2 Sep 2020

Catatan Perjalanan Karimun – Tanjungpinang: Mengikuti Rapat LPTQ Provinsi


SENIN (31/08/2020) siang saya dan beberapa orang teman berangkat meninggalkan Kota Berazam, Tanjungbalai Karimun. Kami –utusan Kabupaten Karimun-- berangkat dari Pelabuhan Domestik Tanjungbalai Karimun akan ke Tanjungpinang. Saya (selaku Pengurus LPTQ) bersama Fahrul Rozi. Lalu –utusan Pemerintah—ada Pak Iwan Dinovri, Pak Wahyu dan Bu Iin (atas nama Bagian Kesra dan Keagamaan, Setda Kabupaten Karimun) serta Pak Zamzuri (Kakankemenag Karimun) dengan pimpinan rombongan, Pak Muhammad Tang (Asisten I). Kami berangkat barengan, naik Kapal Dumai Line 9. Sesuai rencana, kami akan mengikuti rapat LPTQ Kabupaten se-Kepri di Tanjungpinang. Persisnya di Aula Kantor Gubernur, Selasa, esoknya.

Inilah perjalanan menyusuri laut dari Karimun ke Ibu Kota Provinsi Kepri, Tanjungpinang yang saya rasakan sangat nyaman. Saya tak tahu, apakah teman-teman saya, atau penumpang lainnya juga merasakan apa yang saya rasakan. Lautnya tenang tanpa gelombang. Padahal biasanya perjalanan laut berdurasi empat jam lebih, itu selalu ada cabaran goyangan gelombang saat di kapal. Jadi, rasanya bagaikan berenang tanpa gelombang.

Bagi saya, bagi kawan-kawan saya juga --mungkin-- perjalanan cukup lama menyusuri laut antara Karimun ke Tanjungpinang langsung bukanlah pengalaman baru. Jalur Karimun-Tanjungpinang yang banyak diminati adalah jalur laut (jalur langsung via transit Batam). Jalur lainnya adalah perjalanan bersambung, Karimun ke Batam melewati jalan darat. Berhenmti di Pelabuhan Sekupang lalu naik mobil ke Pelabuhan Punggur (satu jam lebih) untuk menyeberang laut kembali ke Tanjungpinang.

Catatan penting yang saya rasakan dalam perjalanan kali ini adalah bersahabatnya kaut. Peribahasa 'Laut Sakti Rantau Bertuah' yang salah satu kesaktian itu adalah gelombang laut yang menakutkan, alhamdulilah kali ini tidak ada. Bergerak dari Pelabuhan Tanjungbalai menuju Batam, lalu melanjutkan menyusuri laut Batam (Sekupang) ke Tanjungpinang alhamdulilah kami merasa tenang dan nyaman.

Terima kasih, ya Allah. Itulah ucapan yang ingin kami ucapkan untuk perjalanan kali ini. Membayangkan pengalaman waktu-waktu sebelumnya yang penuh gelombang laut, tentu saja kami sangat puas kali ini. Berangkat pukul 13.40 dari Karimun, kami merapat di Pelabuhan Sri Bintan, Tanjungpinang sekitar 17.30. Perjalanan yang lumayan melelahkan.

Jika kembalinya kami tetap menggunakan jalur laut langsung, harapan saya semoga nantinya juga nyaman tanpa gelombang. Meskipun gelombang laut juga sebuah kenikmatan tersendiri berada di dalam kapal laut yang berukuran besar, tetaplah mengkhawatirkan kita sebagai penumpang. Jika harus memilih, berenang (menyerbang) tanpa gelombang pasti lebih menenangkan. Tentu saja sensasi gelombang tidak dapat dirasakan.*""






SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar