16 Sep 2020

Catatan Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 2)


Oleh M. Rasyid Nur

MEMANG sayang jika tidak mengikuti Webinar XI Media Guru Indonesia (MGI) yang dihelat pada hari Ahad (13/09/2020) kemarin itu. Selain kesempatan menyerap ilmu dan informasi penting dari Mas Eko, Pimpinan Redaksi Media Guru dan beberapa pejuang literasi lainnya seperti Bu Wiwik (host) dan Bu Sri Subekti (moderator), juga yang utama itu adalah tampilnya empat orang nara sumber yang masing-masing memberikan pencerahan yang begitu penting bagi kita.

Catatan --kedua-- ini akan menampilkan keempat orang tersebut –secara bersambung-- sebagai pemotovasi kita. Mereka tampil begitu memukau dengan kreasi literasi mereka. Wajib untuk diketahui dan harusnya juga diikuti. Dari Pak Supardi, Bu Ade, Pak Rauf hingga Bu Fitria. Secara bergantian dalam sesi mereka tampil sesuai jadwal dari moderator webinar, Ibu Sri. 

Untuk catatan ini, kita mulai saja dari Pak Supardi yang terkenal dengan Pustaka Onthelnya. Apa dan bagaimana Pustaka Onthel kreasi Pak Supardi Harun Arrasyid ini menggiatkan dan memperjuangkan liertasi? Bagaimana Pak Supardi yang mendapat amanah sebagai Kepala Perpustakaan di SMP IT Citra Bangsa berkreasi untuk membuat anak-didiknya tetap menghirup udara literasi di tengah hampir matinya literasi oleh pandemi covid-19. Dia membuat Pustaka Onthel. 

Setelah moderator mempersilakan Pak Supardi untuk menyampaikan paparannya, seperti lazimnya nara sumber, dia memulai dengan menyapa semua peserta. Dari pipmpinan tertinggi MGI, petugas Webinar XI hingga ke semua peserta dia sapa dalam sapaan penghormatannya. Lalu memperkenalkan dirinya dan tentu saja profesinya sebagai guru dan Kepala Perpusatakaan SLTP itu. Kalimat pembukanya saja sudah memberi semangat literasi peserta webinar. 

Selanjutnya dia memulai dengan narasi, betapa beratnya mengelola Perpustakaan di tengah pandemic covid-19 ini. Karena sekolah tidak dihadiri siswa maka otomatis Perpustakaan pun tidak ada pengunjungnya, katanya. “Sebagai Kepala Perpustakaan saya merasa prihatin. Sejak pandemic covid-19 pengunjung Perpustakaan sepi. Program kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pun terhenti,” jelasnya dengan menampilkan slide. Karena itulah tim literasi di sekolahnya diajak berdiskusi, bagaiaman menyikapi keadaan ini. Tentu saja dengan minta izin kepada Kepala Sekolah.

Hasil diskusi bersama Tim GLS, itu menghasilkan gagasan membuat Pustaka Onthel. Pustaka dengan menggunakan sepeda ontel berkeliling sambil membawa buku-buku perpustakaan sekolah. Terbayangkan oleh kita bagaimana Pak Supardi berkeliling seperti penjual keliling tapi yang 'dijualnya' adalah buku-buku yang cara membelinya adalah dengan membacanya. Sasarannya tentu saja para siswa atau masyarakat lainnya yang selama pandemi covid ini tidak bisa ke sekolah.

Jadwal disusun. Hari-hari Rabu, Sabtu dan Ahad (Sabtu) adalah hari yang dipilih sebagai hari untuk mengunjungi rumah-rumah siswa yang akan dipinjamkan buku. Rabu dan Sabtu Pustaka Onthel Pak Supardi berkunjung pada sore hari karena paginya anak-anak belajar daring dengan gurunya. Hari Ahad barulah pada sesi paginya. Hebatnya, lokasi singgah Pustaka Keliling ini ternyata tidak hanya ke rumah-rumah siswa tapi juga singgah di musolla, kompleks perumahan.

Bukan tanpa halangan tentunya untuk melaksanakan kreasi Pustaka Onthel ini. Perihal kendala yang ditantangnya tentu banyak, seperti jarak tempuh, cuaca buruk yang terkadang hujan dan koleksi buku yang minim. Untuk mengatasinya, Pak Supardi memberi solusi begini. Jarak tempuh yang jauh dia kunjungi hari Ahad. Waktunya tentu saja lebih panjang. Sedangkan yang jarak dekat dikunjungi pada hari Rabu dan Sabtu. Kalau hujan? Berhenti, tentunya. Sementara untuk kekurangan koleksi, dia berusaha menyampaikan harapan tamabahan koleksi kepada para donator. Alhmdulillah banyak yang memberikan buku-bukunya, katanya. Bahwa dengan bersepeda bisa sehat, itulah salah satu konsepnya mengapa menggunakan sepeda untuk berkeliling membawa buku. 

Satu kelegaan Pak Supardi sekaligus kegembiraan kita adalah bahwa literasi tetap bisa berjalan walaupun tidak harus ke sekolah. Dengan Pustaka Onthel ini malah terjalin juga silaturrahim dan komunikasim sosial lainnya. Peribahasa, "Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampau," benar-benar dibuktikan oleh Pak Supardi.Selamat, Pak Supardi. Selamat Pejuang Literasi. Kami semua pasti terinspirasi.***



SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar