11 Des 2020

Berbahagia itu Sederhana, Dampingilah Dia


Oleh M. Rasyid Nur

HIDUP itu amanah. Amanah dari Dia, Allah. Manusia hanya menjalani sekaligus menjalankannya. Ketika menjalaninya manusia akan pasrah dan tawakkal hanya kepada-Nya. Dan ketika menjalankannya, manusia akan melakjukan berbagai hal sebagai bukti usaha dalam menerima amanah. 

Dalam merealisasikan amanah banyak tujuan dan harapan yang diinginkan. Salah satu keadaan atau perasaan yang dicari dan diinginkan manusia dalam hidupnya adalah rasa berbahagia. Berbahagia yang mengandung makna perasaan senang dan atau tentram yang diperoleh atas apa yanag diusahakan tentu saja bersifat relatif bagi setiap orang.

Seseorang bisa merasa berbahagia karena tercukupinya rezeki dan keperluan hidup lainnya. Ada pula merasa berbahagia karena banyaknya uang dan harta-benda. Atau karena memiliki keluarga yang banyak dan banyak hal lainnya. 

Sesungguhnya dalam hidup dan kehidupan tidak semua harapan berjalan sesuai harapan. Tidak semua rencana dan pekerjaan akan berjalan dengan mulus. Terkadang ada masalah melanda. Baik itu masalah besar atau pun masalahnya kecil. Itu dapat menjadi sebab perasaan tidak tercapainya perasaan berbahjagia. 

Untuk keadaan ini lazimnya sikap yang ditempuh adalah bersabar dan berusaha menyelesaikan masalah dengan sebaik-baiknya. Bagi sebagiannya mungkin dengan berdoa kepada Allah agar hati menjadi tenang. Perasaan berbahagia tetap dapat digapai. Di posisi inilah akan adanya perasaan yang akan mengarahkan untuk bersyukur. Jadi, posisi belum terwujudnya harapan tidak membuat orang lupa kepada-Nya. Justeru mendekatkan diri kepada-Nya akan mengantarkan orang itu kepada sikap bersyukur. Bukankah sudah begitu rahmat dan nikmat dari Allah yang diterima?

Dengan memahami keadaan seperti itu, seseorang akan tetap memupuk dan merawat perasaan bahagia yang ada. Setiap kondisi pasti ada arti dan hikmah dari Yang Maha Kuasa. Karena itulah, dalam agama (Islam) ada perintah atau anjuran kepada umatnya untuk selalu bersyukur. Mengapa? Dengan bersyukurlah manusia akan membuktikan keredhoan dan tanda syukurnya. Orang cerdas bersyukur memberi bukti bahwa dia adalah seorang hamba yang ridha dengan takdir Allah. Ridho itulah yang membuka jalan ke rasa berbahagia. Dan ridho adalah bukti lain bahwa seseorang itu hatinya sehat.

Sebagai guru atau profesi apapun, sesungguhnya untuk mendapatkan perasaan bahagia itu sama saja. Kunci utamanya adalah bagaimana seseorang itu bisa mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Pemberi Bahagia. Jadi, dampingilah Dia maka rasa berbahagia akan diperoleh kapan dan di mana saja.***


SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar