31 Des 2021

Menyambut Tahun Baru ala Keluarga Amiruddin Maliki


BERMALAM tahun baru. Ya, menjelang datangnya tanggal satu. Setiap menjelang tanggal satu di tahun baru (Masehi), itu orang-orang akan melakukan berbagai acara. Lazimnya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Berkumpul, makan-makan atau bentuk lainnya. Ada yang agak jelek, berpesta hingga lupa segala-galanya. Yang ini bukan tidak ada. Kalau berkurang tahun ini mungkin karena covid-19 yang belum juga reda.

Tapi malam Sabtu (31/12/2021) ini isteri dan keluarga besar isteri juga berkumpul. Ikut juga anak dan menantu saya. Dan malam ini adalah malam terakhir di tahun 2021. Besok hari pertama Januari 2022. Berarti malam tahun baru? Ya, ini malam tahun baru di tahun masehi. Tapi, kami tidak menyebut kegiatan kami malam itu sebagai merayakan Malam Tahun Baru. Paling tidak, bukan dalam maksud sebagaimana selama ini terjadi. Kami, keluarga Amiruddin Maliki (almarhum) malam ini berkumpul di rumah tua, di Kampung Bukit. Sekadar berkumpu-kumpul dan makan bersama.

Yang selama ini dipahami, setiap menjelang tanggal satu orang berkumpul menanti detik-detik datangnya tanggal satu pada pukul dua belas malam. Orang-orang akan memasak makanan, menyiapkan minuman serta kelengkapan lainnya. Ada juga yang melaksanakan pesta di pantai, di kaki gunung atau di lapangan terbuka dengan memasang tenda. Kami malam itu di rumah saja. Maksud saya, kami berkumpul satu keluarga di Rumah Tua, rumah mertua. Dari Eyang hingga ke cucu, malam ini ikut bersama. Lagi pula, Karimun masih memberlakukan larangan berkumpul-kumpul di keramaian sesuai edaran yang dibuat Pemda.

Setiap tahun, keluarga isteri saya memang selalu berkumpul. Tidak hanya di tahun Masehi. Juga di tahun Hijryah. Acaranya sederhana. Berdoa untuk keselamatan bersama lalu makan dan minum apa yang sudah disediakan. Terkadang juga menyiapkan sajian khas yang disiapkan pada saat itu juga.

Seperti tahun baru ini kami sepakat membakar jagung saja. Tempatnya juga di teras rumah tua, Kampung Bukit. Ada jagung rasa keju manis, rasa pedas dan rasa lainnya. Ada juga bakar sosis dengan aneka rasa juga. Sejak bakda magrib kami sudah memulai kegiatan dengan jeda sebentar saat masuk isya.

Saat waktu isya masuk, tentu saja solat bagi yang tidak bekerja. Selanjutnya bergantian solatnya. Dan selepas solat, acara membakar jagung dan sosis dilanjutkan. Untuk yang belum makan malam, silakan makan saja. Acaranya memang hanya untuk bersenang-senang setelah sebelumnya berdoa.

Saya pikir, melakukan kegiatan seperti ini tidak ada salahnya. Lagi pula, kami sepakat kegiatan bermalam tahun baru ala keluarga isteri saya ini tidak mengharuskan menunggu detik-detik datangnya tanggal satu, pukul dua belas malam itu. Menjelang pukul sepuluh malam, kami sudah boleh bubar. Saya dan isteri pun kembali ke rumah –di Wonosari—sekitar pukul sepuluh malam.

Saya tidak tahu, apakah di luar sana ada juga acara khusus, menyambut tahun baru. Lagi pula, dengan masih berlakunya edaran larangan berkumpul disebabkan covid-19 boleh jadi masing-masing keluarga hanya membuat acara di rumah masing-masing. Silakan saja. Mau mengawali dengan berdoa untuk keluarga atau langsung tancap gas ke acara makan-makan, silakan saja. Sesungguhnya, pergantian tahun haruslah diartikan sebagai peringatan kepada kita bahwa usia kita bertambah dari sisi penggunaan dan akan berkurang dari sisi sisa yang masih diizinkan Tuhan. Untuk itu, menyambut tahun baru haruslah diisi dengan kegiatan-kegiatan positif agar kita tidak menyesal setelah itu berlalu. Selamat tinggal tahun 2021 dan selamat datang tahun 2022.***

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar