18 Sep 2020

Catatan Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 4)

 


Oleh M. Rasyid Nur

WEBINAR Media Guru Indonesia (MGI) adalah webinar yang selalu ditunggu warga MGI. Webinar XI yang dilaksanakan pada hari Ahad (13/09/2020) kemarin, itu misalnya selain diikuti langsung oleh 123 orang di ruang zoom juga ada ratusan bahkan ribuan orang lainnya melalui live streming chanel YouTobe MediaGuru. Adalah webinar penting yang dilaksanakan oleh Media Guru seperti webinar-webinar sebelumnya. Sekali lagi, 10 webinar sebelumnya adalah webinar terpenting bagi kita semua, keluarga besar MGI. Dengan temanya yang selalu berbeda-beda setiap kali ada webinar membuat setiap webinar meniadi begitu penting.

Webinar kali ini adalah webinar yang disejalankan dengan lounching buku baru Media Guru berjudul Pejuang Liaterasi. Itu, kita sudah sama-sama tahu. Buku antologi dari 123 orang penulis yang dihasilkan bersempena peringatan HUT RI, itu berisi artikel yang secara khusus membahas perjuangan literasi. Itulah sebabnya judulnya juga berbau perjuangan.

Yang menarik adalah bahwa pada webinar ini, selain kesempatan menyerap ilmu dan informasi penting dari Pak CEO, Muhammad Ihsan --meskipun sekilas—lalu dari Mas Eko, Pimpinan Redaksi Media Guru dan beberapa pejuang literasi lainnya seperti Bu Wiwik (host) dan Bu Sri Subekti (moderator), juga yang utama itu adalah tampilnya empat orang nara sumber yang masing-masing memberikan pencerahan yang begitu penting bagi kita. Dua orang sudah diulas di halaman ini sebelumnya.

Catatan --keempat-- ini akan menampilkan satu orang lagi dari empat orang narasumber yang tampil itu. Pastinya ini juga sebagai pemotovasi kita dalam memperjuangkan literasi di Bumi Pertiwi bahkan di dunia. Kita tahu, keempat nara sumber ini tampil begitu memukau dengan kreasi literasi mereka.

Pada tulisan ini saya membuat catatan dari nara sumber hebat yang tampil ketiga dari empat orang nara sumber. Tapi dia adalah orang pertama dari sesi kedua yaitu, Fitria Nur Rosyidah, Kepala SMP IT Al-Hanif Cianjur  Dia menyampaikan paparannya dengan judul Menciptakan Taman Syurga Literasi di Pesantren. Nah, lho menciptakan ‘taman syurga’. Tidak sembarang materi yang disampaikannya.

Setelah dipersilakan moderator, Bu Fitria  memulai tentu saja dengan memperkenalkan diri dan tugasnya. Lalu dengan menyatakan betapa besarnya jasa Media Guru bagi dirinya dia membuka dengan salam khas, literasi. Dengan penuh semangat dia menutup perkelanannya dengan ucapan khas, Salam Inspirasi, Salam Litersi, Salam Pejuang Sejati, serunya penuh semangat diiringi menyebutkan sekolah tempat dia mengabdi.

Selanjutnya Bu Fitria menjelaskan latar belakang kreasinya ini. Kata Bu Fitria, menyaksikan kenyataan anak-anak kami yang ditinggal orang tua yang mungkin merantau ke Luar Negeri atau ke Luar Daerah betapa risaunya kami. Kami galau. Dan dalam kenyataan anak-anak juga meninggalkan sekolah (guru) karena covid-19 membuat Bu Fitria bersama teman-temannya berpikir untuk menambah ilmu. “Dalam kegalauan tingkat tinggi dan kesunyian di kompleks karena ditinggal para santri saya memanaatkan waktu ini untuk mencari ilmu,” katanya. Dan atas kehendak Allah, Bu Fitria merasa bersyukur dapat bergabung di Media Guru yang memberinya peluang untuk menambah ilmu itu.

Tampilnya dia di webinar ini adalah bagian keberhasilannya menyerap ilmu melalui Media Guru, katanya. Selanjutnya Bu Fitria memaparkan materi webinarnya yang berjudul Menciptakan Taman Syurga Literasi di Pesantren itu. Para peserta webinar khusyuk menyimak setiap penjelasan dari Kepala Sekolah ini.

Apa saja dan bagaimana strategi Bu Fitria dalam menciptakan ‘taman syurga’ literasinya itu? Pertama, katanya dia menyediakan sarana prasarananya terlebih dahulu. Sebutlah, misalnya menyediakan rak-rak buku, lalu menyediakan buku-bukunya. Terutama buku-buku novel yang terbaru. Dia juga membeli buku-buku untuk anak kandungnya.

Lalu dia memasang dua buah tenda. Satunya untuk tempat memasak (tenda dapur) dan satunya lagi disebut Tenda Peleton yang digunakan untuk berliterasi itu sendiri, seperti membaca, mereviu buku dan lain sebagainya. Terbayang oleh kita bahwa dalam tenda itu begitu akan menyenangkan karena bisa makan, minum dan tentu saja aktifitas literasi itu sendiri. Begitulah keadaan yang diharapkan membuat semua pesrta merasa senang semua anak-anak yang hadir. Satu hal penting yang juga dilaksanakan adalah bahwa di sini adalah program membaca dan menghafal alquran. Tentu saja konotasi membaca ayat-ayat suci adalah pahala yang kelak akan mendapatkan balasan berupa syurga dari Allah.

Ternyata dua tenda ini juga akan menjadi kejutan nantinya ketika para santri kembali ke sekolah. Hal lainnya, Bu Fitria juga membuat banyak program yang berkaitan dengan keliterasian. Dan dengan haru dia mengatakan bahwa Taman Syurga Literasi yang terbangun di pojok pesantrennya itu juga akan mampu menjadi ladang pahala yang kelak di yaumil akhir dapat diterima balasannya. Sungguh membanggakan kita atas apa yang dibuat Bu Fitria ini. Selamat, ya Bu. Semoga kami semua terinspirasi oleh kreasi Ibu. Salam Literasi, Salam Inspirasi, Salam Pejuang Literasi.***

Bisa juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id



SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar