Tampilkan postingan dengan label Nasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nasional. Tampilkan semua postingan

28 Feb 2023

Catatan Rakornas FKUB 2023

Catatan Rakornas FKUB 2023


Catatan M. Rasyid Nur
RAPAT Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemerintah Daerah dan Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB) Tahun 2023 dilaksanakan pada hari Selasa (28/02/2023) ini. Rakornas Pemda dan FKUB dalam rangka mendukung suksesnya pelaksanaan Pemilu yang aman, lancar dan damai diikuti oleh seluruh pengurus (Ketua) FKUB Kabupaten/ Kota dan Provinsi seluruh Indonesia. Ikut juga sebagai peserta para Gubernur dan Bupati/ Wali Kota se-Indonesia. Kata panitia dalam laporan saat pembukaan ada 1.624 orang yang diundang dalam rapat ini. 

Saya ikut (sebagai Ketua FKUB Kabupaten Karimun) bersama Pak Sugiono, Kabid Idwasbang Bakesbangpol Kabupaten Karimun (mewakili Kepala Bakesbangpol) dan Kepala Bakesbangpol sendiri (Pak Zifriddin mewakili Bupati Karimun). Kami berangkat dari Karimun pada Senin (27/02/2023) siang. Sampai di Tangerang, Hotel Golden Tulip Essesntial sekitar pukul empat sore. Kami menginap di hotel ini kaena tidak terlalu jauh dari Hotel Novotel, lokasi akan dilaksanakannya Rakornas.

Acara Rakornas diawali dengan acara pembukaan baru dilanjutkan dengan diskusi fanel dengan beberapa orang narasumber. Prosesi acara pembukaannya diawali dengan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan Doa yang dipandu oleh 6 (enam) orang pemimpin agama yang ada di Indonesia. Acara ketiga, Laporan oleh panitia yang disampaikan oleh Direktur Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya Dirjen PolPUM Kemendagri. Acara berikutnya pidato pengarahan oleh Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Dr. Suhajar Diantoro, MSi. 

Beberapa catatan penting yang disampaikan oleh kedua pejabat teras Kemdagri itu antara lain, tentang tujuan dari dihelatnya Rakornas. Ini disampaikan oleh panitia, Pak Direktur tadi. Katanya, "Tujuan Rakornas ini adalah sebagai usaha strategis untuk pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu yang aman, damai dan harmoni atas kerjasa panitia pelaksana Pemilu dengan masyarakat, khususnya FKUB."  Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan peran FKUB dalam pelaksanaan dan kesuksesan Pemilu yang tertib aman damai dan harmoni. Berkali-kali Pak Direktur mengingatkan betapa pentingnya peran FKUB dalam usaha mewujudkan pelaksanaan Pemilu yang aman, damai dan harmonis itu. 

Selanjutnya pengarahan sekaligus penyampaian materi oleh Sekjen Mendagri, Dr. Suhajar. Pak Suhajar banyak menyampaikan pesan untuk peserta Rakornas yang berasal dari seluruh Indonesia itu. Di bagian awal pidatonya dia menyampaikan salam dari Mendagri yang tadinya ingin membuka langsung, namun karena banyaknya kegiatan Pak Menteri maka dia menugaskan Sekjen untuk membuka. Demikian dia menjelaskan ketidakhadiran orang nomor satu di Kemdagri itu. Pak Suhajr juga menyatakan terima kasih kepada Gubernur dan Pemda Banten yang menjadi tuan rumah dari kegiatan ini. "Sebagai daerah penyangga ibu kota, keberadaan Banten sangatlah penting," katanya. Sekaligus Pak suhajar menyampaikan ucapan selamat ulang tahun ke-30 untuk Kota Tangerang yang berulang tahun pada hari ini. Semoga Tangerang terus maju untuk kesejahteraan rakyatnya, katanya. 

Pada kesempatan itu Pak Suhajar juga mengingatkan bahwa kerja keras kita untuk aman dan damai dalam berbangsa telah mengantarkan Indonesia menjadi negara yang nyaman. Dengan fakta bangsa Indonesai yang terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya terbukti kita mampu bersatu. Dengan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila kita dapat menerima semua perbedaan itu untuk menyatukan kita. "Kita tidak lagi mempertanyakan Pancasila sebagai dasar negara karena itu adalah sikap final pendiri bangsa kita untuk menyatukan berbagai perbedaan itu." 

Pak Suhajar juga mengutip pernyataan Presiden Rusia yang mengagumi Indonesia dengan mengatakan Indonesia beruntung punya Hari Pahlawan. Maksudnya, dengan kesepakatan seluruh komponen bangsa untuk bersatu, maka para pejuang Indonesia mampu merebut dan mempertahankan kemerdekaan."

Oleh karena itu Pak Suhajar berulang-ulang mengingatkan bahwa debat tentang kepelbagaian yang menjadi fakta bangsa Indonesia, itu sudah lama bahkan sebelum negara ada. "Pancasila tak perlu diperdebatkan, sudah harga mati, kita sadari kembali bagaimana pahlawan bangsa menyatukan aneka ragam ini," tegasnya mengajak seluruh peserta Rakornas untuk tetap kokoh mempertahankan persatuan dan kesatuan.

Setelah acara pembukaan yang secara resmi dinyatakan oleh Pak Sekjen Kemdagri, itu dilanjuutkan dengan sesi foto bersama para pejabat yang hadir. Tampak Pak Suhajar secara bergantian diajak berfoto juga oleh para peserta Rakor sehabis sesi foto bersama antar pejabat. Selanjutnya istirahat untuk coffebreak. Panitia mengumumkan bahwa setelah istirahat akan dilanjutkan penyampaian materi oleh apra fenelis yang sudah ada di depan peserta.***
M. Rasyid Nur, Ketua FKUB Kabupaten Karimun

1 Okt 2022

Catatan-catatan yang Tak Boleh Dilupakan

Catatan-catatan yang Tak Boleh Dilupakan


SETELAH beberapa kali tulisan ini bolak-balik saya temukan di beberapa grup WA yang saya ada di dalamnya, saya merasa catatan ini memang perlu terus dibaca. Itulah sebabnya, saya tidak pernah merasa kesal jika sebentar-sebentar ada yang memposting di medsos, khsusunya di WA. Saya baca dan akan baca lagi. Materinya sejarah. Kata orang tua-tua kita, jangan pernah melupakan sejarah. 

Dan berbarengan peringatan G30S/PKI tahun 2022 ini catatan ini muncul lagi. Dulu-dulunya saya tidak pernah bertanya siapa yang memposting pada awalnya. Bahkan yang memposting terakhir pun saya tidak merasa penting mengetahuinya. Tapi kali ini saya harus menyebut namanya, karena saya akan memposting ulang tulisan ini di sini. Terima kasih, temanku, Syahril Manaf yang memposting ulang di WA Grup PGA-77. Syahril adalah teman saya ketika tahun 1976-1977 kami bersama-sama belajar di PGA Negeri Pekanbaru. Inilah lanjutan postingannya, 

SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN OLEH KITA SEMUA

Tgl 31 Oktober 1948 :
Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumoroto Kabupaten Ponorogo. Sedang MH. Lukman dan Nyoto pergi ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).

Akhir November 1948 :
Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil dibunuh atau ditangkap, dan Seluruh Daerah yang semula dikuasai PKI berhasil direbut, antara lain : 
1. Ponorogo, 
2. Magetan, 
3. Pacitan, 
4. Purwodadi, 
5. Cepu, 
6. Blora, 
7. Pati, 
8. Kudus, dan lainnya.

Tgl 19 Desember 1948
Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.

Tahun 1949
PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.

Awal Januari 1950 :
Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka Mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.

Tahun 1950
PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.

Tgl 6 Agustus 1951 :
Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yang ada.

Tahun 1951 :
Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yang sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.

Tahun 1955
PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.

Tgl 8-11 September 1957 : 
Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.

Tahun 1958 :
Kedekatan Soekarno dengan PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.

Tgl 15 Februari 1958 :
Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontakan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.

Tanggal 11 Juli 1958 :
DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.

Bulan Agustus 1959 :
TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.

Tahun 1960
Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.

Tgl 17 Agustus 1960 :
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)" dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.

Medio Tahun 1960
Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 Juta orang.

Bulan Maret 1962
PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.

Bulan April 1962 :
Kongres PKI.

Tahun 1963 :
PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.

Tgl 10 Juli 1963
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.

Tahun 1963
Atas desakan dan tekanan PKI terjadi penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : 
1. KH. Buya Hamka, 
2. KH. Yunan Helmi Nasution, 
3. KH. Isa Anshari,
4. KH. Mukhtar Ghazali, 
5. KH. EZ. Muttaqien, 
6. KH. Soleh Iskandar, 
7. KH. Ghazali Sahlan dan
8. KH. Dalari Umar.

Bulan Desember 1964 :
Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.

Tgl 6 Januari 1965 :
Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.

Tgl 13 Januari 1965
Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.

Awal Tahun 1965 :
PKI dengan 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).

Tgl 14 Mei 1965
Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.

Bulan Juli 1965
PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota'y di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.

Tgl 21 September 1965:
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.

Tgl 30 September 1965 Pagi
Ormas PKI Pemuda Rakyat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.

Tgl 30 September 1965 Malam
Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut  GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : 
1. Jenderal Ahmad Yani,
2. Letjen R.Suprapto, 
3. Letjen MT.Haryono, 
4. Letjen S.Parman, 
5. Mayjen Panjaitan dan
6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo. 
PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution. PKI pun membunuh Aiptu Karel Satsuitubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga Rumah Kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan Rumah Jenderal AH. Nasution. 
PKI juga menembak Putri Bungsu Jenderal AH. Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yang berusaha menjadi Perisai Ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.
G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : 
1. Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan
2. Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta 
3. Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.
Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain :
Angkatan Darat :
1. Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, 
2. Brigjen TNI Soepardjo dan
3. Kolonel Infantri A. Latief.
Angkatan Laut :
1. Mayor KKO Pramuko Sudarno, 
2. Letkol Laut Ranu Sunardi dan 
3. Komodor Laut Soenardi.
Angkatan Udara :
1. Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, 
2. Letkol Udara Heru Atmodjo dan 
3. Mayor Udara Sujono.
Kepolisian : 
1. Brigjen Pol. Soetarto,
2. Kombes Pol. Imam Supoyo dan 
3. AKBP Anwas Tanuamidjaja.

Tgl 1 Oktober 1965 :
PKI di Yogyakarta juga Membunuh :
1. Brigjen Katamso Darmokusumo dan 
2. Kolonel Sugiono. 
Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil Alih Kekuasaan.

Tgl 2 Oktober 1965 :
Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.

Tgl 6 Oktober 1965 :
Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.

Tgl 13 Oktober 1965 :
Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.

Tgl 18 Oktober 1965 :
PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.

Tgl 19 Oktober 1965
Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.

Tgl 11 November 1965
PNI dan PKI bentrok di Bali.
Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.

Bulan Desember 1965 :
Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.

Tgl 11 Maret 1966 :
Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.

Tgl 12 Maret 1966 :
Soeharto melarang secara resmi PKI. 

Bulan April 1966 :
Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.

Tgl 13 Februari 1966 :
Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : 
”Di Indonesia ini tidak ada partai yang Pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar Partai Komunis Indonesia…”

Tgl 5 Juli 1966
Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH. Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.

Bulan Desember 1966 :
Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pada tahun 1967.

Tahun 1967 :
Sejumlah Kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.

Bulan Maret 1968 :
Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.

Pertengahan 1968 :
TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.

Dari tahun 1968 s/d 1998
Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasiya dilarang di Seluruh Indonesia dengan dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015

Pasca Reformasi 1998
Pimpinan dan Anggota PKI yang dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan simpatisanya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yang sangat panjang, dan jangan biarkan mereka menambah lagi daftar kekejamanya di negeri tercinta ini.

Semoga Tuhan YME senantiasa melindungi kita semua..... 
BAGIKAN SEJARAH INI. 
JADIKAN PELAJARAN
BUAT GENERASI YANG AKAN DATANG

Begitulah catatan postingan dari teman saya yang sebenarnya postingan ini sudah pernah juga saya baca di waktu-waktu sebelumnya. Kali ini, tahun ini, bersempena berakhirnya September dan akan beralih ke Oktober, salah satu catatan yang pernah terjadi di waktu ini, maka postingan ini mari kita ulang baca.***

11 Mei 2022

Prasista Tangguh Sungguh

Prasista Tangguh Sungguh


SEMULA saya tidak terlalu antusias menyaksikan laga antara Tim Piala Uber Indonesia yang akan melawan Tim Jepang pada hari Rabu (11/05/2022) ini. Selain karena tim Merah-Putih sudah memastikan akan maju ke babak 8 besar alias perempat final karena sudah sukses melibas lawan-lawannya di babak penyisihan grup, kebetulan pula ada beberapa pekerjaan lain yang mesti diselesaikan. Intinya, Merah-Putih sudah pasti berjaya hingga hari ini dan akan melanjutkan nanti di babak berikutnya maka perasaan kita pun sudah tenang di satu babak. 

Jepang sendiri juga sudah lolos ke babak yang sama bersama Indonesia karena juga mengalahkan lawan yang sama di babak sebelumnya. Kedua negara sudah akan bersama dengan enam tim dunia lainnya yaitu China, Thailan, Taiwan, Denmark, Korea Selatan dan India di perempat final nanti. Kalau begitu, kita menyaksikan di sana saja. Itulah sikap awal saya. Berita dan jadwal piala uber dan thomas memang senantiasa diikuti melalui berita.

Lalu iseng saja menyaksikan laga Uber Jepang menantang Indonesia. Kita tahu Jepang saat ini memiliki pemain-pemain hebat dalam rangking dunia. Dan tentu saja partai pertama akan menurunkan para pemain hebat itu. Dan benar, Jepang menurunkan Akane Yamaguchi yang dihadapi pemain belia kita, Bilqis Prasista. Inilah punca semangat dan antusias itu muncul. Prasista bermain begitu gigih. Dalam usia muda dia melawan pemain hebat dunia, tentu saja membuat penonton kegum dan bangga. Sampai reporter mengatakan bermainnya ala Ii Sumirat, pemain legenda Indonesia itu. Begitu hebat dan tangguh, Prasista menekuk pemain anadaln Jepang itu dua set langsung. Alhamdulillah. Merah-Putih berjaya.

Saya melanjutkan menyaksikan laga partai kedua. Mama-Nadia, regu Indonesia menghadapi tim tangguh Jepang. Meskipun saya tidak menyaksikan laga kedua ini hingga tuntas, namun saya baca infonya di media, kesudahan ganda putri ini direbut oleh Jepang. Kedudukan pun menjadi 1-1 antara Tim Uber Indonesia dan Jepang. Siapa yang akan menjadi juara grup, kita tunggu di partai selanjutnya.***

2 Jan 2022

Kalah Terhormat saat Garuda Menggeliat

Kalah Terhormat saat Garuda Menggeliat


FINAL leg kedua Piala Suzuki AFF antara Indonesia melawan Thailan malam ini (Sabtu, 01/01/20222) berjalan lebih seru. Berbanding di leg pertama, laga malam ini lebih membuat jantung berdebar dan haru. Bertindak sebagai tuan rumah adalah kesebelasan Gajah Putih sementara pasukan Garuda bertindak sebagai tamu. Sejak kick off hingga pluit terakhir dibunyikan pertandingan berjalan dengan tempo cepat dan menguras tenaga para pemain. 
 
Debaran jantung pertama terjadi pada menit ketujuh. Serangan Indonesia membuahkan hasil setelah Ricky Kambuaya menceploskan si bundar ke gawang Thailand, 0-1 untuk Merah-Putih. Kronologi gol cepat ini, melewati kemelut di dalam garis pinalti Gajah-Putih, bola disodorkan ke Kambuaya yang berdiri di luar kotak pinalti. Tendangan kencang Kambuaya melewati selangkangan kaki lini pertahanan Thailand. Terus menghadapi penjaga gawang Thailand yang berusaha menangkapnya. Bola liar dan terlepas dari tangan kiper untuk masuk di arah kiri penjaga gawang pengganti Thailand itu.

Gol ini memantik semangat pemaian 'merah-putih' dengan meneruskan serangan bertubi-tubi. Sebaliknya pemain Thailand belum kelihatan permainannya seperti ketika mereka tampil di leg pertama melawan garuda. Sebagai orang Indonesia berharap trend serangan ini terus berjalan seperti itu. Gembira dan haru, itulah perasaan membuncah di dada walaupun menyaksikannya hanya lewat layar kaca. 

Sepertinya Indonesia akan menambah golnya dalam waktu yang mungkin tidak lama lagi. Saat ini bahkan posisi penguasaan bola sedikit lebih tinggi persentasenya oleh kesebelasan Garuda. Perasaan itu sekaligus menjadi doa setiap orang Indonesia yang menyaksikan pertandingan penting ini. Bagi kesebelasan Indonesia, harapan menjadi juara sudah begitu lama ditunggu mengingat lawan di final piala Negara-negara Asean ini selalu Thailan. Dan selalu pula Thailan yang menghalangi keinginan untuk mengangkat tropi juara itu.

Permainan terus berjalan dengan pola yang tetap hati kita berdebar. Serangan demi serangan oleh kedua kesebelasan silih berganti. Thailan mulai meningkatkan tensi permainannya. Hingga babak pertama usai skor bertahan untuk kemenangan negara kita. Tapi, setelah istirahat sebentar, di babak kedua Thailan mengubah pola permainannya dari tadinya kelihatan agak bertahan. Dengan dua orang penggantian pemain, Thailan mulai menguasai bola lebih banyak

Pada menit ke-54 alias 10-an menit babak kedua berjalan, Thailan membalas lewat Adisak Kraisorn, 1-1 skor kini. Dan dua menit berikutnya kembali Thailan membobol gawang Garuda lewat satu lagi pemainnya, Sarach Yooyen. Skor 2-1 untuk Thailand membuat pemain Gajah-Putih tetap menekan Garuda. Indonesia sendiri tidak juga menunjukkan sikap prustasi. Pemain-pemain garuda, seperti di babak-babak awal terus menggeliat. Pontang-panting mengejar dan menggiring bola terus dilakukan para pejuanag merah-putih. Tidak ada tanda-tanda mereka sudah 'mengalah'. Kita yang menyaksikannya juga terus berdoa agar pemain kita tetap bersemangat.

Pada menit-menit akhir menjelang babak kedua akan usai, Egy Maulana Vikri kembali memberi api semangat kepada kita yang menonton mereka dari layar kaca. Para penonton di stadion kita saksikan lewat layar kaca juga begitu antusias memberi semangat. Semangat itu terasa bertambah ketika pada menit ke-80 pemain yang bermain di Luar Negeri sebagai pemain profesional, itu mengoyak gawang Gajah-Putih. Skor 2-2 kembali membuat sorak-sorai di stadion dan tentu saja juga di mana-mana ada nobar pertandingan ini. Meskipun piala tetap digondol Thailand dengan agreegate 6-2 untuk Thailan, kita tetap bangga. Mereka adalah panhlawan Negara yang berjuang demi bendera kita.***

1 Okt 2021

Mengenang Tragedi G30S untuk Kewaspadaan Keutuhan Pancasila

Mengenang Tragedi G30S untuk Kewaspadaan Keutuhan Pancasila



KITA setuju bahwa kita tidak boleh melupakan kekejaman PKI yang puncaknya terjadi pada 30 September 1965. Bahwa kekejaman demi kekejaman PKI yang sudah berulang dilakukan di Tanah Air sejak sebelum kasus G.30 S PKI 1965 membuat rakyat, terutama umat Islam sangat marah; tentu itu menjadi konsekuensi dari kekejaman itu. Dan ikutan balas dendam pasca tragedi G.30 S PKI itu pula yang menimbulkan banyak korban, itu juga menajdi catatan sejarah kelam bangsa kita. 

Seperti diingatkan kembali oleh Asyari Usman melalui tulisannya berjudul Kekejaman PKI Harus Terus Diingat yang diposting oleh Mas Ruhi pada hari Senin (27/09/2021) lalu di laman hajinews.id menjelaskan bahwa banyak pihak saat ini yang berusaha untuk menghapuskan ingatan publik, khususnya umat Islam, tentang kekajaman Partai Komunis Indonesia atau PKI. Katanya, berkali-kali melakukan tindakan biadab dengan membunuh para ulama, kiyai, santri, dan para ustadz itulah bukti kekejaman PKI.

Sebagaimana sudah kita baca dalam sejarah, puncak kekejaman PKI adalah pada tragedi pembunuhan tujuh jenderal TNI pada tengah malam 30 September 1965 yang lalu itu. Pembunuhan ini dilakukan secara sadis. Para jenderal ditembak dan mayat-mayat mereka masih disiksa. Setelah itu mereka lemparkan ke Lubang Buaya. Itulah kekejaman PKI. Kita kenang semata untuk kewaspadaan dan pengamanan Pancasila.

Satu hal yang diingatkan oleh Asyari Usman adalah kalau perubahan zaman telah ikut mengubah gerakan komunis di seluruh dunia dewasa ini. Meskipun di China dikatakan komunis sudah tidak berdaya, tapi perinsip komunis yang 'anti Tuhan' tetap mereka pertahankan. Artinya komunis tetap saja akan memusuhi agama kapanpun dan dimanapun. Indonesia sebagai neagra Ketuhanan yang berarti adalah negara dengan perinsip agama sebagai dasar bernegara tentu saja tetap akan menganggap komunis sebagai satu ideololgi yang wajib diwaspadai. 

Sudah tepat kita berperinsip untuk tidak akan pernah melupakan kekejaman komunis. Asyari Usman juga menegaskan bahwa kemenangan kapitalisme yang merambah sampai ke RRC sebagai salah satu pusat paham komunis terkuat di dunia, memang mengubah cara mereka berekonomi dan berbisnis. Tetapi, tidak mengubah doktrin anti-agama dan anti-Tuhan yang menjadi pilar utama paham komunis itu. Makanya, jika harus mengenang kekejaman komunis itu semata untuk kewaspadaan demi keutuhan dasar negara kita, Pancasila.

Meskipun elit komunis China sejak era Deng Xiao Ping mampu membangun kemakmuran dengan menggunakan aplikasi kapitalisme untuk urusan ekonomi dan bisnis, ternyata mereka tetap memakai ajaran komunis untuk urusan sosial-kebudayaan dan keagamaan. Sudah tepat juga bangsa Indonesia mengingat bahwa PKI adalah blok komunis yang berkiblat ke China. Para aktivis dan simpatisan mereka di negeri ini yang diyakini masih bercita-cita untuk membangkitkan paham komunis, juga melakukan perubahan yang sama dengan panutan mereka di Beijing. Ini pendapat yang dikemukakan Asyari Usman dalam tulisannya. Bagi kita, tanpa disebut oleh siapapun perihal kekejaman komunis, kita dapat membaca sejarah, bagaimana komunis pernah ada di Indonesia. Sungguh akan menimbulkan penyesalan jika komunis diberi kesempatan hidup. Nauzubillah.***