12 Sep 2020

Tanjungbatu, Saya Rindu: Sepenggal Kisah di Masa Lalu (ke-16)


Oleh: Khairul Amri
Bermastautin di Pekanbaru

SEMUA keperluan untuk keberangkatan ke Tanjungbatu sudah siap. Perjalanan jauh ke negeri rantau yang sama sekali belum saya ketahui, apalagi disinggahi, segera akan dijalani. Meski tetap ada keinginan menolak dalam hati, tapi saya coba simpan rasa itu dalam-dalam.

Paman sudah siap. Kami akan berangkat ke Tanjungbatu, Kundur, Kepulauan Riau naik kapal besar. Ini seperti yang disampaikan Paman ketika membujuk saya waktu itu. 

Satu2nya pelabuhan kapal besar di Pekanbaru, di tahun 1990 itu, adalah Pelabuhan Pelita Pantai. Letaknya persis di ujung Jalan Jenderal Sudirman, Kota Pekanbaru. Warga Pekanbaru, apalagi yang sudah lama menetap di kota ini, pasti familiar betul dengan pelabuhan ini. Di sini pula tempat naik dan turun penumpang, dari dan yang tiba di Pekanbaru. 

Sekarang, Pelabuhan Pelita Pantai tinggal kenangan. Karena di atasnya sudah melintas jembatan panjang kebanggaan masyarakat Pekanbaru dan Riau, yaitu jembatan Siak IV. Jembatan ini, sekarang, membentang di atas sungai Siak, menghubungkan daratan seberang di ujung Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Pekanbaru Kota dengan daratan seberang sana di Jalan Sembilang, Kecamatan Rumbai Pesisir. 

Kalau saat ini kita berdiri di atas jembatan Siak IV, lalu menoleh ke bawah di posisi arah menuju ke seberang Rumbai Pesisir, maka lokasi Pelabuhan Pelita Pantai pun nampak dengan jelas. Pelabuhan itu, tinggal nama. Sementara pelabuhan umum saat ini di Pekanbaru, dipindah ke Pelabuhan Sungai Duku, di Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru.  

Tiba di Pelabuhan Pelita Pantai, hati saya senang. Sore itu, terlihat ada kapal besar yang sudah sandar di sana. Kata Paman, itulah kapal besar yang akan kami tumpangi untuk sampai ke Tanjungbatu. Kapal itu terbuat dari kayu. Di sisi kanan kapal ini, saya ingat ada tulisan: KM. JHONSON. 

Ramai juga penumpang yang ikut naik kapal. Karena kapal ini, selain berisi penumpang, juga banyak muatan lain di dalamnya. Ada barang2 dagangan, seperti sayur, ikan, buah2an dan lainnya. Bahkan ada juga kendaraan roda dua yang diangkutnya. 

Situasi di Pelabuhan Pelita Pantai, sore itu sangat sibuk. Aktivitas muat sangat ramai. Dan, setelah semua barang2 dimuat ke kapal, barulah penumpang dipersilahkan naik. Masing2 penumpang diarahkan ke kamar, sesuai tiket yang sudah ada di tangan. 

Saya tanya ke Paman, berapa lama kapal itu sampai ke Tanjungbatu? Kata Paman, biasanya dua hari dua malam. Sebab, kapal besar ini tidak langsung bergerak dengan tujuan Tanjungbatu, tapi akan singgah di beberapa tempat. Para pedagang dan barang dagangan yang ada di kapal, akan ikut diturunkan di tempat-tempat pemberhentian tersebut. 

Dua hari dua malam? Lama juga saya merenung. Selama itu di dalam kapal. Perjalanan yang begitu lama dan jauh. Mana pernah saya sebelumnya, naik kapal selama itu.

Menjelang malam. Senja pun mulai nampak. Sinar matahari siang pelan2 hilang di ufuk barat. Suasana yang tadinya terang dan ramai, di Pelabuhan Pelita Pantai, berganti dengan suasana tenang. Air sungai Siak yang nampak tenang, seperti ikut pula menjadi saksi keberangkatan saya naik kapal itu dari Pekanbaru ke Tanjungbatu.

Jelang berangkat, terdengar bunyi klakson kapal KM. JHONSON sebanyak tiga kali. Semua barang dan penumpang sudah naik ke kapal. Itu tandanya, ikatan tali kapal di pelabuhan sudah siap dibuka. Kapal pun mulai bergeser pelan2 meninggalkan Pelabuhan Pelita Pantai. 

Dalam gelap saya melihat samar2 wajah Mak saya, Nenek dan keluarga lainnya. Mereka semua melambaikan tangan melepas keberangkatan saya dan Paman menuju Tanjungbatu, Kundur, Kepulauan Riau. 

Tanjungbatu, ketika itu sama sekali belum terbayang oleh saya. Ada apa di negeri itu. Akan seperti apa keseharian saya di sana, dan sampai kapan saya akan tinggal di sana. 

Awalnya, Tanjungbatu begitu misterius. Tapi, ternyata negeri ini membekas dalam di hati dan diri saya. Bekas itu, dari dulu hingga sekarang, rupanya tertanam di diri saya. Tanjungbatu yang awalnya asing, justru sekarang saya rindui. 

Rindu ke Tanjungbatu bukan lagi rindu sebentar. Saya rindu, dan terus akan merindunya. **

Pekanbaru, 11092020
Sambil ngopi sore jelang Ashar @kedai kopi Yong Bengkalis Jl. Mangga

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar