27 Nov 2020

Tiga Pendekar Gurusiana "Sukses Penulis 365"


"SUKSES Penulis 365", itu adalah tema Webinar Media Guru Indonesia (WMGI) yang dihelat pada hari Rabu (25/11/2020) kemarin itu. Dan webinar itu adalah webinar ketiga dari rencana lima WMGI yang sudah dirancangt MGI. Untuk webinar kali ini tampil tiga penulis hebat. Penulis yang sudah bertahan menulis tanpa 'cacat' selama 270 hari alias 9 bulan dengan ganjaran Piagam Diamond. Dan mereka yang jumlahnya 112 saja di angakatn pertama, (data Pak CEO) ini sedikit lagi akan menembus angka 365 hari alias satu tahun. Dan penghargaan tertinggi dari MGI sudah menanti.

Saya akan menyebut mereka sebagai pendekar gurusiana pada catatan ini. Meskipun cap pendekar juga layak untuk semua yang sudah lolos menjelang ke angka 365, katakan saja mereka bertiga yang didapuk menjadi narasumber, ini mewakili yang lainnya. Tiga orang yang pada webinar ini akan menceritakan pengalamannya menulis di gurusiana adalah, 1) Harnieti, MPd (Kepala UPTD SMP Negeri 1 Luak Lima Puluh Kota, Sumbar yang sekaligus juga sebagai Ketua IGPPL); 2) Saeful Hadi, S Sos, (Guru SMA Negeri 2 Banjar, Jabar) dan 3) Dra, Riful Hamidah, MPd, (Guru SMK Negeri 1Magetan, Jawa Timur).

Seperti biasa, pembuka pertemuan adalah Pak CEO. Saya sudah membuat catatan tersendiri sebelum catatan ini. Setelah baru moderator mempersilakan salah satu dari tiga orang pendekar ini untuk tampil. Dan yang pertama diberi kesempatan adalah Ibu Harnieti. Judul presentasi Bu Harnieti adalah "Pohon Gurusiana Berbuah Karya." Satu judul yang mengena di hati kita. Dengan analogi pohon dia menjelaskan bagaimana pandangan dan konsep Bu Harnieti terhadap gurusiana yang bagaikan pohon dengan hasil buahnya . Dia mengiktibarkan gurusiana itu sebagai pohon yang berbuah bukan hanya dapat dinikmati oleh pemilik pohonnya tapi juga dapat dirasakan oleh orang lain.

Dalam presentasinya, setidak-tidaknya ada empat hal yang disampaikan Bu Harnieti kaitannya dengan gurusiana sebagai sebuah wadah kreativitas menulis. Pertama, gurusiana sebagai penuangan ide. Maksudnya, dengan gurusiana kita bisa menyajikan ide-ide yang ada di pikiran kita menjadi sebuah tulisn. Ide-ide kita tidak mengendap di pikiran dan perasaan kita saja, tapi diketahui dan dipahami oleh orang lain melalui tulisan kita.

Hal kedua, kata Bu Harnieti mengatakan bahwa gurusiana dapat mengedukasi diri dan orang lain. Artinya, dengan gurusiana, katanya kita bisa mengedukasi diri kita dan juga orang lain. Dengan memposting tulisan artinya ada nilai-nilai edukasi di dalamnya yang bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Ketiga, gurusiana dapat menjadi wadah untuk memanfaatkan waktu luang secara positif. Kita ada banyak waktu untuk bermacam-macam hal. Apalagi di era pandemi covid-19 ini tentu saja ada banyak kesempatan kita di luar kewajiban sebagai guru. Menulis di gurusiana adalah salah satu tempat kita mengisi waktu itu, katanya.  Keempat, gurusiana dapat menjadi wadah untuk mengembangkan karier. Benar, sudah terbukti saat ini, dengan keberhasilan menulis buku para guru yang selama ini mandeg naik pagkatnya, kini sudah teratasi. Membuat karya tulis yang selama ini menjadi momok, kini tidak lagi. Itu berarti pangkat akan bergerak naik dan karier pun akan mengikutinya.

Selamain kemanfaatan yang dibeberkan oleh Bu Harnieti, dia juga menyampaikan berbagai dampak positif dan negatif dari menulis di gurusiana. Beberapa dampak positi dia mencontohkan antara lain, milsanya menjadi mampu menulis, bisa memfasilitasi kegiatan pelatihan menulis, mendapat penghargaan, dan banyak lagi. Terima kasih, Bu Harnieti.

Tampil kedua adalah Pak Saeful Hadi dengan membuka presentasinya dengan pernyataan "Gurusiana Bermutu; Produktif Menulis Buku." Pak Saeful memulai penjelasannya perihal perkenalan awalnya dengan gurusiana. Bagaimana dia akhirnya termotivasi kembali untuk menulis setelah sempat fakum sebelum bertemu gurusiana. Dengan mengucapkan terima kasih yang tinggi kepada Pak Ihsan dan Mas Eko, Pak Saeful juga menjelaskan bagaimana dia akhirnya menjadi begitu produktif menulis setelah bersama gurusiana. Padahal dia mengatakan begitu banyaknya kesibukannya sebagai guru. Dengan jumlah kewajiban setara dengan 40-an jam, dia masih tetap mampu produktif menulis.

Apa kiat Pak Saeful? Pertama, manajemen waktu. Maksudnya, bagaimana kita mengatur waktu aktivitas kita sehari-hari. Dia memang menggunakan waktu seefektuf mungkin dalam kesehariannya. Keuda, mengolah imajinasi dan wawsasan. Kata Pak Saeful, setiap imajinasi yang ada mesti diolah dengan baik. Dari imajinasi itu akan muncul ide-die yang dapat ditulis.

Pak Saeful juga menyebut bahwa kegiatan ini dapat mengembangkan karier seperti sudah disampaikan narasumber sebelumnya. Selain itu, menurut Pak Saeful buku yang kita tulis juga dapat menjadi bahan pembelajaran. Dia membuktikan tulisannya banyak dipakai untuk pembelajaran. Lalu hal ketiga yang diuraikannya perihal menulis yang dapat sebagai sebuah kenikmatan. pasti kita merasakan sehabis menulis pasti ada kepuasan. Itu artinya sebuah kenikmatan, katanya. Dan di bagian presentasinya dia juga menjelaskan beberapa buku solo dan 20-an buku antologi yang sudah dihasilkan. Dan jangan lupa, katanya, selain guru juga siswa menjadi ikut menulis menghasilkan buku sejak dia terlibat bersama gurusiana.

Untuk narasumber terakhir adalah Ibu Dra. Riful Hamidah, MPd yang menyampaikan pengalamannya bersama gurusiana dengan topik "Ngeblok Dulu Ngebook Kemudian.' Judul ini tentu menarik perhatian kita. Kalau MGI mempunyai jargon 'gurusiana dulu, buku kemudian,' ternyata Ibu yang tulisannya selalu populer ini membuat satu jargon menarik, 'ngeblok dulu, ngebook kemudian. 

Apala dan bagaimana Bu Riful memandang gurusiana? Pertama, katanya gurusiana berfungsi sebagai penyalur hobi. Karena Bu Riful memang hobi menulis, nah dengan bergabung di gurusiana dia menemukan padang luas untuk menanam benih hobinya menulis. Ratusan tulisan sudah dihasilkannya di gurusiana. Kedua,  menulis itu sebagai tuntutan profesi. Sebagai guru, sesungguhnya kita dituntut untuk menulis.  Menulis adalah kewajiban yang harus dilakukan demi menjaga dan meningkatkan kompetensi. Jadi, menulis ini bukanlah semacam pilihan tapi adalah kewajiban. Begitu dia menjelaskan. Satu hal yang juga disampaikannya adalah menulis itu sebagai usaha untuk menyiapkan warisan. Tulisan inilah yang yang akan mmenjadi warisan yang sangat besar manfaatnya bagi kita penulis dan juga bagi pembaca. Kita tahu, di dalam tulisan itu ada ilmu yang berguna. Berbanding harta benda lebih mewariskan ilmu, katanya.

Sebenarnya masih begitu banyak ilmu dan wawasan yang disampaikan ketiga pendekar gurusiana ini. Jika ingin detail, tentu saja dapat kita telusuri langsung melalui YouTobe chanel Media Guru. Rekaman lengkap dari menit pertama hingga ke akhir webinar ada di situ. Semoga ilmu dan pengalaman mereka dapat kita serap dan terapkan sesuai dengan kemampuan kita.***\

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar