26 Agu 2020

Puisi-puisi Wahyu Nurhalim, SPd I, MPd


BINGKAI SENJA DI DESA TITIAN RESAK 

Sekuntum mawar merah di senja dalam bingkai selarak bambu
Tidakkah kau tahu apa yang terkandung didalamnya?
Ia yang menyimpan sejuta kenang atas kisah anak manusia baik laki namun bukan banci
Yang tengah belajar memaknai arti sebuah mimpi

Mimpi tentang hari esok
Tentang cinta dan pengorbanan
Tentang hangatnya persahabatan dan sulitnya memilih pasangan

Atau kisah tentang pecel lontong bunga kecombrang dan kembang kol
Begitu pula dengan oseng gendot  lauk belut goreng
Serta cerita tentang sepiring mendoan hangat bersanding lombok cengis yang pedas..

Mungkin engkau tak tahu,
Atau bahkan tak pelu tahu apa sih jatidiriku?

Tapi di kejauhan sana adalah lahan perburuan belut segar yang enak sekali ..
Atau arena adu lari di atas galengan
Juga tentang gropyokan tikus oleh anak-anak berseragam merah putih putih biru dan putih abu abu berjalan bersama saat berangkat dan pulang sekolah
Tentang kerbau pembajak sawah sebelum hadirnya kerbau bertanduk runcing

Hujan deras adalah payung kami agar aku tak kehujanan dan
Terik matahari adalah topi baja yang kukuh menjadikan rambut ini memerah dan menghitam
Aroma lumpur adalah parfum kejantanan yang tiada duanya dari parfum lain
Agar hasil panen bisa selalu sedia di atas meja makan yang terbuat dari kayu mahal dan diukir oleh tukang kayu yang ganteng

Oh tidak, aku tak menganggap diriku pahlawan pangan disiang hari
Dengan memandang bulir emas yang merunduk kaku, cukup untuk mengukir bahagiaku dan susahku saat kuliah s1 dan s2
Tugas kami sekadar mengabdi mengajar dan mengamalkan ilmu dari kuliah
Kiranya dikau sudi memahami arti dari hidup seorang pemuda pengabdian ini didesa titian resak

Riau, Indragiri Hulu, 23/08/2020


NYANYIAN SEPANJANG MALAM DI RENGAT

Hening  malam suara jangkrik.. ditambah goresan cakrawala
Rembulan senja mengulum sipu ditengah musim layang layang
Sudahi bait-bait waktu setahun berlalu dan sekarang masih aku tunggu

Satu era beranjak terjelang dan maju
Lembarannya masih kosong, tak ada goresan pesan di sana
Sedang perca kisah yang kemarin belum jua berpadu
Masih ada ikatan kata yang terputus
Resonansi yang kehilangan nada tinggi

Angan-angan liar menari
Embuskan kabut binal ke benak jiwa
Menutupi tunas asa yang terus menggeliat dan jauh

Kilas cahaya pecahkan gulita menuju remang
Tapak-tapak suci terus terpahat dalam sendat
Segenggam makna masih ia bawa dan disimpan dalam memorinya, entah sebentuk apa
Jalan di depannya masih terkabur oleh kabut misteri illahi

Jika esok masih kau dengar kicau burung kacer,
Bilakah aku titipkan salam padanya? Jawab.
Bilang saja bahwa di dadaku masih bersemayam cinta yang dimaknai di bukit cinta

Indragiri Hulu Riau, 25 Agustus 2020

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar