Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

8 Sep 2022

Pergi Umroh Bukan Pergi Wisata, Tidak Boleh Campur-Aduk

Pergi Umroh Bukan Pergi Wisata, Tidak Boleh Campur-Aduk


Catatan M. Rasyid Nur
MEMBACA berita berjudul Pemerintah Arab Saudi Menegaskan Pemegang Visa Turis Tidak Boleh Melaksanakan Haji yang diposting di laman hajinews.id pada Senin (05/09/2022) lalu menyiratkan informasi kalau selama ini para turis yang datang ke Arab Saudi menyempatkan dirinya untuk melaksanakan umroh atau haji. Sebaliknya, bisa juga para jamaah haji atau umroh 'nyambil' pergi berwisata laksana turis.

Sebagaimana diberitakan dalam tulisan yang diposting oleh Nenden, itu menjelaskan bahwa  Kerajaan Arab Saudi melarang pemegang visa turis untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah selama musim haji. Penegasan itu disampaikan Kementerian Pariwisata saat mengumumkan amandemen peraturan visa turis beberapa waktu lalu. Mengutip berita itu, "Kebijakan terkait visa turis yang baru diamandemen ini mengharuskan turis untuk mematuhi peraturan dan instruksi keamanan selama mereka tinggal di Kerajaan, termasuk membawa dokumen identitas setiap saat."

Sebagaimana dilansir oleh hajinews dari Saudi Gazette, dikatakan oleh Kementerian Pariwisata, pemegang residensi GCC dapat memasuki Kerajaan dengan visa e-turis dengan syarat, izin residensi atau tinggal tersebut harus berlaku setidaknya selama tiga bulan. Aturan ini juga berlaku untuk kerabat pemegang visa kelas satu yang datang bersamanya dan pekerja rumah tangga yang datang dengan sponsor mereka. Tetap tidak boleh melaksanakan haji dan umroh sesuai ketentuan itu. 

Menteri Pariwisata Saudi, Ahmed Al-Khateeb, dikatakan telah menandatangani perintah menteri. Hal ini akan membuat Arab Saudi lebih mudah diakses, karena aplikasi visa menjadi lebih cepat dan mudah. Namun demikian aturan bahwa visa turis tidak bisa melaksanakan haji adalah ketentuan yang akan mengikat semua orang.

Bagi kita, tulisan itu memberikan pesan bahwa antara berwisata (oleh turis) tidak dapat disambilkan dengan melakaakan haji. Keduanya juga tidak dapat dicampuradukkan. Jika ingin (niat) umrah atau haji, ya lakukanlah umroh atau haji. Jika ingin berwisata (menjadi turis) yang lakukanlah perjalnan wisata saja.***

6 Sep 2022

Memahami Jam Tugas dan Jam Dinas

Memahami Jam Tugas dan Jam Dinas


BAGI seorang pegawai, PNS (ASN) dan honorer (Non ASN) maupun pegawai Yayasan atau pekerja di sebuah perusahaan yang fungsi dan tugasnya sudah ditetapkan akan terikat dengan jam tugas atau jam kerjanya itu. Jam tugas atau jadwal tugas adalah daftar kegiatan yang diberikan kepada seseorang sesuai tugas dan fungsinya. Seorang guru, misalnya diberi jam mengajar sejumlah tetentu dan ditetapkan jadwal mengajarnya pada jam dan hari tertentu pula. Begitu juga profesi lainnya. Lazimnya mengacu kepada Undang-undang yang mengaturnya.

Sebagai seorang pegawai atau karyawan diwajibkan berada (hadir) di kantor atau lembaga yang memberinya tugas. Kehadiran seperti itu dikatakan sebagai jam dinas atau jam kehadiran di institusi. Ada pula jam tugas sesuai pekerjaan yang sudah ditetantukan. Seorang guru akan melaksanakan tuags mengajarnya sebagaimana tercantum dalam jadwal mengajar yang disusun dan ditetapkan sekolah. Itulah jam tugas.

Tentang jam dinas atau jam kehadiran di institusi juga ditetapkan berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Lazimnya antara 37,5 - 40 jam (a 60 menit) per pekan. Sekurang-kurangnya selama jam itu seorang karyawan wajib berada di institusinya. Seorang guru, ada atau tidak ada jam tugas (mengajar) di dalam kelas tetap saja harus berada di sekolah selama jam itu. Inilah yang disebut sebagai jam dinas.

Sementara jam tugas bisa lebih sedikit dari pada jam dinas yang ditetapkan. Seorang guru yang mengajar sebanyak 24 jam pelajaran dengan durasi selama 35-45 menit setiap jam pelajaran bisa saja tidak cukup selama 37,5-40 jam kumulasi jam mengajarnya. Namun, kekurangan itu tidak menjadi sebuah kesalahan bagi seorang guru selama dia masih tetap berada di sekolah selama jam dinasnya.

Sesungguhnya jam tugas bagi seorang guru tidak semata hanya mengajar atau membimbing di dalam kelas. Seorang guru dapat diperhitungkan jam tugas di luar kelas sebagai jam tugas yang diwajibkan kepadanya. Seorang guru yang mendapat tugas tambahan seperti Wakil Kepala Sekolah atau tugas lainnya yang masih berkaitan dengan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru dapat saja tugas tambahan itu menjadi tugas yang diperhitungkan sebagai jam tugas atau jam mengajar bagi seorang guru.

Hal penting yang harus dipahami oleh kita --jika kita adalah pegawai-- adalah bahwa setiap pegawai atau karyawan sudah memahami bahwa jam dinas adalah jam wajib yang melekat pada diri seorang pegawai itu dan yang akan menjadi persyaratan dibayar atau tidak dibayarnya hak-haknya sebagai karyawan atau pegawai. Oleh karena itu seorang karyawan seperti guru, misalnya tidak cukup hanya berada di sekolah selama melaksanakan tugas mengajar saja. Jika pun tidak ada jam mengajar (jam tugas) tetap juga wajib berada di sekolah sekurang-kurangnya dalam alokasi waktu yang sudah ditentukan.***

31 Agu 2022

Bekerja Cerdas Bekerja Keras Bekerja Ikhlas

Bekerja Cerdas Bekerja Keras Bekerja Ikhlas


JARGON dengan kalimat Bekerja Cerdas, Bekerja Keras dan Bekerja Ikhlas sudah sering didengungkan oleh banyak pihak. Baik perorangan maupun kelompok. Kalimat ini dipakai seperti ucapan mantera. Seolah dapat menyihir pendengarnya. Sepasang calon Kepala Daerah di satu daerah, misalnya menjadikan jargon ini sebagai penguat visi-misinya. Bahkan sampai terpilih dan melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Daerah, jargon ini terus dipergunakan. Baguslah, tentunya.

Sesungguhnya bagi kita jargon yang berisi ajakan untuk bekerja dengan cerdas, bekerja lebih keras penuh semangat dan bekerja dengan sandaran ikhlas, itu sangatlah penting. Jika kombinasi ketiganya dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sempurnalah strategi kita dalam mengemban amanah kehidupan. Bukankah Tuhan menciptakan kita sepenuhnya untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya? Artinya bekerja, bekerja dan bekerja tanpa menyimpang dari arahan-Nya. Pekerjaan yang dinaungi aturannya. Itulah ibadah.

Ada satu kalimat mutiara yang maknanya disadur dari makna kitab suci berbunyi, 'Tidak ada orang yang aman tanpa iman dan tidak ada orang yang mulia tanpa takwa'. Kalimat itu sekaligus memantik semangat kita untuk beriman dan terus meningkatkannya sekaligus bertakwa kepada-Nya untuk dapat meraih derajat mulia.  Caranya tidak ada yang lain kecuali menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Itu artinya bekerja dengan tujuan beribadah.

Bekerja cerdas, bekerja keras dan bekerja ikhlas dikaitkan dengan perolehan rezeki dari Allah, pada hakikatnya tergantung kepada kepatuhan kita kepada perintah Allah itu sendiri. Mengutip firman-Nya di surah Al-Ankabut ayat 17 yang berbunyi, “Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan,” serta firmannya di surah Al-Jumuah ayat 10 yang berbunyi, “Maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung,” nyata kedua perintah itu menyuruh hamba-Nya untuk berbuat, bergerak dan bekerja dalam usaha mendapatkan rezeki. Kita tahu sekaligus diingatkan bahwa perbuatan seperti adalah bentuk beribadah kepada-Nya.

Karena perintah untuk bekerja itu datang langsung dari Zat Maha Berkuasa, Allah Swt maka bagi kita (baca: muslim) tidak ada pemahaman lain kecuali harus bekerja dengan penuh semangat, mengikuti ketentuan dan strategi yang jitu serta dilengkapi dengan sikap legowo alias ikhlas dalam usaha kita mencari rezeki. Bersemangat artinya bekerja sepenuh hati. Cerdas artinya mengikuti ketentuan untuk kemudahan dalam bekerja. Terakhir, ikhlas atau menerima hasil apapun dengan baik tanpa harus menyalahkan siapapun.

Tentang pentingnya bekerja dan bekerja penuh semangat, bisa juga memgingat kembali sebuah pesan dari salah sahabat Nabi Muhammad, Abu Bakar yang mengatakan, “Janganlah salah seorang di antara kalian hanya duduk tak mencari rizki seraya berkata Wahai Allah berilah aku rizki. Sedangkan telah kalian ketahui, langit tidak menurunkan hujan emas maupun hujan perak.” Nyata sekali bagaimana seharusnya sikap kita dalam usaha mencari rezeki. Keyakinan bahwa mencari rezeki juga sebuah ibadah mulia maka tidak ada alasan apapun yang dapat menghalangi kita untuk melakukannya. jargon bekerja cerdas, bersamangat dan ikhlas itu adalah cara terbaik untuk mendatangkan semangat kita. Semoga!***

13 Agu 2022

Kisah Inspiratif: Hidayah di Lift,  Maryam Masuk Islam

Kisah Inspiratif: Hidayah di Lift, Maryam Masuk Islam

Foto Hajinews.id

KISAH ini inspiratif sekali. Seorang wanita yang dikatakan sangat cantik. Orang Amerika. kaya. Seorang milliarder. Perusahaannya besar dengan ribuan pekerja. Singkat cerita dikatakan dia penasaran terhadap seorang lelaki di ruang lift yang tidak melihat dia selama di ruang sempit itu. Padahal dia merasa cantik dan kaya itu tadi.

Tulisan berjudul Merasa Cantik, Milyader Amerika Masuk Islam Karena Tidak Dipandang Orang Islam Di Lift dan dimuat di laman hajinews.id pada Jumat (12/08/2022) oleh Sitha membuat saya ingin mengulang tulis untuk diposting kembali. Sebelumnya saya ikut penasaran karena nama pemuda itu saya belum terbaca dan nama asli wanita itu juga tidak disebut. Hanya disebut dengan sebutan "Maryam' begitu. Lalu saya coba brousing mencari di artikel lain. Ternyata sama. Tulisan dengan judul yang sama dimuat di banyak laman.

Kita sepakat kalau Allah Swt sudah berkehendak maka tidak ada satupun yang bisa menghentikannya, karena Allah Maha Kuasa atas segalanya. Termasuk dalam hal datangnya hidayah kepada seseorang. Disebutalah yang dialami miliarder cantik Amerika ini, dia menjadi mualaf seusai betemu pemuda Muslim asal Maroko yang sangat menjaga pandangannya. Dikatakan, pemuda itu tidak ingin menatap si cantik yang kaya-raya.

Si wanita yang disebut saja namanya Maryam, itu merasa heran, ada pria yang tidak ingin melihatnya. Apalagi, mereka bertemu di lift, ruangan yang cukup sempit kala itu. Dikisahkan, miliarder cantik Amerika ini memasuki lift di kantor pusat perdagangan dunia. Mulanya ada banyak orang yang berdiri di dalamnya. Namun satu per satu keluar, meninggalkan dirinya dengan seorang pemuda asal Maroko.

Menurut wanita itu, aneh saja, meski tinggal berdua, pemuda Maroko itu tetap menundukkan kepala dan enggan menatapnya. Dan karena merasa penasaran, wanita cantik ini pun menanyakan alasannya secara langsung. “Kenapa kau tidak melihatku? Bukankah aku ini cantik? Lihatlah aku! Aku ini gadis yang cantik.” Kutipan ini persis seperti diposting tulisan di laman hajinews.id dan beberapa laman lainnya.

Pemuda Maroko itu akhirnya menjelaskan bahwa agamanya mengajarkan untuk tidak melihat lawan jenis, karena ditakutkan timbul syahwat. Sang wanita pun penasaran dengan agama pria itu, lalu bertanya kembali mengenai ajaran Islam.

Dikatakan, Maryam merasa takjub dengan kesopanan dan kesantunan sang pemuda. Ia pun meminta pria tersebut menikahinya dan berjanji akan memberikan seluruh harta warisan yang berupa perusahaan besar dengan ribuan pekerja. Tapi tidak disangka, pemuda Maroko itu justru menolak permintaan dan tawaran kekayaannya. Rupanya itu semua demi agama yang dianutnya.

“Tidak, aku tidak menerimanya. Karena kamu bukan orang Islam dan agamaku melarangnya,” ujar pria tersebut.

Tidak gentar, wanita itu menjawab dirinya akan masuk Islam agar pria tersebut menikahinya. Ia pun meminta penjelasan terkait langkah yang harus dilakukan agar bisa masuk Islam. Lalu pemuda Maroko itu meminta si wanita membersihkan diri dan pergi menuju Islamic Center yang berada di Brooklyn, New York, untuk mengucap dua kalimat syahadat. Tanpa pikir panjang, Maryam langsung mengikuti instruksi pemuda tersebut.

Setibanya di sana, gadis tersebut mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah itu juga imam masjid melangsungkan akad nikah si gadis dengan pemuda Maroko yang ditemuinya di lift. Menepati janjinya, seluruh harta sang wanita pun kini diberikan kepada pemuda yang telah menjadi suaminya itu. 

Jika kita penasaran siapa sebenarnya wanita dan pria itu? Sampai tulisan ini saya posting, saya masih mencoba mencari profile keduanya. Kalau kita menemukan, datanya lebih lengkap, maka kisah ini akan semakin menginspirasi hidup kita.***

11 Agu 2022

Penting untuk Tetap Membaca agar Merugi Tidak Menimpa

Penting untuk Tetap Membaca agar Merugi Tidak Menimpa


KECENDERUNGAN orang, khususnya anak-didik kita di sekolah untuk lebih suka mendengar berbanding membaca sudah diketahui bersama. Orang lebih suka mendengar saja dari pada membaca untuk mengetahui sesuatu, misalnya.  begitulah adanya. Hasil penelitian para pakar juga menyimpulkan begitu. Secara umum bangsa kita adalah bangsa yang lebih suka mendengar atau menyimak dari pada membaca atau meneliti untuk mendapatkan informasi.

Seperti dilansir beberapa media, dikatakan kalau bangsa kita memang lebih suka mendengar dari pada membaca. Mari coba kita ambil beberapa diantara informasi itu. Simak, misalnya tulisan berjudul 'Orang Indonesia Lebih Suka Mendengar dan Ngobrol daripada Membaca' (republika.id, 2015) atau tulisan lainnya, 'Masyarakat Lebih Suka Nonton daripada Baca Buku, Apa Sebabnya' (jurnalkampus.ulm.ac.id, 2021), menunjukkan kepada kecenderuangan orang kita untuk lebih suka mendengar dari pada membaca.

Jika pernyataan itu ingin dibuktikan sendiri, coba saja ditanya kelompok kita. Katakanlah kita mempunyai kelompok atau grup, misalnya. Jika disuruh memilih, lebih suka yang mana, 1) sebuah informasi dibacakan; atau 2) sebuah informasi dibaca sendiri-sendiri. Jawabannya sudah dapat diduga, orang ramai yang kita tanya akan menjawab, bacakan saja. Apapun alasannya. Kalau ada yang ingin membaca sendiri, dpaat juga diduga jumlahnya tidak akan lebih banyak dari pada yang ingin dibacakan saja.

Kalau begitu masihkah perlu membaca? Masihkah perlu diajarkan membaca? Justeru perlu. Kita harus tetap membaca. Harus tetap belajar membaca. Harus tetap diajarkan membaca. Apapun caranya. Jika kita bukan guru yang bisa mengajarkan membaca, maka kita akan meminta bantu kepada guru untuk anak-anak kita yang belum bisa membaca. Jika kita adalah guru, boleh jadi kita akan mengajarkan membaca kepada anak-anak kita selain mengajar anak-anak orang lain yang menjadi siswa kita.

Memang tidak ringan menjadi guru. Tidak mudah menjadi guru. Apalagi jika dikaitkan dengan tanggung jawab guru untuk membudayakan kebiasaan membaca. Ini sangatlah berat. Mengapa? Karena membudayakan membaca kepada orang lain otomatis akan berimplikasi kepada kebiasaan guru itu sendiri terkait membaca. Apakah kita sebagai guru sudah memiliki budaya baca yang mumpuni?  Atau masih belum? Inilah masalahnya.

Kita tahu betul bahwa membina minta baca itu memang tidak ringan. Memahaminya saja tidak mudah. Dalam buku Pedoman Pembinaan Minat Baca Perpustakaan Nasional RI tahun 2002, misalnya dijelaskan, bahwa pembinaan minat baca itu adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca masyarakat dengan cara memperbanyak dan menyebarluaskan secara merata jenis-jenis koleksi yang dipandang dapat meningkatkan minat baca. Cukup rumit. Memahaminya saja lumayan berkedut kening. Untuk melaksanakannya perlu kerja keras dan strategi, tentunya.

Kebiasaan kita yang selalu kita praktikkan di sekolah, antara lain, di satu sisi, di sekolah dibiasakan membaca setiap pagi (sebelum mulai pelajaran) atau dalam pelajaran tertentu di luar pelajaran Bahasa dan Sastra. Dalam kegiatan Pembinaan Akhlak, misalnya yang dilaksanakan 5-10 menit setiap pagi, bisa diisi dengan pembinaan membaca sekaligus. Bisa juga dalam kegiatan lainnya. Dan sisi lain perpusatakaan hendaklah selalu pula memperbaharui koleksi buku-buku yang ada di perpusatakaan. Apapun caranya. Apakah dengan menganggarkannya dalam RKAS sekolah untuk membeli buku-buku baru, atau bisa juga dengan membuka kesempatan guru atau siswa menyumbangkan buku-buku baru. Apa saja bisa.

Kesepakatan kita adalah bahwa membaca itu memang penting. Tidak boleh ada alasan untuk membuat kita tidak mau membaca. Seribu-satu cara dapat dilakukan dalam ikhtiar agar kita membaca. Satu pesan guru-guru kita adalah, jangan sampai waktu berjalan percuma karena itu dapat merugikan kita. Jangan sampai merugi menimpa kita kaena akan membuat diri celaka. Nauzubillah.***