18 Agu 2020

Tanjungbatu, Saya Rindu: Sepenggal Kisah di Masa Lalu (ke-7)

Oleh: Khairul Amri 
Bermastautin di Pekanbaru

TANJUNGBATU... Saya rindu. Apalagi pas masa-masa itu. Saat pagi jelang berangkat ke sekolah. Kadang ada waktu buat duduk sebentar di teras, tangga rumah kontrakan Paman. 

Kok bisa begitu rindu dan membekas masa-masa itu?  Ya. Jika ada waktu, sebelum mulai mendayung sepeda ke sekolah, saya sempatkan untuk membaca koran terlebih dahulu. Jadi, malam sebelum tidur saya wajib belajar dan mengulang pelajaran. Dan, sebelum ke sekolah, selain sarapan pagi seperti biasa, ada pula 'sarapan' lain: baca koran langganan Paman.

Siang hari. Sepulang sekolah, selesai makan siang, sambil duduk di teras rumah, pun kebiasaan baca koran ini hampir tiap hari saya lakukan. Siang itu, biasanya panas. Tapi, angin pun kadang berhembus kencang. Enaknya duduk di teras itu, sambil baca2. 

Paman kebetulan suka baca koran dan majalah. Istrinya juga senang baca-baca majalah perempuan/ibu-ibu. 

Dua koran langganan Paman setiap hari: Kompas dan tabloid Bola (ini juga koran grup Kompas. Tapi, sekarang tabloid Bola sudah tidak terbit). Hanya saja, koran Kompas milik Paman ini selalu datang siang hari. Jadi, koran yang saya baca pagi-pagi itu, adalah koran Kompas yang terbit kemarin. Kalau tabloid Bola, terbit sekali sepekan, kalau tak salah setiap Jumat. 

Disiplin waktu. Sebelum pukul 07.00 wib, saya lahap beberapa berita di koran itu. 

Ketika itu, koranlah yang paling hebat. Tahun antara 1990-1993 itu, koran atau media cetak masih jadi bacaan utama. Makanya, pengetahuan umum saya ketika itu cukup pula terasah. Mulai dari soal pemerintahan, politik, olahraga sampai hiburan.

Paman juga suka baca Majalah Tempo. Ini adalah majalah yang isinya, boleh dibilang: 70% tentang politik. Tapi, dikemas dengan gaya penulisan bertutur dan sangat mengalir. Membaca Majalah Tempo, selalu saya hanyut dan lupa waktu, hehe. 

Sementara di tabloid Bola, saya paling suka lihat kartun 'Nunk'-nya itu. Bagi siapa saja yang suka atau pernah membaca tabloid ini, saya jamin pasti tahulah rubrik itu. Kartunnya unik, dan jalan ceritanya selalu bikin ngakak. Hahaha. 

Kalau istri Paman saya (alm. Rajimawati), senangnya baca Majalah Kartini. Hampir setiap edisi majalah itu tak pernah terlewatkan. Sesekali, kalau sudah habis semua dibacanya, kadang Majalah Kartini diletak di meja tamu. Itulah kesempatan saya buat baca-baca. 

Majalah Kartini, walau umumnya berisi tentang wanita, tapi banyak juga pengetahuan umum yang mesti diketahui laki-laki seusia saya, yang menanjak remaja. Walau banyak cerita tentang orang2 dewasa, namun pengetahuan itu bisa menjadi tambahan ilmu buat pribadi saya. Resep-resep kuliner nusantara juga banyak di majalah ini. 

Kebiasaan inilah yang secara pelan-pelan membuat saya jadi suka baca. Tapi, disiplin waktu tadi tak boleh ditinggalkan. Ketika tiba jam 7 pagi, atau kadang lewat-lewat dikit, saya pun mulai mendayung sepeda buat ke sekolah. 

Apa efek positif dari suka baca-baca dan dapat banyak tambahan pengetahuan umum dari koran, tabloid dan majalah tadi?

Inilah dia. Selalu saja saya ingat, dan membuat saya selalu rindu Tanjungbatu: masa-masa MTs dulu, masa anak-anak menanjak remaja.

Saya ingat. Satu kali pas ujian olahraga. 

Guru Olahraga kami di MTs Tanjungbatu, adalah Pak Umar Djakfar. Selain itu, Pak Umar juga Pembina pramuka di sekolah kami. Dia ini termasuk guru favorit semua murid. Walau titpikal orangnya sedikit 'pemarah', tapi dia sangat disayang siswa maupun siswi. Saya jamin, siapa saja siswa MTs Tanjungbatu, yang pernah diajarnya, pastilah punya kesan mendalam bersama beliau. (baca tulisan ini: Ke-5). 

Nah, singkat cerita. Saat ujian tulis mata pelajaran Olahraga inilah, saya merasakan perlunya dan hebatnya efek selalu rajin membaca. 

Saya ingat, waktu itu: Pak Umar berbisik ke saya, menanyakan tim juara piala Thomas dan Uber. Saya tak ingat lagi, dia bertanya periode tahun berapa. Tapi ketika itu, saya justru yang memberi jawaban itu ke dia.

Pak Umar sangat fair. Dia katakan: terima kasih, sudah diberi tahu. Saya waktu itu cuma senyum. Di dalam hati saya sangat bangga: eh, ternyata pengetahuan umum yang saya dapat dari sering baca koran dan tabloid Bola, justru tidak banyak diketahui orang lain. Termasuk, "maaf" guru saya sendiri. 

Sejak itulah, semakin disiplin saya menyiapkan waktu untuk banyak membaca koran, tabloid dan majalah yang ada di rumah Paman. 

Hmmm... Makin diingat, semakin membuncah rasa rindu dan kangen saya ke Tanjungbatu/Kundur. Banyak lagi cerita, dan banyak lagi kisah hebat di Tanjunbatu akan saya tuliskan di sini. 

Saya beruntung bisa ke sini. Merantau sambil belajar, beranjak dari masa anak-anak ke remaja. Tanjungbatu... Saya Rindu. 

Izinkan saya ke sini lagi. Tuhan... Jika umurku panjang dan selalu sehat, saya akan ke sini lagi. Beri saya kesempatan itu, Tuhan. Sampai ketemu (lagi) Tanjungbatu. Rindu ini, rindu sampai lagi di Tanjungbatu. 

Semoga diberi kemudahan oleh-Nya. **

Pekanbaru, 16082020
Ahad pagi menjelang siang @Teras rumah kami 🤗

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar