6 Sep 2020

Tanjungbatu, Saya Rindu: Sepenggal Kisah di Masa Lalu (ke-12)


Oleh: Khairul Amri
Bermastautin di Pekanbaru

MAK saya, almarhumah (Hj) Syamsinar Nur. Ia anak pertama dari lima bersaudara. Sejak 2013, ia sudah meninggal di usia 58 tahun. Semoga Mak tenang di alam sana dan dilapangkan kuburnya oleh Allah swt. Amin.

Paman, Tuok Ongah (kami memanggilnya begitu) M. Rasyid Nur adalah anak kedua dari kakak beradik di keluarga Mak. Tiga adik Mak dan Paman juga perempuan. Semuanya diberi akhir nama 'Nur' oleh datuk dan nenek saya. 

Urutannya: (pertama) Mak saya, Syamsinar Nur, (kedua) Paman saya M Rasyid Nur, (ketiga) Mak Udo saya, Syamsiar Nur, (keempat) Mak Oncu saya, Syamsidah Nur (almarhumah), dan terakhir (keempat) Mak Etek saya, Syamsiah Nur. Yang terakhir ini anak bungsu dari lima bersaudara itu.

Kok bisa pakai nama akhir 'Nur' semua? Karena nama Datuk saya (H) Nurdin dan Nenek saya (Hj) Sawai. 'Nur' juga berarti cahaya. Nah, gelar haji dan hajjah sengaja saya beri tanda kurung. Sebab mereka semua semasa hidupnya belum berkesempatan berhaji ke Tanah Suci, namun dihajikan dengan cara 'badal haji' oleh anak dan keluarga.

Dari lima bersaudara, Pamanlah satu-satunya laki-laki. Itu pula yang membuat Paman punya nilai lebih. Sebab, masa-masa itu masih ada pameo para orang tua di kampung saya: anak laki-laki itu harus jadi orang sukses, belajar tinggi-tinggi. Sedangkan anak perempuan cukuplah sedang-sedang saja, karena nanti pun akan ke dapur juga. 

Jadilah Paman saya lebih banyak hidup di rantau, daripada di kampungnya. Setamat PGA (Pendidikan Guru Agama) 6 tahun Pekanbaru, Paman lanjut kuliah di Universitas Riau (Unri, saat ini disingkat UR). Akhirnya Paman lulus dengan gelar Sarjana (S1) bergelar Drs (doktorandus). Ilmu kuliah Paman Bahasa Indonesia FKIP Unri, makanya Paman memilih jadi guru PNS. 

SK pertama Paman, itulah yang membawanya merantau lebih jauh. Ke Tanjungbatu, Kundur, Kepulauan Riau. Dia diangkat bersama dua orang temannya, Pak Ali Anwar dan Pak Maharni dari daratan Sumatera untuk mengabdi di Kepulauan Riau, Tanjungbau Kundur. Saat itu, baru pertama kali ada sekolah negeri setingkat SMA Negeri di Tanjungbatu. Itulah sekolah baru.

Di SMAN 1 Tanjungbatulah Paman diangkat menjadi guru berstatus Pegawai Negeri. Inilah awal jejak karir Paman pertama kali sejak resmi diangkat jadi PNS. Tapi, pengalaman dia mengajar, setahu saya, sudah banyak sekolah di Pekanbaru maupun di tempat lain sebelum merantau ke pulau. Di Pekanbaru juga menjadi guru (honor) di SMP dan SMA Nurul Falah, Kampung Bukit, Pekanbaru. 

Maka tak ada jalan lain, saya juga anak laki-laki. Saya juga cucu pertama di keluarga ini. Meski yatim, sejak umur 1,5 tahun, sepeninggal Abah saya, Abu Yazid (almarhum), pendidikan saya pun harus diselamatkan. Saya harus sukses, paling tidak bisa mengikuti jejak Paman. Itulah yang diharapkan oleh keluarga kami, Mak serta seluruh keluarga lainnya.

Itulah sebabnya Paman keras sekali membujuk saya ikut dengannya ke Tanjungbatu. Ditambah lagi karena ada wasiat dari Abah saya. Mau tidak mau, bisa tidak bisa, didorong pula oleh semangat dari Mak dan Nenek, maka saya harus bisa dibujuk bersekolah di Tanjungbatu. 

Apakah ada firasat kalau jalan hidup dan didikan Paman selama di Tanjungbatu itu akan jadi hebat dan berpengaruh seperti ini, dalam hidup saya? Ketika itu, sama sekali tak terbayang sampai ke sana. Namun, seiring waktu dan hidup yang terus dijalani, sangat terasa bahwa cerita kehidupan itu jadi bagian dari hidup saya.

Apa tidak jadi memuncak kerinduan saya ke Tanjungbatu. Bila mengingat jalan cerita itu. Banyak suka-duka yang saya rasakan selama berada di Tanjungbatu. Itu semua tentu saja membuat rindu terus memuncak.

Tanjungbatu... Saya rindu ke sana lagi. Bukan hanya soal tempat ini sudah seperti kampung kedua bagi saya. Lebih dari itu, Tanjungbatu sudah menjadi warna terbesar dalam perjalan hidup saya, sampai saat ini.

Akankah saya bisa selalu ke Tanjungbatu. InshaaAllah... Semoga dimudahkan olehNya langkah dan keinginan baik tersebut. ***

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar