13 Agu 2020

Tanjungbatu, Saya Rindu: Sepenggal Kisah di Masa Lalu (ke-4)



Oleh Khairul Amri 
Bermastautin di Pekanbaru


Bangun subuh, itu suatu keharusan. Awalnya dipaksa sama Paman. Pelan2 tapi pasti, tak lagi terpaksa. Melainkan sudah bangun sendiri, dan justru kadang ikut pula membangunkan Paman dan keluarga untuk sholat Subuh. 

Begitu bangun, Paman selalu ingatkan: usahakan sholat Subuh itu pergi ke musholla. Itulah nasihat ke saya setiap hari. Kalau bisa, selain Subuh, saat Magrib pun di musholla. 

Bergegaslah. Siap2 untuk ke musholla. Hampir setiap Subuh dan Magrib, saya azan di musholla. Sampai-sampai pengurus musholla kenal dan baik pula sama saya, hehehe. 

Dibilang suara bagus, ya pas2an lah buat azan dan mengaji seni qiraah. Sampai suatu ketika, pas ada lomba musabaqah tilawatil quran di Masjid At Thoiyibah Tanjungbatu, saya diikutkan oleh Paman mewakili kelurahan tempat kami tinggal. KEMANDIRIAN, yang terus dijalani dengan tekun, walau awalnya serba terpaksa ternyata bisa menjadi kebiasaan baik. 

Inilah dia. Membuat saya selalu rindu masa2 itu. Tanjungbatu... Saya Rindu. Selalu saja teringat masa-masa indah, ketika naik podium menerima piala juara 1 MTQ tilawah tingkat Anak2 se kelurahan di Tanjungbatu. Piala itu pun, hingga kini masih ada disimpan baik oleh Paman saya di atas lemari rumahnya (sekarang rumah Paman di kawasan Batulipai, Tanjungbalai Karimun, Kepri). 

Sungguh saya tak pernah mengira. Apa iya, anak kampung seperti saya bisa juara MTQ di Tanjungbatu. Tanjungbatu... Saya Rindu. Ingin sekali mengulang masa-masa itu. "Halllah.. sampai merinding pula bulu roma saya saat menuliskannya." Hehehe.

Selain itu, cerita prestasi di sekolah. Ini juga berawal dari rasa malas belajar -terbawa bawa kebiasaan di kampung, hingga saya 'dipaksa' Paman untuk belajar tiap malam. 

Ceritanya begini.

Setiap malam saya wajib mengulang pelajaran di rumah. Boleh tak belajar, kalau itu pas Sabtu malam Ahad. Waktu untuk belajar, mulai dari selesai Magrib di musholla sampai jam 9 malam. Setiap malam, sekitar 2 jam-an lah waktu saya buat mengulang pelajaran di rumah. Setelah belajar, bersih2 badan, lalu tidur. Subuh bangun, dan siap2 untuk akivitas turun subuh dan pagi besok.

Begitulah hampir setiap hari. Mana ada jam buat nonton TV, ketika malam-malam aktif sekolah. Saya bisa nonton, kalau besoknya tanggal merah atau besoknya Ahad. Padahal, di usia segitu, keinginan bermain apalagi menonton TV sangat luar biasa menbuncah. Tapi, begitulah, kebiasaan baik, yakni KEMANDIRIAN tadi kadang harus dipaksakan. 

Alhasil, luar biasa. Saya pun merasakan manisnya buah dari 'keterpaksaan' belajar tiap malam tadi, pada saat ujian caturwulan (ujian per 4 bulan, sekarang sudah berganti semester atau per 6 bulan). 

Apa hasilnya? 

Saat ujian Caturwulan I, di kelas 1 MTs: saya berhasil masuk 3 besar. Dan... begitu seterusnya. Dari kelas 1 hingga kelas 3, belajar rutin tiap malam itu memberikan efek luar biasa hebat pada diri saya. Diam2 saya bisa jadi bintang kelas, bahkan jadi bintang sekolah. Hebat, bukan? Alhamdulillah... 

Apa efek lain? 

Karena jadi bintang kelas dan bintang sekolah, Paman saya dan keluarga sangat senang. Saya pun tentu senang dan disenangi juga oleh banyak teman. Saya tahu mau mereka: kalau ada PR, pasti saya dimintain bantu buat menyelesaikannya, hehehe.

Tapi, ini justru jadi peluang buat saya. Peluang apa? Peluang buat punya banyak teman, dan punya banyak kesempatan kumpul sama-sama teman. Malah saat jam istirahat, saya lebih sering ditraktir (bahasa Tanjungbatu: di-cia) oleh teman2 ketimbang saya harus mengeluarkan uang sendiri. Maklum, uang jajan dari Paman, biasanya dijatah untuk sekali sepekan. Nah, karena sering di-cia, uang jajan sering tak luak alias tak habis-habis. 

Ini pulalah yang diingatkan Paman ke saya: kalau ada lebih uang jajan, jangan dihabis2kan untuk belanja2 yang tak perlu. Belajarlah menabung. Nanti pas tamat, tabungan itu bisa buat melanjutkan sekolah, dimanapun akan dilanjutkan. 

Begitulah. KKEMANDIRIAN, buah dari keterpaksaan tadi membuat saya selalu rindu ke kampung halaman ke-2 saya ini: Tanjungbatu. Saya rindu masa-masa itu. Masa-masa dimana saya banyak belajar arti hidup dan kehidupan.

Tanjungbatu... Saya Rindu. Hampir tiap tahun saya pulang ke Tanjungbatu. Setiap kali itu pula rasa senang di hati, dan selalu ingin ke Tangjungbatu lagi. 

Semoga saja selalu diberi kesempatan ke sana. Cerita ini terus akan jadi kenangan. ** 


Pekanbaru, 12082020
Rabu pagi usai gowes sarapan canai Ocu Umar @Jl. Purwodadi 😊

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar