Ketika pertama kali mati setelah sekian lama tidak mati, tiga hari lalu itu, begitu hebohnya grup WA kampung. Seolah saling menyalahkan, mengapa lagi PLN ini mati. Apakah karena over capasitas disebabkan banyaknya pembangunan perumahan di sini? Setiap pengembang membangun ratusan atau ribuan rumah selalu semuanya terpasang meteran lampu. Dan lampunya menyala seketika. Apakah karena itu lalu PLN kekurangan daya? Mungkin rumput bergoyang bisa menjawabnya, kata Ebit G. Ade.
Lalu diskusi mereda ketika lampu menyala. Lagi pula malam pertama itu matinya berbarengan dengan tiupan angin yang disertai gelegar petir satu kali. Masyarakat seperti memaklumi meskipun diskusi di WA tetap saja begitu hidup. Seolah masing-masing berdebat sengit.
Besok malamnya lampu kembali koid. Grup WA kembali melejit dengan diskusi hilir-mudik. Berbagai topik menjadi bahan bualan warga seolah memekik. Dari seolah saling menyalahkan hingga ada yang memberi pujian muncul dalam diskusi itu. Tapi diskusi akan kembali reda ketika lampu menyala. Malam kedua ini matinya juga tidak terlalu lama. Diskusi di WA pun tidak lama.
Celakanya, malam ini kembali mati. Ini tiga hari mati tiga
kali, kata seorang warga dalam statusnya. Ditimpali warga lainnya. Ditimpali
lagi dan dikomentari lagi. Diskusinya hidup kembali. Malam ini karena matinya
lebih lama, lama pula diskusi di grup ini. Sungguh, ada juga hikmah lampu mati,
diskusi warga pun hidup-hidup mati. Ah, PLN memang selalu menjadi sasaran
keluhan.***
0 Comments:
Silakan Beri Komentar