17 Mei 2022

Pemuda Penghuni Surga, itu Karena Berakhlak Mulia


SETIAP kita ingin masuk surga. Siapapun kita. Berporfesi apapun kita. Karena surga adalah janji Allah yang merupakan tempat berlabuh terakhir dan abadi nan terindah setelah kematian manusia maka semua kita ingin menghuninya. Kita ingin tinggal di sana. Apakah kita akan mendapatkannya, inilah pertanyaannya.

Sebuah tulisan berjudul Inilah Sosok Pemuda Disebut Rasulullah SAW Penghuni Surga, Padahal Amalannya Sederhana Saja yang diposting di laman hajinews.id pada hari Selasa (10/05/2022) lalu menjelaskan tentang seseorang yang oleh Rasulullah dikatakan sebagai penghuni surga. Dalam hadits Rasulullah menyebut orang ini akan masuk surga meski ibadahnya biasa-biasa saja. Tidak terlalu getol dalam beribadah. 

Tersebab pernyataan Nabi itu para sahabat heran dan penasaran. Lalu bertanya dalam hati, apa gerangan yang membuatnya masuk surga? Dalam satu kisah, sebagaimana dikutip dari ceramah Direktur Quantum Akhyar Institute, Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan sebuah kisah tentang calon penghuni surga. Dikatakan dalam kisah itu, bahwa orang itu bisa-biasa saja ibadahnya. Lantas, amalan apa yang ia perbuat sehingga dijamin masuk surga? Dari hadits diriwayatkan Imam Malik Rasulullah Saw pernah berkata kepada para sahabat “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga.”

Perkataan Rasulullah itu membuat para sahabat penasaran dengan sosok yang disebut oleh Nabi. Pada saat itu, para sahabat melihat seorang laki-laki Anshar dengan wajah basah. Laki-laki tersebut baru saja mengambil air wudhu sambil membawa sepasang sandal jepit. Sekilas tak ada sesuatu yang istimewa pada laki-laki tersebut.

Keesokan harinya, Rasulullah Saw mengatakan hal yang sama: “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga”. Para sahabat pun semakin penasaran dengan sosok yang dimaksud Rasulullah. Namun, laki-laki yang membawa sepasang sandal jepit itu muncul lagi di hadapan para sahabat.

Ternyata Rasulullah Saw kembali mengatakan hal yang sama untuk ketiga kalinya. Para sahabat kemudian bertanya-tanya apa alasan laki-laki itu disebut sebagai calon penghuni surga. Salah satu sahabat, Abdullah bin Amr bin Ash pun memutuskan untuk membuntuti laki-laki yang disebut sebagai calon penghuni surga itu. Abdullah bin Amr bin Ash penasaran kira-kira amalan apa yang membuat laki-laki tersebut jadi salah satu orang yang selamat pada hari akhir.

Sahabat Rasulullah Saw itu kemudian meminta izin kepada laki-laki tersebut untuk menginap di rumahnya. Dengan begitu, dirinya akan mengetahui amalan apa yang dilakukan oleh laki-laki itu. “Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Jika boleh, aku ingin tinggal bersamamu selama tiga hari,” ujar Abdullah kepada laki-laki itu.

Laki-laki itu pun menyambut dengan gembira: “Tentu, silakan,” Selama 3 hari menginap, Abdullah hanya melihat si laki-laki melakukan ibadah yang biasa saja. Laki-laki itu bahkan tak tak pernah menunaikan ibadah sholat Tahajud di sepertiga malam. Abdullah bin Amr selalu mendengar laki-laki itu berzikir dan bertakbir saat terjaga dari tidur. Selain itu, laki-laki itu baru bangun saat waktu sholat subuh tiba. Laki-laki itu juga tak pernah menjalankan puasa sunnah. Meski begitu, Abdullah melihat bahwa laki-laki itu hampir tak pernah berbicara dan hanya melontarkan ucapan yang baik.

Saat akan beranjak pulang, Abdullah akhirnya mengakui bahwa dirinya menginap hanya untuk mengetahui amalan yang membuat laki-laki itu menjadi calon penghuni surga. “Wahai hamba Allah, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku. Tujuanku menginap di rumahmu adalah karena aku ingin tahu amalan yang membuatmu menjadi penghuni surga, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Aku bermaksud dengan melihat amalanmu itu aku akan menirunya supaya bisa menjadi sepertimu. Tapi, ternyata kau tidak terlalu banyak beramal kebaikan. Apakah sebenarnya hingga kau mampu mencapai sesuatu yang dikatakan Rasulullah sebagai penghuni surga?” tanyanya.

“Aku tidak memiliki amalan, kecuali semua yang telah engkau lihat selama tiga hari ini.” jawab laki-laki itu. Dan ketika Abdullah berniat keluar dari rumah, laki-laki itu kemudian memanggilnya sambil mengatakan, “Benar, amalanku hanya yang engkau lihat. Hanya saja, aku tidak pernah berbuat curang kepada seorang pun, baik kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri ataupun hasad kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya,” kata laki-laki tersebut.

Menurut Abdullah, mungkin amalan inilah yang membuatnya mendapatkan nikmat dari Allah sebagai calon penghuni surga. “Kemungkinan amalan inilah yang membuatmu mendapatkan derajat yang tinggi. Ini adalah amalan yang sangat sulit untuk dilakukan,” ujar Abdullah.

Dari kisah tersebut, kita bisa belajar bahwa sifat iri, dengki dan hasad dilarang dalam agama Islam. Rasulullah Saw bersabda, "Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu disini –beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali-. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” (HR Muslim).

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar