13 Jan 2023

Hujan Lebat Tiba-tiba Berhenti, Karena Doa Pak Khotib? Ah!

SAMPAI bulan Desember sejak bulan September di setiap tahun selalu dikatakan sebagai bulan-bulan musim hujan. Begitu selalu dikatakan. Di kampung tertentu sampai menyebut bulan-bulan itu sebagai bulan ember. Maksudnya berjejernya ember-ember kosong di bawah cucuran atap untuk menampung air hujan. Lalu air itu dikumpulkan ke drum atau bak tertentu yang disebut juga dengan istilah kulah. Inilah musim orang kampung ini mengumpulkan air karena memang tidak mudah mendapatkan air bersih.

Tahun ini sesungguhnya bulan Desember sudah lewat. Sudah memasuki pekan kedua di bulan Januari, saat ini. Seharusnya hujan sudah reda. Mestinya sudah selesai musimnya. Lagi pula ada juga pendapat kalau sudah menjelang hari raya China atau Imlek cuaca akan mulai panas. Tidak akan ada hujan lagi. Inipun sudah berdasar kebiasaan yang dihafal daerah ini.

Nyatanya, dalam sepekan ini sudah tiga kali hujan turun. Selalu pula siang. Sebelum hujan hari Jumat ini, dua hari lalu juga hujan turun. Sangat lebat. Dalam setengah jam hujan mencurah dari langit membuat perumahan yang tidak jauh dari tempat saya digenangi air. Tidak lama, dalam satu jam saja sudah surut. Tapi hujan sendiri hanya dalam setengah jam sebelum berhenti.

Hari Jumat ini hujan tiba-tiba turun lagi. Sedikit membuat heran karena sedari pagi hingga azan salat Jumat matahari begitu garang. Panasnya sangat terik dan menyengat. Tidak ada tanda-tnada akan hujan. Mendung sedikitpun tidak kelihatan. Siapa sangka akan turun hujan?

Pada saat khatib berkhutbah, itulah tiba-tiba hujan menderu. Tidak diketahui kapan langit mendungnya karena orang (laki-laki) berada di dalam masjid. Sangat lebat. Pasti terbayang juga oleh jamaah, khususnya yang bertempat tinggal di perumahan itu akan kebanjiran lagi. Khatib terus berkhutbah dan jamaah sebagian mungkin gelisah karena suara khatibnya tidak seberapa jelas.

Selesai khutbah menjelang kumandang iqomah, akan salat hujannya reda. Benar-benar reda. Tidak ada lagi rintik sekalipun. Seperti tidak pernah ada hujan. Selama salat, iman dengan nyaman membaca fatihah dan ayat-ayat karena makmum pasti nyaman juga mendengar bacaannya yang begitu fasih. Hingga salam, masjid senyap saja. Hanya terdengar suara lato-lato dari jauh.

Sejenak setelah salat, sebagian jamaah duduk berkumpul di sayap kanan masjid itu. Pengurus masjid menyediakan minuman dan kue-mue ala kadarnya. Kabarnya kebiasaan ini sudah lama dilakukan pengurus. Jamaah yang tidak langsung pulang ke rumah dapat menikmati minuman dan kue-mue itu. Dan satu hal yang tiba-tiba muncul dalam dialog sesama jamaah itu adalah bahwa hujan tadi berhenti tiba-tiba karena doa-doa khatib saat dia berkhutbah. Ah, ada-ada saja.***



SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar