11 Jun 2020

Tantangan Menulis di Blog Gurusiana Benarkah Serasa Diburu Singa?

Oleh M. Rasyid Nur
PERNAHKAH Anda dikejar binatang buas? Atau sekadar merasa saja? Merasa dikejar dalam mimpi, misalnya? Jika pernah, sudah pasti kita tidak ingin lagi. Pasti menakutkan. Jangankan dikejar harimau atau singa, dikejar oleh kerbau 'mengamuk' saja sudah pasti sangat menakutkan. Akan tahu dan terasa oleh kita, sedang ada dimana darah dan perasaan kita pada saat itu.

Analogi itu boleh saja teman-teman anggap berlebihan. Lebay. Terlalu hyperbol jika yang saya maksud perasaan takut dalam tulisan ini hanya takut dikejar deadline menyetor (memosting) tulisan di Gurusiana. Waduh, benar-benar lebay, kata teman-teman? Tapi tunggu. Saya mau bertanya lagi, apa perasaan kita ketika tiba-tiba kita sudah berada di penghujung batas waktu mengirimkan naskah untuk satu tugas atau tanggung jawab menulis yang sudah ditetapkan waktunya?

Saya hanya ingin berbagi cerita. Ketika pertama Gurusiana membuat tantangan menulis kepada member blog guru ini medio Januari lalu, semua kita (yang menyatakan dan bertekad ikut) langsung tancap gas. "Saya akan ikut tantangan ini." Begitulah kira-kira kalimat yang keluar dari mulut kita. Dan pada 15 Januari itu adalah tulisan pertama kita sebagai tulisan pertama. Itulah #TantanganGurusiana Hari ke-1 kita yang wajib rutin diposting minimal satu tulisan per harinya hingga 30 hari ke depan. Karena syarat lulus tantangan dan akan mendapatkan pengharagaan (piagam) adalah tidak boleh terputus satu haripun memosting tulisan di blog Gurusiana, maka di sinilah perasaan 'berdebar' yang akan memicu adrenalin itu akan terasa.

Satu kali terjadilah keterlambatan posting karena begitu banyaknya tugas lain kita. Sebagai guru, plus --terkadang-- mengemban tugas lain, tidak selalu mudah mengirimkan tulisan tepat waktu.  Hitungan hari yang akan terdata perhari sesuai catatan waktu di blog (pukul 00.01 s.d 23.59) boleh jadi dalam masa itu kita tidak sempat menylesaikannya. Jika diundur besok (meskipun tengah malam) tetap saja terdata hari yang berbeda. Dan itu artinya kita gagal memenuhi syarat tantangan. Remidi pun menanti. Bukankah itu akan menaikkan denyut jantung kita? 

Di waktu yang lain, ada kendala signal internet di rumah kita atau yang juga di luar kemampuan kita, erornya server blog Gursiana saat kita tinggal selangkah saja untuk memostingnya. Sungguh tidak mengenakkan bagi kita. Ketika kita ingin tetap bertahan dalam role tantangan, artinya kita akan berkejaran dengan keadaan. Pada satu sisi, menyelesaikan tulisan tidaklah pekerjaan mudah. Apalagi bagi pemula. Sementara pada sisi lainnya ada kendala yang tidak mampu kita cerna, seumpama gangguan signal atau masalah kuota di android kita. Di situlah perasaan dikejar-kejar akan dirasa membuat takut. Jantung kita akan benar-benar terasa berlari lebih kencang dari pada badan kita. Apa bedanya dengan perasaan dikejar singa?

Itulah pengalaman yang sebagian kita mungkin merasakannya. Terasa bahagia? Ya. Bisa. Tapi ada yang merasa merana? Mungkin juga ada. Jika pada hari Rabu (10/06/2020) ini, angkatan pertama sudah menginjakkan kakinya pada titik angka #Tantangan ke-148 jangan pernah dikira tidak ada perasaan gundah yang menerpanya. Ancaman remidi jika tersilap langkah, adalah perasaan dan ketakutan lain yang juga ada di perasaan perserta hampir setiap hari.

Kini, meneruskan tantangan itu sudah ‘kepalang basah’ untuk menarik langkah. Sodoran MediaGuru untuk ikut tantangan baru agar sampai ke ‘Titik 365’ dengan kompensasi yang lebih tinggi harus tetap diikuti.  Kata orang tua-tua, ‘Sekali Layar Terkembang, Berpantang Surut ke Belakang’ harus dijadikan pedoman semangat ini. Lomba Menulis Gurusianer Emas MediaGuru dengan tema “The Power of Kepekso, Sukses Tantangan Menulis 90 Hari di Gusiana” yang tengah dijajal ini akan menjadi pijakan untuk terus melangkah ke Titik 365 itu. Semoga sampai.***
 https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/6/tantangan-titik-365-gurusiana-benarkah-bak-diburu-singa-2336250

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar