Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

31 Des 2020

Apa Persiapan Kita Menghadapi Tahun Baru?

Apa Persiapan Kita Menghadapi Tahun Baru?


TIDAK terasa kita sudah berada di ujung tahun. Kata orang kampung, 'pejam-celek, pejam-celek, tahu-tahu sudah tahun baru. Besok, ya besok sudah tahun baru. Kita tahu, Tahun Baru sering kita katakan sebagai pintu gerbang pergantian waktu yang akan selalu dilalui kita alami setiap periode tertentu. Begitulah sebagai manusia selama masa hidup kita.

Melihat kenyataan selama ini, sepertinya ada dua kemungkinan kita dalam menyikapi pergantian demi pergantian waktu. Pilihan pertama kita akan terseret hanyut oleh derasnya arus jaman tanpa pegangan. Kedua, kemungkinan bisa menjadi pribadi yang tangguh dengan memiliki pegangan prinsip yang kuat. Ini yang sejatinya dikejar.

Agar pengejaran pilihan terakhir itu dapat kita raih, bagaimana dan apa persiapan kita menghadapinya? Jawabannya bisa saja berbeda-beda setiap kita. Tapi ada beberapa rumusan umum yang selalu diingatkan kepada kita. Dan kelaziman ini menjadi pakem hampir setiap orang dalam mempersiapkan tahun baru.

Pertama, membuat perencanaan dan atau resolusi tetentu; artinya, kita harus memiliki rencana tertentu dan jelas, apa yang harus diperbuat jika ingin tetap eksis di tengah kerasnya arus jaman seperti saat ini. Ketatnya kompetisi hidup yang semakin tinggi memang akan memaksa kita harus membuat suatu perencanaan yang baik dan mudah dilaksanakan. Untuk ini, selain rencana utama atau rencana pokok bagus juga kita memiliki rencana cadangan atau rencana yang disiapkan jika rencana pertamanya tidak bisa dilaksanakan. Jika kita bagian dari sebuah rumah tangga, maka anggota dalam rumah tangga tentu perlu dilibatkan dalam menyusun rencananya.

Kedua harus melakukan evalusasi dan atau muhasabah terhadap apa yang sudah kita lalui di tahun ini. Ini juga merupakan bagian dari introspeksi diri untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan kegalan kita di tahun yang sudah ditinggalkan. Baik kelebihan maupun kekurangan yang telah kita jalani di tahun sebelumnya kedua-duanya menjadi acuan dalam instrospeksi diri ini. Melalui introspeksi diri ini, kita dapat belajar dari kesalahan atau kegagalan yang telah kita alami.

Ketiga, mengadakan penyesuaian dan atau perubahan seperlunya; artinya kita harus melakukan suatu penyesuaian dengan kenyataan diri, keluarga atau pendukung lainnya yang kita miliki. Perubahan itu bisa pula berupa sikap dan strategi selain perubahan dari sisi pisik atay material. Umpamanya, dari sebelumnya bersikap kurang baik, malas-malasan dan sifat buruk lainnya kepada sifat-sifat yang lebih mendukung. Kita harus berubah menjadi pribadi yang rajin jika sebelumnya masih malas-malasan. Intinya kita harus berani melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan meninggalkan kebiasan buruk yang selama ini kita lakukan.

Keempat, menjaga dan merawat semangat dan atau motivasi; maksudnya sebagai seorang pejuang kita tidak boleh lemah dalam menghadapi penjajah dalam diri sendiri. Apa saja penajajh itu, ya seperti sifat malas, tidak bergairah itu. Dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari diperlukan semangat juang pantang menyerah.. Tidak boleh mudah putus asa meskipun sering mengalami kegagalan.

Kelima, mau bekerja kjeras; ini penting. Ternyata mau bekerja saja tidak cukup. Bekerja dengan sikap tidak bergairah, jelas tidak akan menguntungkan persiapan kita menghadapi masa ke depan, termasuk tahun baru yang sudah di hadapan langsung. Kerja keras dan semangat ditambah hemat dan efektif waktu adalah kunci keberhasilan dalam era maju saat ini.

Mungkin masih banyak penjelasan lain yang dapat kita pedomani dalam usaha bersiap dan mempersiapkan tantangan tahun depan. Mari, selamat meninggalkan tahun ini untuk bersiap-sedia menghadapi tahun depan.***
*Dari bebagai sumber.

2 Okt 2020

Berbaju Batik Membuat Tampak Cantik

Berbaju Batik Membuat Tampak Cantik


Oleh M. Rasyid Nur

KEMARIN Kamis (01/10/2020) kita berlegu-legah dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila, hari –Jumat, 02/10/2020—ini kita memperingati Hari Batik Nasional. Kita diingatkan oleh catatan sejarah bahwa hari ini adalah Hari Batik Nasional. Itu berarti salah satu hari yang istimewa bagi kita, Bangsa Indonesia. Mengapa istimewa? Hari ini, 2 Oktober adalah Hari Batik Nasional yang merupakan peringatan salah satu produk dan budaya bangsa, baju batik.

Lazimnya, di hari yang istimewa ini, kantor-kantor Pemerintah atau non Pemerintah menyarankan bahkan –mungkin—mewajibkan karyawanya untuk memakai baju batik sebagai symbol cinta produk dan budaya bangsa sekaligus mencintai bangsa itu sendiri. Sekolah? Di saat normal juga ada batik yang malah sudah menjadi pakaian seragam wajib pada hari tertentu.

Inilah yang menjadi kelebihan batik. Berbaju atau berpakaian batik, itu memang membuat tampilan seseorang itu lebih canti. Kapan pun dan dipakai dalam acara apapun, batik yang merupakan hasil asli tanah air, itu selalu bisa membuat penampilan seseorang semakin cantik, semakin menarik dan tentu saja semakin menawan dan anggun.

Lalu kapan seringnya orang memakai batik? Sesungguhnya menggunakan batik tidak hanya saat menghadiri acara pernikahan atau acara formal lainnya seumpama acara perpisahan (pisah-sambut), acara pengajian dan lainnya, berbatik juga bisa dipakai di berbagai acara santai lainnya.

Saat ini kita saksikan ternyata perkembangan zaman dan perubahan sikap pengguna dan penyuka batik juga berkembangnya dunia fashion dengan bahan batik. Batik ternyata telah pula menjadi salah satu kain yang bisa dijadikan berbagai pakaian untuk bergaya, modis, anggun serta menawan orang yang melihatnya. Batik telah masuk ke dunia mode juga.

Setelan batik juga bisa fleksibel. Tidak kaku. Bahkan dipadukan dengan celana jins juga kelihatan anggun. Atau dibuat dress sepanjang lutut hingga dibuat gaun panjang yang lebih agamais juga bisa. Seperti ditulis di banyak media, terutama majalah mode, “Dibuat atasan yang cute dan menawan hingga dibuat rok bahkan kulot, kain batik selalu bisa membuat penampilan kita makin elegan,” kata fimela.com (02.10.2018). Artinya pakaian batik tidak lagi menjadi pakaian yang penggunaan dan modelnya terbatas.

Di Hari Batik Nasional, ini sejatinya kita menggunakan batik. Sekurang-kurangnya dalam satu hari istimewa ini. Kita budayakan hasil kebudayaan kita. Hasil pakai hasil pakaian kita. Bahwa Negara dan Bangsa lain juga merasa berhak memakai pakaian batik, bahkan ada sinyalemen negerara tertentu menganggap batik adalah milik negaranya, jangan sampai membuat kita justeri lalai untuk memelihara baju dan pakai batik ini. Mari kita berbatik. Memakai batik membuat canti, percayalah itu.***

Artikel yang sama di www.mrasyidnur.gurusiana.id

15 Sep 2020

Catatan Tersisa dari Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 1)

Catatan Tersisa dari Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 1)



Catatan Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 1)

Tantangan Gurusiana Hari ke-243

AHAD, 13 September 2020. Cuaca tidak sejuk di sini seperti hari-hari sebelumnya. Kemarin sejuk bukan karena  musim dingin. Hanya karena beberapa hari kemarin hujan rajin mengguyur bumi kami. Syukurnya cuaca bagus dan akan bagus pula pengaruhnya kepada yang lain. Terutama PLN dan signal internet, suka terpengaruh cuaca.

Hari ini penting berharap cuaca bagus. Akan ada webinar Media Guru. Webinar ke-11 dengan tema Pejuang Literasi. Empat orang pejuang literasi dari 123 orang gurusianer MGI (Media Guru Indonesia) yang tulisannya lolos masuk baku antologi MGI akan tampil. Buku berjudul Pejuang Literasi itu akan diluncurkan pada webinar ini. Dan empat orang dari penulis buku Antologi itu akan tampil pada  Webinar XI Media Guru Indonesia ini. Mereka adalah,

1)      Ade Kurniawati (Guru BK SMA Negeri 5 Sijunjung)

2)      Supardi Harun Arrasyid (Kepala Perpustakaan SMP IT Citra Bangsa)

3)      Abd Rauf (Pengawas di Sulsel)

4)      Fitria Nurrosyidah (Kepala Sekolah)

Menjadi host adalah Ibu Wiwik dengan moderator Ibu Sri subekti. Dia yang akan memandu diskusi dengan narsum empat orang itu. Dan istimewanya pada webinar ini hadir Mas Eko yang adalah Pimred Media Guru. Dia tampil sebagai keynote speaker dalam webinar inhi.

Ada banyak pesan-pesan Mas Eko kepada peserta webinar. Setelah menyatakan rasa gembiranya sekaligus memberikan penghormatan kepada petinggi Media Guru Indonesia, Pak Ihsan dia memimpin doa. Mas Eko juga menyapa Bu Wiwik dan dua moderator yang bertugas.

Pesan pertama dari Mas Eko adalah bahwa covid-19 itu nyata ada. Bukan fiksi. Maka ikutilah protokoler kesehatan sebagaimana Pemerintah selalu mengingatkan. Dengan mimik wajah sedih Mas Eko memimpin membaca alfatihah yang secara khusus juga disampaikan kepada isteri Pak CEO.

Lalu, dia menegaskan bahwa roh dan jiwa Media Guru itu adalah literasi itu sendiri. Ini sesuai dengan teman webinar hari ini, Pejuangan Literasi. Mas Eko menjelaskan salah satu kasus yang dia temukan di awal akan hadirnya Media Guru, yaitu diketahuinya ada guru melakukan plagiarisme. Atas dasar itulah muncul ide untuk membuat gerakan literasi agar guru punya wadah dan kesempatan untuk menulis. Salah satu gagasan itu adalah dengan mendirikan medianya, blog gurusiana. Pak Ihsan menggagas lahirnya wadah berupa blog yang diharapkan bisa menampung dan menyalurkan kegiatan literasi guru ini. Hebatnya, hingga saat ini sudah hampir 76 ribu orang menjadi anggota Grup FB Media Guru.

Mas Eko juga memberikan contoh seorang dosen yang mendapatkan hadiah rekor Muri karena mampu menulis setiap hari terus-menerus selama tiga tahun. Wow. Ternyata orang yang mampu secara rutin menulis itu sangat berpengaruh dalam kehidupannya. Mampu menumbuhkan budaya literasi menulis baik untuk dirinya maupun untuk lingkungannya.

Hadirnya MGI dengan facebook dan blognya, lalu membuat banyak program untuk membuat dan menerbitkan buku ternyata saat ini telah muncul ratusan bahkan ribuan penulis buku. Kata Mas Eko lagi sudah 9.000-an buku yang berhasil diterbitkan Media Guru bersama para guru. Padahal dulunya begitu susahnya guru untuk membuat buku. Kini, bahkan dengan program Sasi Sabu, para siswa pun sudah mampu membuat buku. (bersambung)


6 Jul 2020

Kuras Airnya, Tangkap Ikannya (Catatan Goro Keluarga)

Kuras Airnya, Tangkap Ikannya (Catatan Goro Keluarga)



JUMAT (03/07/2020) itu awal mulanya. Saya melihat seekor ikan nila mengambang mati. Mungkin airnya sudah kotor lagi. Besoknya dua ekor lagi. Saya berpikir, ini masalah. Tidak boleh dibiarkan lama. Akhirnya dikuras airnya. Niatnya membersihkan. Setelah satu-dua hari belakangan, kami membicarakan beberapa ekor ikan yang mengambang di kolam belakang rumah,itu kami ingin menguras air kolam itu. Sudah empat ekor yang mati dalam tiga hari. Sementara ini kami hanya menduga-duga mengapa dia mati. “Mmungkin ikannya keracunan. Atau boleh jadi karena kelebihan kapasitas.” Saya dan isteri menduga begitu saat kami membicarakannya.

Ikan nila di kolam belakang rumah itu memang termasuk cepat beranak-pinaknya. Dan jika sudah terlalu banyak, kami biasanya menguras airnya untuk dibersihkan dengan mengganti airnya. Lalu sebagian yang agak besar akan kami asingkan (tidak dimasukkan lagi) untuk dimasak sebagai lauk, tentunya. Dengan begitu ikannya tidak terlalu bersempitan di dalam kolam berukuran setengah meter (lebar) dan panjang tiga meter dengan kedalaman kurang dari satu meter itu.

Kolamnya sendiri sungguhnya bukanlah kolam ikan yang disengaja dibuat untuk kolam ideal. Dulu, kolam, itu hanyalah parit (longkang) yang terletak menyusuri pagar di belakang rumah kami. Karena di sebelahnya ada lobang septitank yang tidak jadi dipakai untuk pembuangan kotoran itu, dan justeru menjadi bak ikan, akhirnya parit di sampingnya itu diisi air juga. Jadilah kolam ikan untuk jenis ikan nila itu sedangkan yang satunya dipakai untuk jenis ikan lainnya. Sudah beberapa kali kami menguras kedua kolam itu sejak dibuat dan diisi ikan belasan tahun yang lalu.

Ahad (05/07/2020) kemarin kami serumah melaksanakan Goro (Gotong Royong) Keluarga menguras bak ikan itu. Judul Goro itu yang paling tepat tentu saja Kuras Airnya, Tangkap Ikannya. Menguras air kolamnya adalah untuk membersihkan. Sedangkan menangkap ikannya tentu saja untuk dimasak buat makan siangnya. Sekeluarga kami merapat ke kolam. Tentu saja isteri saya tidak ikut menimba dan mengangkat air kolam itu. Dia cukup menonton memberi semangat saya dan dua anak saya, Ery dan Opy. Bahkan dia sambil menggendong cucu melihat kami bekerja, berbasah-basah. Heh, asyik juga.

Puluhan bahkan mungkin ratusan ember seukuran lima liter air bergantian diangkat oleh Ery dan Opy dari kolam. Saya sendiri ikut membantu dengan ember lain yang lebih kecil. Sangat berat menimba air kolam dengan cara manual begitu. Tapi harus tetap dilakukan. Air kolam yang lebih tepat disebut bak, itu harus dikuras habis. Ikan-ikan yang bergeleparan menjelang air kian sedikit ditangkap menggunakan tangguk berjaring benang nilon. Setiap ikan yang ditangkap dimasukkan ke dalam ember-ember berisi air untuk membuatnya bertahan hidup. Tujuannya agar ikan-ikan yang lebih kecil bisa bertahan dulu sebelum nanti kembali di masukkan ke dalam kolam.

Sangat membahagiakan rasanya bersama anak-anak dan isteri di hari libur, di ujung pekan itu. Butuh waktu hampir tiga jam untuk menguras air dari kedua bak, eeh kolam ikan itu. Si Ery saya lihat begitu bersemangat di bagian dalam kolam. Sedangkan Opy menyambut ember yang sudah diisi abangnya untuk dibuang airnya. Sekali lagi, sangat membanggakan menyaksikan keduanya bekerja menguras air kolam itu.

Setelah airnya hampir terkuras semuanya, ikan-ikan yang berukuran besar pun sudah dipisahkan, akhirnya ikan-ikan lainnya kembali dimasukkan ke dalam kolam. Beberapa ekor ikan patin, kami berikan secara gratis ke beberapa tetangga di sekitar rumah kami. Semoga mereka senang menerima ikan yang hampir berbobot dua kg per ekor itu. Saya dan isteri tentu saja sangat bangga dapat berbagi hasil kolam itu dengan tetangga yang ada.

Untuk ikan nila kami menangkap (memisahkan) hampir dua kg atau 10-an ekor. Ikan nila memang lebih kecil ukurannya. Sedangkan untuk kolam satunya, kami menangkap empat ekor ikan patin dari 10-an ekor patin yang masih ada di dalam kolam. Diambil yang besar, yang beratnya seukuran dua kg per ekor. Tidak disangka kalau ikan itu sudah begitu besarnya setelah di sana cukup lama. Saat pertama memasukkannya, dulu ukuran ikan patin itu masih sebesar telunjuk jari orang dewasa. Kini, sungguh besar. Alhamdulillah, untuk lauk makan siang kami sudah tidak harus ke pasar lagi.***

Juga di: https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/7/kuras-airnya-tangkap

4 Jul 2020

Sedia Payung Sebelum Hujan, Sedia Pedang Sebelum Perang

Sedia Payung Sebelum Hujan, Sedia Pedang Sebelum Perang

Oleh Muhammad Nasrudin (Monas)
PERIBAHASA 'Sedia Payung Sebelum Hujan' itu sudah selalu didengar. Maknanya juga sudah dipahami. Agar bersiap-sedia sebelum kejadiannya ada. Jangan sampai tergesa-gesa persiapannya dan akhirnya tidak bisa. Jika hujan jangan sampai basah. Jika ada musuh jangan sampai kalah karena tdak bersiap sebelumnya. Itulah esensi makna peribahasa. 

Tentu saja tulisan ini tidak dimaksudkan menimbulkan makna permusuhan. Jika ada yang bertanya, "Sudahkah Anda memiliki senjata baik berupa pedang, golok atau apapun,. sebagaimana Rosululloh dan para sahabat suka mengkoleksinya sebagai senjata dalam menghadapi perang?" Ini pertanyaan umum dan biasa saja. Tidak harus juga dikonotasikan mencari permusuhan.

Pedang Rosululloh tidaklah satu, tapi cukup banyak. Saya pribadi pernah melihat-lihat pedang Rosululloh saat berkunjung ke istana Al Fatih Turki. Demikian halnya para sahabat.

Pedang, keris, kujang, rencong, oleh orang zaman dahulu, merupakan kebutuhan hidup yakni sebagai alat untuk pertahanan diri dari ancaman bahaya, dzi syarrin.

Rosululloh dan para sahabat, pedang pedang mereka berkualitas. Terbuat dari besi yang berkualitas, makanya senjata mereka masih bertahan hingga saat ini.

Jangan kita berpikir, kita kan lagi damai, untuk apa menyimpan senjata. Damai, perang itu kan sifatnya tidak statis. Sekarang damai bulan depan blm tentu. Sekarang aman, Minggu depan juga belum tentu. Makanya berpikir, 'Sedia Payung sebelum Hujan'. 

Kita buka catatan sejarah, masih sangat relevan utk kita terapkan dalam hal ini. Jangan nunggu hujan , baru terpikir untuk membeli payung, wah..keburu kehujanan. Jangan nunggu perang baru terpikir beli senjata. Sudah terlambat. Kalau sdh perang, ekspedisi pengiriman sdh ditutup, produksi senjata sudah langka, kita akan sulit mendapatkan nya krn sdh menjadi kebutuhan pokok saat itu.

Apalagi di tengah negeri kita yang dalam ancaman besar terjadinya disintegrasi kapan saja, tanpa kita ketahui, seperti halnya terjadinya pemberontakan PKI 48,65 yang terjadi tiba tiba, maka ke depan gangguan keamanan akan terjadi juga kapan saja dan tiba tiba. Sediakan lah payung sebelum hujan, Sebagai bentuk ikhtiar kita sebagaimana Rosululloh dan para sahabat juga memiliki senjata banyak di rumah nya masing-masing.

Nah milikilah senjata terbaik di rumah anda masing-masing, kualitas terbaik sebagai bentuk ikhtiar terbaik kita dalam wiqoyatunnafsi atau penjagaan diri.

Monas Inspire.