1 Feb 2022

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (4)



Bagian 4 Melanjutkan Perjalanan Wisata Bersama Suami.

Oleh Dra. Hj. Yulita Muaz

Tegalalang Rice Terrace.

Selepas magrib kami sampai di hotel dan aku lihat suami pun baru sampai setelah mengikuti rapat kerja. Kami sama-sama sampai meskipun tanpa ada janjian. Pak Jusmin ngasih tau suamiku. "Pak, kami besok mau kembali ke Jakarta." 

"Kok. cepat sekali, kan besok kita bisa jalan jalan? Jalan sama-sama," kata suamiku.

"Yah, tak apa apa, Pak. Lain waktu kita bisa jalan sama-sama," kata Pak Jusmin. Setelah istirahat sebentar di lobi hotel, kami menuju kamar masing masing. 

Besoknya Pak Jusmin beserta isteri dan anaknya pamit. Kami hanya bisa mengantar sampai ke lobi. Saya peluk Bu Jusmin, "Sampai jumpa lagi, ya," kataku.

Sejenak, "Kita mau kemana?" tanyaku. 

"Kita pesan taksi," jawab suamiku. Lalu kami naik texi. Taxi mulai bergerak meninggalkan hotel dan aku bertanya, "Mmau kemana, Pak?"  kata sopir taxi. Kemudian sopir taxi mengeluarkan semua brosur brosur objek wisata. Aku diskusi dengan anakku, "Kemana kita  ya?" kataku.

Aku ingat ketika aku belajar di sekolah dasar, ada pembelajaran ilmu bumi. Aku sangat suka dengan pelajaran ini, selalu ada pelajaran membuat peta, peta Pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Sampai sekarang aku ingat pelajarannya,  gunung gunung, sungai sungai dan danau danau, ibu kota propinsi, bandara bandara. Itulah materi pelajaran waktu di sekolah dasar dulu. Aku ingat danau yang terkenal di Bali.

"Ke Danau Batur, bli," kataku ke sopir taxi. Mobil mulai berjalan agak laju, saya menikmati suasana sepanjang jalan, kami meninggalkan Kabupaten Badung menuju arah utara, yang suasananya mulai nuansa perkampungan.

"Ini daerah apa, bli?" katakuku. 

'Kita sudah memasuki Kabupaten Gianjar, Bu," kata bli. Kabupaten Gianjar berada di sebelah utara Kabupaten Badung. Jalan sudah mulai mendaki karena memasuki daerah pegunungan, cuaca mulai sejuk, mobil terus meluncur menuju arah utara.

Di depan, aku melihat banyak mobil parkir sepanjang jalan, "Itu ada apa, bli?" tanyaku. 

"Oh, itu objek wisata, Buk. Nanti kita berhenti di situ," kata bli menjelaskan. Kami pun turun. Kulihat banyak sekali tourist di sini. Di pinggir jalan banyak dijual beraneka souvenir. Anakku tertarik dengan tas anyaman dari rotan, "Mau, Mi," kata anakku. Dan aku menyuruhnya mengambil tas yang dia suka.

Lalu aku, suami serta anakku menyeberangi jalan melihat keindahan alam. Woouuu indah sekali, kataku dalam hati. "Ini daerah apa?"

"Tegalalang Rice Terrace." Terletak di dusun Ceking Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianjar Bali.
Mata pencarian penduduknya kebanyakan di sektor pertanian. Saat itu cuaca tidak begitu panas, angin sepoi sepoi, pohon pohon melambai lambai, udara sejuk nyaman dan adem.

Kami pandang hamparan sawah di lereng bukit, sawahnya bertingkat-tingkat, berkelok kelok menghijau, tak terlihat daunnya yang menguning. Padinya sama tinggi, sawah ini terletak di dua lereng bukit. Di sini terhampar tanaman padi mulai dari lereng menurun ke lembah dan naik lagi ke lereng bukit. Sawah di sini berundak atau bertingkat tingkat, undakan lahan pertanian ini dikenal dengan terasering.  

Terasering adalah mengolah lahan pertanian di lereng bukit, tujuannya ketika hujan lebat airnya mengalir dari satu petak sawah kepetak sawah yang dibawahnya sehingga tidak terjadi erosi atau pengikisan tanah oleh air.        

Banyak turis menuruni lereng, menikmati keindahan Tegalalang. Mereka turun menelusuri pematang sawah. Ada yang berombongan, ada juga berdua, mereka asyik berlari-lari kecil di pematang sawah.    

Kami tidak turun menelusuri pematang hanya memandang keindahan Tegalalang dari lereng bukit. "Bagus ya ,Pi. Alamnya indah," kataku. Anakku juga merasa puas melihat sistem pertanian di Bali. Saya buka gougle, digambarnya dilihat dari hasil foto  udara, tergambarlah sawah itu seperti lingkaran berlapis lapis, inilah daerah "Tegalalang Rce " ucap saya kagum. (bersambung)


SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar