Bag 8 Ke Istana Tampaksiring
Oleh Dra. Hj. Yulita Muaz
Oleh Dra. Hj. Yulita Muaz
Saya memiliki pengalaman unik berupa mistis saat saya mau ke Bandung melewati tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang). Tol Cipularang adalah satu jalan tol penghubung Kabupaten Purwakarta dan Bandung. Menurut data di Wikipedia, jalan tol ini selesai dibangun pada akhir April dan memiliki panjang 54 km.
Saya memiliki pengalaman mistis ketika melintas tol --Cipularang-- ini. Seingat saya pada saat bulan puasa tahun 2015, saat saya masih di SMK waktu itu saya beserta keluarga mau mengantar sepupu saya mau sekolah pesantren di Purwakarta. Dari Subang menuju ke pesantren itu tentu terlebih dahulu melewati tol Cipali dan Palimanan. Seiring berjalan ruas jalan menuju tol Cipati tiba-tiba mobil yang saya naiki langsung terhenti secara mendadak dan rem pun begitu mendadak. Lalu mesin itu mati dengan sendiriannya.
Saya lupa itu ruas jalan ke km berapa. Yang saya ingat, setelah berhenti di situ sang sopir pun mengecek mesin mesin hingga ban selama beberapa menit. Setelah dicek dengan rinci tidak ada kerusakan. Bahkan sebelum berangkat pergi mobil yang saya tumpangi sudah diperbaiki mesinnya. Maklum karena akan berpergian jauh, biasanya memang terlebih dahulu diperbaiki.
Ternyata memang setelah saya buka google tentang tol Cipularang ini ternyata memang agak begitu mistis bahkan sering terjadi kecelakaan maut. Berdasarkan informasi yang saya dapat bahwa sebelum melintasi tol ini tentu harus membaca doa dan berdzikir agar insyaallah selamat hingga ke tujuan dan dijauhkan dari hal-hal tidak diinginkan.***
Oleh Dra. Hj. Yulitas Muaz
Oleh Dra. Hj. Yulita Muaz
Tegalalang Rice Terrace.
Selepas magrib kami sampai di hotel dan aku lihat suami pun baru sampai setelah mengikuti rapat kerja. Kami sama-sama sampai meskipun tanpa ada janjian. Pak Jusmin ngasih tau suamiku. "Pak, kami besok mau kembali ke Jakarta."
"Kok. cepat sekali, kan besok kita bisa jalan jalan? Jalan sama-sama," kata suamiku.
"Yah, tak apa apa, Pak. Lain waktu kita bisa jalan sama-sama," kata Pak Jusmin. Setelah istirahat sebentar di lobi hotel, kami menuju kamar masing masing.
Besoknya Pak Jusmin beserta isteri dan anaknya pamit. Kami hanya bisa mengantar sampai ke lobi. Saya peluk Bu Jusmin, "Sampai jumpa lagi, ya," kataku.
Sejenak, "Kita mau kemana?" tanyaku.
"Kita pesan taksi," jawab suamiku. Lalu kami naik texi. Taxi mulai bergerak meninggalkan hotel dan aku bertanya, "Mmau kemana, Pak?" kata sopir taxi. Kemudian sopir taxi mengeluarkan semua brosur brosur objek wisata. Aku diskusi dengan anakku, "Kemana kita ya?" kataku.
Aku ingat ketika aku belajar di sekolah dasar, ada pembelajaran ilmu bumi. Aku sangat suka dengan pelajaran ini, selalu ada pelajaran membuat peta, peta Pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Sampai sekarang aku ingat pelajarannya, gunung gunung, sungai sungai dan danau danau, ibu kota propinsi, bandara bandara. Itulah materi pelajaran waktu di sekolah dasar dulu. Aku ingat danau yang terkenal di Bali.
"Ke Danau Batur, bli," kataku ke sopir taxi. Mobil mulai berjalan agak laju, saya menikmati suasana sepanjang jalan, kami meninggalkan Kabupaten Badung menuju arah utara, yang suasananya mulai nuansa perkampungan.
"Ini daerah apa, bli?" katakuku.
'Kita sudah memasuki Kabupaten Gianjar, Bu," kata bli. Kabupaten Gianjar berada di sebelah utara Kabupaten Badung. Jalan sudah mulai mendaki karena memasuki daerah pegunungan, cuaca mulai sejuk, mobil terus meluncur menuju arah utara.
Di depan, aku melihat banyak mobil parkir sepanjang jalan, "Itu ada apa, bli?" tanyaku.
"Oh, itu objek wisata, Buk. Nanti kita berhenti di situ," kata bli menjelaskan. Kami pun turun. Kulihat banyak sekali tourist di sini. Di pinggir jalan banyak dijual beraneka souvenir. Anakku tertarik dengan tas anyaman dari rotan, "Mau, Mi," kata anakku. Dan aku menyuruhnya mengambil tas yang dia suka.
Lalu aku, suami serta anakku menyeberangi jalan melihat keindahan alam. Woouuu indah sekali, kataku dalam hati. "Ini daerah apa?"
"Tegalalang Rice Terrace." Terletak di dusun Ceking Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianjar Bali.
Mata pencarian penduduknya kebanyakan di sektor pertanian. Saat itu cuaca tidak begitu panas, angin sepoi sepoi, pohon pohon melambai lambai, udara sejuk nyaman dan adem.
Kami pandang hamparan sawah di lereng bukit, sawahnya bertingkat-tingkat, berkelok kelok menghijau, tak terlihat daunnya yang menguning. Padinya sama tinggi, sawah ini terletak di dua lereng bukit. Di sini terhampar tanaman padi mulai dari lereng menurun ke lembah dan naik lagi ke lereng bukit. Sawah di sini berundak atau bertingkat tingkat, undakan lahan pertanian ini dikenal dengan terasering.
Terasering adalah mengolah lahan pertanian di lereng bukit, tujuannya ketika hujan lebat airnya mengalir dari satu petak sawah kepetak sawah yang dibawahnya sehingga tidak terjadi erosi atau pengikisan tanah oleh air.
Banyak turis menuruni lereng, menikmati keindahan Tegalalang. Mereka turun menelusuri pematang sawah. Ada yang berombongan, ada juga berdua, mereka asyik berlari-lari kecil di pematang sawah.
Kami tidak turun menelusuri pematang hanya memandang keindahan Tegalalang dari lereng bukit. "Bagus ya ,Pi. Alamnya indah," kataku. Anakku juga merasa puas melihat sistem pertanian di Bali. Saya buka gougle, digambarnya dilihat dari hasil foto udara, tergambarlah sawah itu seperti lingkaran berlapis lapis, inilah daerah "Tegalalang Rce " ucap saya kagum. (bersambung)
MESKIPUN covid-19 belum benar-benar hilang dari bumi Indonesia, namun dari berita covid yang kita baca, alhamdulillah jumlah penyebarannya semakin kecil. Jumlah orang yang terpapar dan masih sakit semakin sedikit. Berita tidak enaknya adalah adanya virus baru, varian covid-19 yang disebut dengan omicron. Berita omicron pun banyak menghiasi halaman berita.
Membaca tulisan berjudul Mantan Menkes Siti Fadilah Sebut Varian Omicron Cukup Dilawan dengan Obat, Tanpa Perlu Vaksin yang diposting Sitha di halaman situs hajinews.id hari Kamis (20/01/2022) kemarin sedikit-banyak membuat rasa takut dan khawatir kita agak berkurang.
Mengapa berkurang? Sebagaimana dikatakan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, itu bahwa untuk melawan paparan covid-19 varian omicron sebenarnya bisa hanya dengan obat-obatan. Sehingga, menurutnya, program vaksinasi tidak perlu dipaksakan lagi kepada masyarakat. Nah, kan?
Mengutip pernyataan Ibu Siti Fadilah seperti terdapat pada berita, itu dia mengatakan, “Jangan takut sama omicron. Jangan malah karena omicron kemudian harus vaksin dua kali, itu nggak ada hubungannya. Lah wong, Bill Gates saja mengatakan begitu. Lalu rujukannya siapa coba, Indonesia itu memang agak aneh,” katanya.
Jika benar yang dijelaskan Ibu Siti bahwa virus ini tidak membahayakan masyarakat, tidak akan bikin mati orang banyak, dan tidak ada hubungannya kalau sudah divaksin maka sesungguhnya kita tentu tidak perlu terlalu takut. Hendaknya bertenang saja. Dengan sikap bertenang diharapkan imunitas tubuh tidak terganggu.
Di sisi lain, tentu saja kita wajib tetap waspada dan berhati-hati. Pola hidup sehat mestilah menajdi kebiasaan. Jika protokoler kesehatan harus dilaksanakan, ya teruslah kita mengikuti anjuran pihak yang berwewenang berkaitan dengan protokoler kesehatan. Bertenang dan berhati-hati adalah dua sikap yang perlu menjadi strategi kita dalam menghadapi omocron ini.
Jika Ibu mantan Menkes kita baca di berita, dia menyarankan kepada pemerintah agar memasok obat-obat tersebut ke seluruh rumah sakit di Indonesia, kita sangatlah setuju. Kita mendukung saran ini. Tidak harus vaksin lagi yang dipaksakan. Obat-obatanlah yang harus dipaksakan untuk dipasok dari mana saja. Sekali lagi, kita tenang dan berhati sekaligus berharap Pemerintah menyiapkan obat-obatan yang diperlukan untuk omicron.***