2 Jun 2020

Memperingati Hari Lahirnya Pancasila: Mari Merefleksi Diri


Oleh M. Rasyid Nur
BUKAN perdebatan kapan sebenarnya hari lahir Pancasila yang penting. Pasti itu tidak produktif untuk diperdebatkan. Apalagi jika masuk ke debat kusir, kapan sebenarnya lahirnya yang tepat untuk ditetapkan, seperti di era rezim sebelumnya, misalnya. Kita ingat, tahun-tahun kemarin itu, khususnya di era Orde Baru, perihal lahirnya Pancasila tidak terlalu bergaung secara merata karena perdebatan kapan lahirnya Pancasila. Justeru yang selalu didengung-dengungkan tentang Kesaktian Pancasila yang semua kita sepakat ketika ada oknum yang saat itu ingin mengubah Dasar Negara. Peristiwa penculikan beberapa tentara menjelang penghujung 1965, itu dicatat sejarah sebagai peristiwa usaha mengubah Pancasila sebagai Dasar Negara. 

Tahun-tahun berikutnya, diskusi dan debat perihal lahirnya Pancasila tidak pernah menemukan titik kesamaan untuk semua yang masih memperdebatkannya. Berdebat secara ilmiah saja pernah terjadi tahun-tahun sebelumnya itu namun tetap tanpa ada satu kata aklamsi. Apakah karena sudah terbungkus politik? Boleh jadi.

Benar, bangsa Indonesia memerlukan tanggal lahir setiap momen atau kejadian-kejadian penting, seumpama lahirnya Pancasila itu. Sebagai falsafah bangsa, Pancasila menjadi hal penting dalam bangsa yang majemuk ini. Apalagi bangsa kita juga sudah punya tradisi memperingati secara resmi setiap tanggal penting yang ada dalam sejarah. Sebagian tanggal-tanggal penting itu ada yang sudah ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional, karena dipandang begitu pentingnya.

Begitu banyak tanggal yang disebut sebagai 'tanggal penting' di Negara kita. Kalau dirunut sejak awal Januari, di setiap bulan dalam satu tahun itu ada tanggal pentingnya. Baik level Nasional (Indonesia) maupun level dunia (Internasional) begitu banyak tanggal-tanggal penting yang tentu saja diperingati secara Nasional mapun secara Internasional. 

Mari kita tilik di bulan Januari, misalnya. Setiap tanggal 1 Januari adalah sebagai Tahun Baru Masehi (Internasional); 3 Januari sebagai Hari Departemen Agama; 5 Januari sebagai Hari Korps Wanita Angkatan Laut; 10 Januari sebagai Hari Gerakan Satu Juta Pohon (Internasional) dan sebagai Hari Tritura dan beberapa lagi dalam bulan Januari. Setiap bulan dalam satu tahun, itu pasti ada tanggal penting yang sudah ditetapkan baik secara Nasional maupun Internasional. Jadi, menetapkan tanggal penting itu yang penting. Termasuk tanggal lahirnya Pancasila.

Bagi guru seperti kita penetapan tanggal penting yang bernilai sejarah dalam Negara dan Bangsa kita tentu lebih penting lagi. Bukan saja sebagai pengetahuan bagi diri kita, tapi juga ada kewajiban lain yang melekat pada profesi kita. Kita wajib pula menjelaskannya kepada anak-didik kita, sebagai generasi muda yanag akan menggantikan generasi sekarang. Itu penting untuk kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keluarnya Kepres Nomor 24 Tahun 2016 tentang lahirnya Pancasila yang menetapkan 1 Januari adalah Hari Lahirnya Pancasila dengan cantolan sejerah peristiwa, saat Ir. Sukarno berpidato di depan sidang  BPUPKI (Badang Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), 1 Juni 1945 maka perdebatan kapan Pancasila sudah tidak perlu. Bahwa masih ada yang berpendapat lain, karena adanya rumusan Pancasila 22 Juni 1945 (Piagam Jakarta) dan rumusan akhir pada 18 Agustus 1945, saat Negara RI beanr-beanr sudah ada (merdeka) tentulah cukup catatan sejarah. Cukup menajdi pengetahuan rakyat. Entah jika suatu hari nanti ada argument lain yang berdasarkan catatan lain yang menyebabkan tanggal lahir Pancasila berubah. Biarlah sejarah juga yang akan mencatatnya.

Bagi kita saat ini, terutama sejak empat tahun lalu itu, diskusi perihal Pancasila adalah bagaimana bangsa Indonesia, setiap rakyatnya merefleksi diri –sendiri atau kelompoknnya—tentang penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan sederhananya, sebagai ‘anak bangsa’ yang cinta bangsanya, yang harus berjuang untuk bangsanya, sudahkah kita membuktikan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan benar? Setiap 1 Januari, kini kita memperingati. Kemarin pagi kita peringati, sudahkah kita merefleksi diri?

Mungkin kita tidak elok menyebut koruptor yang merampok uang Negara, tapi pastilah tindakan korupsi itu tidak sejalan dengan Pancasila. Kita juga tidak akan menyebut orang-orang kaya yang pelit di Negara kita, yang pikirannya hanya mengumpulkan dan menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak mau membantu orang-orang susah secara serius. Pastilah sikap itu tidak sesuai juga dengan Pancasila. Dan pasti banyak lagi kesalahan dan kejahatan yang dilakukan oleh sebagian rakyat Indonesia yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Jika itu adalah kita, sudahkah kita berkaca diri?

Kini, itu haruslah menjadi pertanyaan yang kita ajukan kepada diri kita masing-masing. Apapun profesi kita, sudahkah kita melaksanakannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku? Jika sudah, itulah bukti kiya mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Kita melaluinya kemarin, hari ini adalah hari pertama kita masuk ke hari baru di tahun berikutnya setalah kita memperingati lahirnya Pancasila. Hendaklah kita semua benar-benar mempertanyakan keseriusan kita untuk menerima dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Bagi kita orang yang beragama, dengan mengamalkan Pancasila secara benar, secara otomatis kita akan menjalankan ajaran agama yang beanr juga. semoga!***  
Dapat dibaca juga di:  https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/06/pancasila

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar