjid.

Kembali lagi ini masalah beriman atau tidak, bukan masalah ga enak atau tidak. Bukan juga masalah masuk akal atau tidak.

Beragama juga bukan soal semangat menggebu gebu tanpa ilmu. Kalau beragama hanya soal semangat dan logika tanpa ilmu dan tuntutan, tentunya Rasululloh akan membiarkan seorang sahabat yang ingin berpuasa sepanjang masa setiap hari. Nyatanya Rosululloh melarang nya dan memberikan tuntunan tentang cara berpuasa yg benar yg juga harus memperhatikan hak hak tubuh. Seperti tidak boleh puasa 24 jam, tdk boleh puasa setiap hari, ada waktu waktu yang diharamkan utk berpuasa. Ini semua berdasarkan tuntutan ilmu dari nabi, yg dilanjutkan oleh para ulama, bukan berdasarkan akal sehat, semakin banyak berpuasa semakin baik.

Agama bukan berdasarkan logika manusia, tapi berdasarkan tuntutan Allah dan rosulNya meskipun itu blm mampu dicerna oleh akal kita.

Keredhoan menerima takdir Allah, justru akan membuat kita menemukan banyak hal rahasia ketentuan Allah termasuk kesendirian, ibadah di tengah kesunyian, tanpa diketahui manusia lain, tanpa pamer dan unjuk kesholehan thdp orang lain, justru membuat kita lebih dekat dengan Allah.
Coba kumpulkan dan temukan hikmah dan kebaikan yang didapat manusia dan alam semesta dengan adanya kesunyian akibat CORONA ini. pasti istirahat dari hiruk pikuk kehidupan ini ada hikmah dan  manfaatnya bagi kita, seperti manfaat dan hikmah dari seorang perempuan yang  menstruasi sehingga dipaksa takdir untuk meninggalkan sholat, berhubungan suami istri,dan meninggalkan kenikmatan lainnya.

Ayo kita cari hikmahnya bersama dalam kesendirian kita, seperti lapisan ozon mjd menebal akibat berkurangnya pencemaran lingkungan, manusia latihan bersabar, Allah membungkam kesombongan orang orang kafir dan lain lain.. silahkan di cari yang insyaallah inilah sikap terbaik sebagai ulul albab.

Monas Inspire

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar