21 Jan 2022

Si Kecil yang Usil



Catatan Hj. Yulita Muaz
INI kisah tentang anakku. Aku percaya catatan singkat ini akan berguna untuk motivasi. Memotivasi aku dan pembaca tulisan ini, insyaallah. Kisah tentang keberhasilan anakku, Ryed dalam satu kegiatan di sekolah. 

Kisah ini bermula dari  kebiasaanku  melihat anak tak bekerja saat aku bekerja, maka aku akan menyuruhnya bekerja. Waktu itu, di bulan suci Ramadhan, tahun 2007 menjelang Idhil Fitri.  Semua orang disibukkan dengan memasak bermacam masakan. Aku ingat untuk memasak aku masih menggunakan kompor minyak tanah. 

Aku panggil anaakku yang bungsu, waktu itu masih kelas 4 Sekolah Dasar, namanya Ryed. Kami selalu manggilnya Yid. Dia tipe anak selalu ingin tahu tentang sesuatu. "Yid bantu Mami, ya?" kataku. "Bersihkan kompor ini. Kompornya sudah tak bagus lagi nyala apinya." 

"Gimana caranya Mi?" 

Lalu aku ambil obeng, aku ajarkan cara membuka mur-muor yang ada di kompor. Anakku mulai membuka mor-mor yang ada di kompor, dilanjutkan mencabut sumbunya. Kerangka kompor itu dicucinya. Woouu, bersih. Terpancar dari raut wajahnya, ada rasa puas. Dia bisa membersihkan kompor. Sekali mengerjakannya, sebentar saja sudah selesai membersih kan kompor.   Beresssss. 

Ketika itu kami baru saja membeli seperangkat komputer.  Si bungsu sibuk main komputer dan mencari program-program yang ada di komputer. Siapa orang tua yang tak bangga melihat anaknya sudah mahir bermain komputer pada usia sebegitu. Ilmu yang kuterapkan kepada si bungsu diperaktekannya ke perangkat komputer. Semua diutak-atiknya,  mulai dari kybord sampai CPU. Apalagi program-program yang ada. Sangat lincah tangan mungilnya memainkan mouse. 

Semua perangkat keras diperetelinya. Waktu itu aku buta sekali dengan komputer. Yang menjadi hobi hanya bermain zuma, sedangkan yang lain-lain awam sama sekali. Karena seringnya  si bungsu mengutak-atik alat itu, komputer akhirnya menjadi rusak, dan selalu diperbaiki. Jika rusak, diperbaiki lagi. Begitulah selalu. 

Aku sebagai seorang guru memahami tentang itu. Itu semua adalah karena keingintahuannya. Namanya anak-anak yang ingin tahu, aku tidak memarahinya.  Si bungsu kubiarkan melakukan itu dengan tetap dalam pengawasanku. Aku tahu anakku bermain komputer, biarlah dia belajar secara otodidak. Itulah sikapku waktu itu.


Ketika menyelesaikan sekolah di Sekolah Dasar  003 Tanjungbatu, Ryed melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negri 1 Tanjungbatu.  Di sekolah ini ia bertemu dengan Gilang.
Gilang  juga jago komputer sehingga pertemanannya semakin akrab. Mereka bekerjasama. Ryed pintar mendisain gambar-gambar sementara Gilang mencari kata-kata yang sesuai untuk gambar,  sehingga mereka sering menerima orderan untuk membuat kartu undangan. Hal ini berlanjut sampai mereka menyelesaikan pendidikan di sekolah ini.

Tahun 2012 Yid melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas, SMA Negri 1 Kundur. Sekolah ini berlokasi di Batu Empat Kota Tanjungbatu, Kundur. Pulau Kundur adalah sebuah pulau kecil yang  yang temasuk Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Di sekolah ini pulalah aku mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa.
 
Di SMA tempat Ryed belajar dia dikenal jago komputer oleh teman-temannya. Setiap tahun selalu ada Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional. yang disingkat dengan FLS2N yang diikuti Ryed. Festival ini merupakan wahana keterampilan bidang seni bagi siswa siswi SMA maupun SMK yang salah satu lombanya adalah Lomba Disain Poster.

Setiap sekolah mengirimkan perwakilan untuk mengikuti lomba tingkat Kabupaten Karimun yang diadakan di bulan April tahun 2012.;Saat itu guru pembibingnya, Ibu Roha mencari siswa yang mahir mendisain gambar di komputer.

Sahabat Ryed, Yori namanya memberi tahu Ibu Roa kalau Ryed pintar komputer. "Bu, Ryed itu pintar main komputer. Dia bisa membuat gambar," kata Yori kepada gurunya itu. 
 
"Coba kamu panggil dan suruh menghadap Ibu." Ryed pun dicari oleh Yori di kelasnya. "Ryed, kamu Ibu tunjuk untuk mewakili SMAN 1 Kundur ikut lomba disain poster Tingkat Kabupaten Karimun." Ibu Roha meminta Ryed untuk mewakili sekolah dalam lomba itu. Sebagai orang tua, aku sebagai seorang ibu dan juga sebagai gurunya mulai mendampingi untuk mendisain.  Tema yang ditentukan,  tentang narkoba. Harus diimformasikan dalam bentuk gambar. 
 
Setiap gambar yang dibuatnya aku kritik kalau ada yang tak pas. Setelah gambar siap, aku suruh Ryed untuk melihatkan kepada guru yang mahir penataan gambar dan paduan warna. Alhamdulillah, Ryed yang baru kelas 1 SMA sudah bisa meraih juara 2 Lomba Disain Poster Tingkat SLTA se-Kabupaten Karimun, waktu itu. Kegiatannya diadakan di Tanjungbalai Karimun.

Tahun berikutnya, April 2014 anakku terpilih lagi mewakili sekolah untuk ikut lomba disain poster. Aku selalu menanamkan pada anakku agar hasil karyanya dikeritik orang. Jangan takut dikritik. Hal itu ternyata hasilnya meraih juara 1 Tingkat Kabupaten Karimun. Untuk kelanjutannya, anakku menjadi utusan dari kabupaten ke Tingkat Provinsi yang diadakan di Tanjungpinang,  Ibukota Propinsi Kepulauan Riau.
 
Waktu itu, aku dan suami pergi ke Tanjungpinang mendampinginya. Ini sebagai motivasi dan perhatian orang tua untuk kepercayaan diri anak. Ini penting menurutku. Persaingan di sini cukup berat. Di sini berkumpul anak-anak yang jago disain poster. Lomba perwakilan dari masing-masing kabupaten. Tidak akan ringan bagi anak-anak dari kecamatan. 
 
Setelah selesai mendisain gambar. Gambar itu diprint oleh panitia dan dipajang di atas meja. Semua yang ada di situ boleh melihat hasil karya dari para utusan kabupaten.  Aku juga ikut melihatnya. Aku perhatikan satu persatu. Hasilnya semua bagus. Lama ku perhatikan hasil karya anakku.  Di situ ada pesan yang tersirat bahaya narkoba. Dalam hati aku berdecak kagum hasil disain poster anakku itu.

Bagus, bagus sekali, gumamku. Aku memperkirakan, anakku bisa dapat juara, tapi tak tahu, apakah juara 1, 2, 3 atau paling kurang juara harapan, kataku dalam hati. Sampailah pada malam pengumuman. Aku perhatikan muka para peserta lomba disain poster harap-harap cemas menjelang diumumkan. Kita belum tahu siapa pemenangnya. 
 
Akhirnya pemberiantahuan pemenangpun dimulai. Juara satu diraih dari SMA Negri Batam. Juara dua diraih SMA Negri Tanjung Pinang dan juara tiga diraih SMA Negri Satu Kundur. Aku ikut bangga. Dan sebelum tampil ke depan, kupeluk dan kucium anakku yang merupakan perwakilan SMA Negeri 1 Kundur. Rasa haru dan bangga terpancar dari wajah anakku, yang sudah mengangkat nama sekolah ke tingkat propinsi Kepulauan Riau. 

Anakku mendapat piala, uang yang jumlahnya cukup besar serta sertifikat juara tiga lomba disain poster  Tingkat Propinsi Kepulauan Riau. Doa dan suport sebagai penyemangat selalu kutanamkan pada anakku. Dengan adanya sertifikat ini anakku mencoba untuk mendaftar seleksi ujian masuk perguruan tinggi jurusan disain di Institut Tekhnologi Bandung, ITB. Sertivikat ini salah satu syarat untuk ikut test masuk ITB Jurusan Disain. Keberuntungan anakku ternyata belum ada di ITB. Saya tahu semua keberhasilan itu harus diraih dengan kerja keras, gigih dan semangat pantang menyerah. 

Aku selalu tanamkan pada anakku, jangan cepat puas dengan keberhasilan.  Carilah sisi-sisi kekurangan kita, sehingga bisa  mendapatkan hasil yang maksimal di masa yang akan datang. Bagaimanpun, keberhasilannya dalam lomba setingkat provinsi ini adalah satu kebanggaan bagi saya sebagai orang tua.***

Tg batu 20 januari 2022

Dra. Hj Yulita Muaz.

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar