Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

5 Jun 2020

Enaknya Belajar Mengelola Blog Kepada Ahlinya

Enaknya Belajar Mengelola Blog Kepada Ahlinya


Oleh Hj. Siti Nurbaya, AZ SE

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga, setelah beberapa hari hanya menjadi pembaca setia  dari WhatsApp, Grup Belajar Menulis Gel 12. Dengan hadirnya --cara daring-- narasumber, penulis blog terkenal, Bapak Wijaya Kusuma yang lebih dikenal dengan panggilan Om Jay, kini kami peserta kuliah online tidak lagi sekadar menanti. Tidak sekadar membaca, tapi akan segera belajar menulis.

Senin, 01 Juni 2020 ini kami peserta sudah diingatkan untuk mengisi absen peserta pukul 18.45 sampai dengan 19.45 WIB. Pukul 18.46 saya sudah mengisi absen sangking antusiasnya ingin mengikuti pelatihan ini. Duduk di depan laptop, membuka WA Web.  tepat pukul 19.00 WIB, saya benar-benar bersiap untuk belajar malam ini. Seperti pengumuman, kami akan memulai pelatihan Belajar Menulis Gel 12 sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Saya terus memandang layar laptop guna mengikuti pelatihan menulis buku ini.

Ilustrasi  materi pertama adalah gambar buku sang narasumber. Buku - buku ini merupakan hasil kerja keras penulis dan memakan waktu yang tidak sedikit. Ada rasa kagum saya walau hanya dengan melihat cover buku yang sudah diterbitkan oleh penerbit mayor itu. Empat buku ini merupakan buku yang ditulis dalam jangka waktu yang berbeda - beda. Begitu banyak catatan yang harus saya ambil dalam kelas menulis online ini. 

Seperti kata narasumber banyak orang tidak tahu bahwa menulis buku memerlukan waktu yang tidak sebentar. Oleh kerana itu saya menulis setiap hari di blog, katanya. Dengan begitu saya bisa membuat buku  dari hasil menulis di blog. Sangat menarik dengan mencicil tulisan di blog, kita akan menghasilkan buku. Begitulah penjelasan yang saya dengar. Saya ingin mengucapkan terima kasih atas informasi yang sangat berharga dari Om Jay ini.
Wijaya Kusuma (Om Jay)
Pertanyaan saya ke diri saya sendiri, bisakah saya dalam waktu tertentu menghasilkan buku seperti yang dilakukan oleh narasumber, Om Jay ini? Sekadar informasi, Buku Catatan Harian Seorang Guru Blogger diterbitkan dalam waktu 6 bulan. Buku ini dikerjakan dengan sangat teliti oleh Pak Sukarno yang menjadi editornya, kata Om Jay menjelaskan.  

Buku lainnya, yang ingin saya sebut di sini, sebagai motivasi saya adalah buku Melejitkan Keterampilan Menulis Siswa yang menurut penulisnya diterbitkan dalam waktu 3 bulan. Buku ini adalah hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang sempat lolos masuk final lomba karya tulis inovasi pembelajaran (inobel) Tingkat Nasional. Berkat PTK ini Om Jay mendapatkan laptop baru dan uang jutaan rupiah. 

Hadiah laptop dan uang tentu sangat menarik tapi yang lebih menarik perhatian saya adalah karya tulis berupa PTK yang akan menjadi bukti hidup bagi saya, dan yang akan menjadi kenang - kenangan setelah saya tiada. Begitu dia jelaskan kepada kami. Tentu saja ini juga akan menjadi motivasi kami, khususnya saya.

Harus saya tegaskan, dari ulasan panjang lebar dalam kelas menulis online saya berharap dari  guru yang biasa saja dapat menjadi guru yang luar biasa. Itupun kalimat yang disampaikan oleh anrasumber kepada kami peserta kuliah online ini. Semoga saja bisa. Saya benar-benar merasa senang dan nyaman belajar kepada orang yang ahli seperti Om Jay ini. Enak, pokoknya.

Buku lainnya, yang dijelaskan oleh narasumber adalah buku Menulislah Setiap Hari... adalah buku pertama kali yang Om Jay terbitkan di penerbit mayor. Perlu waktu 3 tahun menerbitkan buku ini, katanya. Om Jay masih belum percaya diri menerbitkan buku. Sebab seringkali ditolak oleh penerbit mayor. Namun Om Jay tak pernah putus asa. Buku akhirnya jadi berkat jasa mbak abdah khan. Berkat beliau buku itu menjadi enak dan renyah dibaca.
Empat Judul Buku Om Jay

Kemudian buku itu, kata Om Jay diterbitkan oleh Penerbit Indeks Jakarat dengan editor Mas Yuanacita. Sampai sekarang Om Jay belum pernah bertemu orangnya. Kabarnya beliau ada di Padang. Berkat tangan dingin beliau buku ini laku keras dan tersebar ke seluruh Indonesia. Berkat buku ini pula Om Jay membeli rumah baru. Tidak besar tapi cukup untuk berlibur bersama keluarga di Wanaraja Garut Jawa Barat. Impian setiap penulis untuk bisa menikmati hasil jerih payahnya, tak terbayangkan oleh saya sebelumnya. Tapi saya alhamdulillah merasakannya. Sekarang akan saya coba untuk menulis di blog paling tidak untuk mendapatkan lebih banyak pembaca buat blog saya. Begitulah Om Jay memberikan motivasi kepada kami, peserta Belajar Menulis ini.

Kalau boleh saya simpulkan, menulis dan meberbitkan buku butuh kolaborasi. Penulis tidak bisa bekerja sendiri. Butuh orang lain yang baik hati seperti editor yang menemukan kesalahan kita dalam menulis. Oleh karena itu nikmati prosesnya dan mulailah menulis di blog. Diminta atau tidak diminta. blog harus kita isi dengan tulisan yang menarik dan inspiratif. Pasti akan banyak pengunjungnya tanpa kita minta. 

Enaknya belajar kepada ahlinya, kita semakin yakin dengan apa yang dia sampaikan. Insyaallah, mulai hari ini blog saya dengan alamat https://nyakbaye.blogspot.com/ akan saya isi walau hanya berupa cacatan singkat atau apa saja yang akan membuat saya merasa bahagia. Senang dan berbahagia, itulah kunci saya akan menulis.

Terima kasih atas ilmunya, Om Jay. Saya masih berharap pada pertemuan kita berikutnya saya masih bisa mendapatkan tip-tip jitu untuk menjadi guru yang luar biasa. Saya berharap, suatu saat hasil kerja saya juga akan berguna baik bagi sesama teman guru, anak didik saya dan masyarakat yang peduli dengan dunia pendidikan. (AZ)

 Hj. Siti Nurbaya AZ, SE
Guru SMA Negeri 2 Karimun, Kepri

26 Mei 2020

Saling Kunjung di Tengah Wabah Corona: Arahan Tak Jelas Membuat Jelas

Saling Kunjung di Tengah Wabah Corona: Arahan Tak Jelas Membuat Jelas

Oleh M. Rsyid Nur
KEDENGARANNYA memang rada aneh. Harus mematuhi arahan yang tidak jelas dengan tujuan agar menjadi jelas. Memang ada apa? Arahan apa yang tak jelas? Dan bagaimana maksudnya agar menjadi jelas?

Ini masih berkaitan dengan covid-19 alias corona yang disangkut-pautkan dengan situasi hari-hari ini, hari Idulfitri. Hari-hari yang sejatinya adalah hari saling berkunjung antar keluarga, saudara, handai-tolan dan tetangga. Yang jauh akan dibuat dekat. Yang belum ketemu akan dibuat ketemu dengan salam dijabat. Namanya suasana lebaran. Hari Raya.

Tapi corona telah mengubah segalanya. Corona telah mengubah tempat solat Id yang seharusnya di lapangan atau di masjid, nyatanya harus di rumah saja. Corona malah mungkin membuat ruang tamu kita justeru tidak ada tamunya. Padahal kini adalah Hari Raya, Idulfitri yang selalu menjadi puncak silaturrahmi diantara kita.

Ketika saatnya saling berkunjung tiba setelah solat Idulfitri, itu ternyata itu tidak bisa dilakukan begitu saja. Tidak bisa seperti biasa, seperti tahun-tahun yang sudah. Pemerintah melalui berbagai saluran (media) mengingatkan agar tetap waspada dengan kemungkinan penularan covid-19. Dan arti waspada itu adalah menjaga jarak, sebisanya tidak bersemuka, menggunakan masker dan lain sebagainya. Maka menjadi gundahlah kita untuk melaksanakan tradisi saling berknjung di Idulfitri ini.

Dalam keadaan seperti itu, ada semacam surat yang beredar di Medsos yang berisi semacam arahan kepada siapa saja untuk mematuhi beberapa hal ketika akan saling berkunjung atau berniat untuk saling berkunjung ke rumah teman. Arahan yang –saya tidak tahu asal-muasal pengirimnya—beredar di grup-grup WA itu beredar beberapa hari sebelum jatuh 1 Syawal kemarin itu. Saya baca berulang-ulang arahan tak jelas itu, justeru bisa membuat jelas kepada kita jika itu diikuti. Surat atawa arahan itu persisnya berbunyi begini,

Bapak-ibu, Om-tante, Saudara-saudaraku, semuanya.
Nanti pas lebaran, sebelum berkunjung ke rumah seseorang hubungi dulu orangnya, tanya baik-baik dia nerima tamu apa nggak ??
Klo gak terima tamu jangan tersinggung, hargai, mungkin mereka merasa lebih aman tidak terima tamu, atau mungkin ada bayi, anak kecil, lansia atau riwayat penyakit yang mungkin kita gak tau,,
Karena lebaran tahun ini memang berbeda dengan lebaran-lebaran sebelumnya, kita lagi dalam masa pandemi jadi tolong hargain setiap keputusan yang diambil, jangan sok menghakimi,,
Kalo ternyata orangnya terima tamu, berkunjunglah dengan tetap mematuhi standar kesehatan, pake masker, cuci tangan dulu di tempat yg sudah disediakan.
Kalo pas datang disemprot desinfektan atau di sodori hand sanitizer jangan marah, hormati, Gak usah salaman gpp, jangan Otomatis nyolek-nyolek bayi dan anak kecil,,
Jangan juga maksain anak kecil harus Salim, biar dapet Sangu Menyangu, kalo mau ngasih ya ngasih aja,,
Pandemi ini nyata dan masih ada. Berhati-hati lebih baik daripada menyesal kemudian.
Banyak-banyak toleransi akan sikap setiap orang, mungkin ada beberapa yang ketat sekali sampe semprot sana sini, ya hormati aja.
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih manusiawi. Intinya saling menghargai perlu, beda pendapat biasa, saling menjaga juga perlu karna kita gak pernah tau virus itu ada dimana dn kapan aja bisa kena
Semoga kita semua dilindungi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dr virus Corona
Aamiin. 🙏🙏🙏.. #selfreminder #staysafe #staystrong #stayhealthy #stayhappy #stayathome 🙏🙏😍😍

Jujur, saya tidak tahu itu ditulis oleh siapa. Dan maaf, saya juga tidak berusaha mencari tahu siapa penulis pertamanya. Yang saya tahu, surat eh arahan (eh…apa sajalah istilahnya) itu beredar dari satu grup ke grup –medsos-- lainnya di HP kita. Saya membaca dan menurut saya bagus-bagus saja isinya. Tujuan penulis surat itu rasanya tidak ada yang salah. Sekali lagi, usteru bisa membuat jelas apa yang sebelumnya tidak jelas.

Menurut saya, justeru arahan yang tidak/ belum jelas sumbernya itu dapat membuat jelas tata krama bertamu kita saat berhari raya di musim covid-19 ini. Ya, kita patuhi saja agar benar-benar tidak terjadi kesalahpahaman diantara kita. Tujuan utama kita untuk saling bersilaturrahim jangan sampai rusak karena kesalahan pemahaman kita sendiri.*** 
Diposting juga di:  https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/5/mengikuti-

7 Mei 2020

14 Ramadhan, Teringat Bunda

14 Ramadhan, Teringat Bunda


Oleh: Khairul Amri
GM Pekanbaru Pos

TAK terasa air mata meleleh di pipi. Saat salat Subuh, 14 Ramadhan. Kejadiannya pada Kamis (7/5/2020), ketika mengimami istri tercinta di tempat salat dalam kamar tidur kami.

Jujur. Saya tak pernah seperti ini. Saya mana pernah secengeng ini. Karena selalu setiap akan masuk puasa, kami sekeluarga beserta adik-adik saya, selalu menjenguk/ziarah kubur. Letak kuburan itu di kampung halaman saya: Desa Limau Manis, Airtiris, Kabupaten Kampar.

Di sana ada banyak kuburan keluarga kami. Antara lain, kubur Abah saya Abu Yazid bin Jadi, yang sudah meninggal lama, sejak saya berusia 1,5 tahun. Sekitar tahun 1980 silam. Ada juga kubur nenek-nenek dan datuk kami. Juga ada kubur adik saya Abdul Haris bin Abdul Somad serta kubur sanak keluarga lainnya, baik yang menetap di kampung maupun yang dirantau tetapi dikebumikan di kuburan tersebut.

Tapi, subuh ini, entah mengapa saya benar-benar rindu sama Ibu. Mak saya: Syamsinar binti Nurdin. Padahal, waktu kecil saya lebih banyak dihabiskan dengan nenek dan datuk serta adik-adik Ibu di kampung. Sedangkan Ibunda saya tinggal di Pekanbaru, bersama ayah dari adik-adik saya.

Begitu juga ketika setamat SD, saya juga tidak tinggal bersama Ibu. Karena Paman saya, M Rasyid Nur, adik kedua dari Ibu-lah yang membawa saya tinggal satu rumah di Tanjung Batu, Kundur, Kepulauan Riau. Di Kepri, sekarang sudah jadi provinsi sendiri, saya lewati masa-masa SLTP, memasuki masa remaja.

Bahkan saat harus pulang ke Pekanbaru, melanjutkan SLTA di MAN 1 Pekanbaru, Paman saya sudah menyuruh saya berjanji: boleh ke Pekanbaru, tetapi tak boleh tinggal sama Ibu. Rumah Ibu saya ada di Jalan Pangeran Hidayat Gang Suri Teladan.

Akhirnya, jadilah saya hidup mandiri. Walau kami berada di bubung langit yang sama. Daratan juga sama. Namun, saya dan Ibu tinggal berjauhan. Saya tinggal di Jalan Tongkol, di sebuah masjid  bernama Masjid Al Manar. Di sinilah saya mandiri selama lima tahun, dari tahun 1993 hingga 1998. Namun tetaplah, sesekali saya pasti ke rumah Ibu. Kadang saat saya sakit keras, juga pulang ke rumah Ibu. Dialah yang merawat saya sampai sembuh.

Sampai saya kuliah, pun tak hidup satu atap dengan Ibu. Saya harus menamatkan kuliah di kota Dumai. Dan, itu pula yang membuat saya harus pindah dari Masjid Al Manar ke kampus biru (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unri) di Desa Purnama, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai.

Artinya, dari sejak lahir hingga saya dewasa bahkan sampai berkeluarga, hanya sedikit saja masa-masa dan umur saya, yang saya lalui bersama Ibu. Ketika berkeluarga, tahun 2002, sempat tinggal di sebelah rumah Ibu. Tapi pada 2003, kami sudah tinggal di rumah sendiri. Jauh pula lagi dari Ibu.

Pada 2013 lalu, Ibunda pun pergi meninggalkan saya, adik-adik dan kami semua untuk selama-lamanya. Itu artinya, sudah tujuh tahun Ibu pergi dan tak pernah kembali lagi. Selama itu pula, saya selalu berdoa, selalu menyampaikan salam dan sesuatu yang baik untuk Ibu tercinta. Sangat singkat rasanya saya bisa bersama Ibu, setelah itu dia pun pergi ke rumah abadinya. 

Subuh ini, di 14 Ramadhan 1441 H, wajah Ibu tiba-tiba hadir di pelupuk mata saya. Saat akan takbir salat Subuh, tiba-tiba wajah itu terbayang. Ibu seperti menatap saya. Ibu seperti berharap sesuatu dari saya. Ibu lama menatap saya, dan sesekali tersenyum. Saya benar- benar tak bisa khusuk membaca bacaan salat Subuh.

Air mata saya tiba-tiba ke luar, meleleh di pipi, di bawah pelupuk mata kiri dan kanan. Istri saya yang jadi makmum, mungkin juga merasakan perbedaan bacaan salat saya kali ini. Tapi karena kami sedang salat, ia tetap mengikuti gerak salat yang saya buat. Bacaan salat saya terbata-bata. Saat tidak melantunkan bacaan salat, saya pun terisak-isak. Begitu pun saat berdoa, wajah Ibu makin kuat membayang.

Akhirnya, air mata itu tumpah juga. Berbalik badan ke sebelah kiri belakang, usai berdoa, saat menyalami dan mencium kening dan pipi istri, barulah saya ucapkan: Ayah rindu sama Ibuk, Nda. Tak bisa saya menahan tangis, karena Ibu tak bisa lagi saya jumpai, tetapi hanya bisa saya ingat dalam setiap doa-doa saya.

Istri memberi saran: baca surat Yasin. Kirimkan untuk Ibuk. Biar Ibuk senang dan tenang di alamnya.

Saya juga tidak mengerti, kenapa saat Ramadhan ini pula wajah Ibu hadir di  pelupuk mata saya. Bukankah saat bulan Ramadhan, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Artinya, tidak ada beban apa-apa yang dirasakan oleh siapapun yang ada di alam kubur sana. Mereka bisa tenang di sana. Ibu bisa dengan tenang melalui hari-harinya di sana.

Tapi, saya berpikir lagi. Mungkin saat Ibu lagi tenang itulah, ketika itu pula dia bisa hadir ke tengah keluarganya. Termasuk saya anaknya. Ibu hadir, dan Ibu serta orang tua kita masuk ke rumah-rumah kita mengharapkan doa dan kiriman bacaan Alquran satu atau dua ayat dari kita semua.

Setelah memikirkan itu, saya pun baru paham. Ibu atau orang tua yang sudah meninggal, tak akan pernah mati, apalagi hilang selama-lamanya dari kita. Mereka tetap ada. Mereka tetap hadir di samping kita. Mendampingi dan mungkin masih ikut mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Makanya kita jangan pernah lupa akan hal itu.

Subuh ini, 14 Ramadhan 1441 H. Sudah hampir separuh Ramadhan kita jalani. Hanya tinggal hitungan hari Ramadhan pun pergi meninggalkan kita. Jangan lagi menunggu lama. Perbanyaklah beribadah dan berbuat baik kepadaNya, saat-saat bulan puasa ini. Kecil atau sedikit yang bisa kita buat, ya segitu sajalah kita berbuat. Tapi kalau bisa berbuat banyak, jangan tunggu lagi. Sekaranglah masa itu. Selagi ruh masih menyatu dengan jasad kita. Terlebih saat wabah Covid -19 seperti ini, marilah kita banyak-banyak beramal dan berbuat kebaikan.

Doa anakmu ini akan selalu dikirimkan untuk Ibu tercinta. Di setiap salat dan setiap ada waktu untuk berbuat kebaikan. Selalu dan selalu dititipkan kebaikan itu untuk Ibu tercinta. Semoga diijabahNya, dan sampai hendaknya padamu Ibu.

Bagi kalian dan siapa saja yang masih punya orang tua, yang masih bersama orang tua. Mereka masih sehat dan hidup, rawatlah mereka dengan baik. Penuhilah apapun kebutuhan dan keinginan mereka. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan berharga itu. Semoga kita semua diberi panjang umur dan kesehatan, untuk sampai akhir Ramadhan 1441H. Dan, tentunya selalu beroa: ya Allah berkahi ikut kami, dan sampaikanlah kami pada Ramadhan berikutnya. Amin ya Rabbalalamin. **

29 Apr 2020

Kepergiannya adalah Pelajaran Kita: Selamat Jalan, Pak  Wako, H. Syahrul

Kepergiannya adalah Pelajaran Kita: Selamat Jalan, Pak Wako, H. Syahrul

Oleh M. Rasyid Nur
 
CATATAN saya di www.gurusiana.id edisi hari Rabu (29/04) ini, adalah tentang kepergian salah seorang sahabat kita, H. syahrul yang adalah Walikota Tanjungpinang. Dia menghembuskan nafas terakhirnya kemarin sore dan dikebumikan malamnya. Menurut berita online sore kemarin, dia meninggal kabarnya, karena terpapar covid-19 yang saat ini memang tengah marak di Tanah Air, termasuk di Kepri khusus lagi di Tanjungpinang dan Batam..

Selengkapnya catatan saya itu begini, "SELAMAT jalan, Pak Sayhrul." Dia adalah Guru dan juri MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) di Provinsi Kepri --dari MTQ Tingkat Kecamatan hingga ke Tingkat Provinsi-- yang saat menghembuskan nafas terakhirnya Selasa (28/04/2020 : 16.45) sore adalah Wali Kota Tanjungpinang, Ibu Kota Provinsi Kepri (Kepulauan Riau). "Sore ini Tanjungpinang berduka. Begitu juga Provinsi Kepri, Pak. Kami semua kehilangan Bapak, Ayah Syahrul."

Itulah kelimat yang sebagian besar masyarakat Kepri ucapkan menerima informasi 'mendadak' dari beberapa media online. Melalui WA, FB, IG, Twit dan Medsos lainnya sore itu masyarakat meneruskan berita dari portal online itu. Kepri benar-benar berduka, terutama Kotan Tanjungpinang yang dipimpinnya bersama Rahma sejak 21 September 2018. Walaupun dia sudah diberitkan sakit sejak beberapa hari sebelumnya yang menurut berita-berita tidak resmi disebabkan oleh virus corona alias covid-19, kita tidak menduga dia akan 'pergi' secepat ini. Ada banyak pejabat yang juga terpapa corona, alhamdulillah terselamatkan. Itu juga harapan ke Pak Syahrul.

Namun apa mau dikata. "Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih,' kata orang tua-tua kita. Nasib dan ajal Pak Wali Kota yang berasal dari guru, itu sudah ditetapkan begitu. Pak Syahrul yang ceria tidak berlebihan membuat siapa saja senang bergaul. Sebagai guru dan menjadi Kepala Sekolah di akhir karier PNS-nya dia memang tepat berkarakter begitu. Tegas memimpin rekan-rekan guru namun tetap lembut dan banyak senyum.

Pria berkulit putih, itu bernama lengkap H. Syahrul, SPd dilahirkan di Tarempa --kini termasuk Kabupaten Kepulauan Anambas-- pada 30 Agustus 1960 dan bersekolah di sana. Tepatnya di SDN 56 Tarempa dari tahun 1969 hingga 1975. Melanjutkan pendidikan ke SMP Tarempa juga pada tahun 1977 dan tamat pada 1980 sebelum pindah ke Tanjungpinang. Di Tanjungpinang pula dia meneruskan pendidikan untuk menjadi guru, 1980 s.d. 1983.

Pak Syahrul mengabdi menjadi guru di Kota Tanjungpinang hingga dia juga diberi amanah 'tugas tambahan' sebagai Kepala Sekolah hingga ia mundur untuk ikut maju ke jalur politik. Dia maju mendampingi Lis Darmansyah sebagai Wakil Walikota Tanjungpinang. Pasangan Lis Darmansyah- Syahrul dipercaya rakyat menerajui Kota Bestari dan resmi menjadi pejabat politik pada 16 Januari 2013. 

Kepiawaian Pak Syahrul dan ketenaran namanya bersama Walikota, Lis Darmansyah membuat dia didapuk maju sebagai Wali Kota melawan 'bos'-nya itu pada Pilkada berikutnya. Bersama pasangannya Siti Rahmah dia justeru menumbangkan petahana. Resmilah dia menjadi Walikota Tanjungpinang bersaja Wakilnya, Rahmah sejak akhir September 2018 lalu itu. Sungguh masih baru kepemimpinanya. Masyarakat Keperi, khususnya Tanjungpinang sangat layak merasa kehilangan dengan kepergian belyau.

Selamat jalan, Pak. Kami akan doakan Bapak untuk mendapat tempat yang paling baik di sisi Allah Swt. Semua jasamu akan dikenang.***

Selain catatan itu, saya ingin juga memposting sepucuk status yang ditulis oleh seorang teman dan dikirimkan ke WA saya. Dia, Pak Nas (saya menyapanya begitu) aktif di bidang agama dan pendidikan serta sangat konsen juga mengingatkan masyrakat tentang kebijakan Pemerintah perihal pengelolaan corona. Statusnya begini, 

Innalilahi wa innailaihi rojiun..telah kembali dengan tenang sbg syahid walikota Tanjungpinang Kepri, semoga beliau di tempat kan diantara para syuhada yang memiliki tempat istimewa di sisi Allah. Amin yra.

Ujian Covid 19 telah mengambil salah satu putra terbaik Kepri. Semoga kejadian ini bisa diambil hikmahnya  bersama. Agar kita tidak menganggap remeh suatu perkara. Semua perlu disikapi scr proporsional. Takut berlebihan tak baik,  Menganggap enteng juga bentuk kesombongan.

Kita hati hati dan menghindari bahaya bukan berarti takut, tapi krn kita tidak mau jadi media penularan yang bisa mencelakai orang lain.

Selain itu taat kepada Ulil Amri dalam rangka memutus mata rantai penularan adalah bentuk ibadah yang sangat tinggi jihadunnafsi dan jihaduhayatinnas yang nilainya sangat besar di hadapan Allah dibanding ibadah mahdhoh yang dampaknya hanya utk kepentingan pribadi kita. (Moh. Nasruddin)

Dengan kepergian Pak Walikota begitu, kita memang bersedih tapi sekaligus harus semakin waspada dan berhati-hati dengan virus corona ini. Ini adalah pelajaran penting bagi siapa saja, terkhusus kita di Kabupaten Karimun yang berbatas dengan Tanjungpinang dan juga Batam. Tidak perlu kita meragukan kebijakan Pemerintah perihal pengelolaan corona di sini.

Jika saat ini masih ada yang meragukan kebijakan Bupati yang menganjurkan tetap di rumah termasuk solat berjamaah, semuanya adalah untuk kepentingan orang yang lebih ramai. Tidak ada yang melarang solat berjamaah, apalagi dengan anggapan seolah-olah Pemerintah sengaja ingin meninggalkan masjid, tentulah bukan begitu. Sebaiknya, niat baik itu kita sambut dengan sikap yang baik juga.***

27 Apr 2020

Sederhana Tetap Menggoda Selera

Sederhana Tetap Menggoda Selera

Oleh M. Rasyid Nur
PERBUKAAN sore ini tidak terlalu istimewa. Ada gorengan, ada lepat, kerupuk dan tentu saja minuman. Tapi perut yang lapar tetaplah melihat aneka perbukaan itu sebagai sesuatu yang menantang. Ketika melihatnya sebelum berbuka puasa rasa kueh-mueh itu serasa sudah sampai ke perut melalui kerongkongan yang haus seharian. 

Saya kembali menyapu lantai ubin itu dengan mata tanpa kacamata. Meskipun tidak menggunakan kacamata saya tetap bisa melihat panganan perbukaan itu. Kacamata saya pakai khusus untuk membaca yang tulisannya kecil. Di lantai tanpa alas (tikar) itu beberapa buah lepat berbungkus daun tersusun rapi di dalam piring kaca bening. Di sebelahnya ada aneka gorengan yang tadi dibeli di simpang pada penjual gorengan itu. Lima buah gorengan denganlima jenis pula. Sungguh menarik selera.

Jangan lupa menyebut air sejuk dan sekaleng susu yang sebentar lagi akan diaduk dengan air minum bercampur es. Bayangkan gurihnya air sejuk itu nanti pada saat menyedot setelah berbunyi sirene tanda berbuka puasa sudah tiba.

Saya duduk santai sambil mendengarkan ceramah agama dari Radio Daerah. Radio ini menyiarkan Ceramah Agama Menunggu Berbuka Puasa dengan menampilkan secara bergantian para ustaz di daerah ini secara langsung. Mereka berceramah selama 20 menit dan dilanjutkan pembacaan ayat suci alquran oleh seorang qori/ qoriah daerah ini hingga detik akan berbuka puasa. Qori/ qoriah yang tampil juga secara langsung (bukan rekaman) secara bergantian setiap sore.

Sore ini ustaz yang berceramah terdengar menyampaikan topik 'Taat Kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri'. Ayat yang dibacakannya terdengar Surah An-Nisa ayat 59 yang maknanya perintah Allah kepada orang-orang beriman agar mematuhi Allah, mematuhi Rasululloh dan Pemerintah yang sah. Ustaz terdengar memberikan uraian tentang pemahaman ayat itu.

Ada tiga syarat, katanya dalam usaha mematuhi Allah, memahami perintah Allah, ikhlas dalam mematuhi perintah-Nya serta hendaklah berusaha sekuat tenaga agar bisa melaksanakan perintah Allah. Sementara dalam mematuhi Rasululloh kata ustaz itu hendaklah kita melaksanakan ajaran yang ditinggalkan Rasulullah yaitu Kitubulloh dan Sunnatulloh.

Tidak terasa waktu berlalu, tiba giliran qori membacakan ayat-ayat Suci Alquran hingga sampainya waktu berbunyi tanda waktu berbuka sudah sampai. Kue-kue itupun kena santap satu per satu dengan didampingi air es bercampur susu. Nyam nyam nyam, kuenya boleh sederhana tapi nikmatnya itu hingga ke sini, kata saya dalam hati.***

14 Apr 2020

Pesan Corona Ketika Bersama Kita

Pesan Corona Ketika Bersama Kita

Catatan M. Rasyid Nur
 
TERNYATA ada juga nilai-nilai yang baik dan positif atas kehadiran wabah corona bersama atau di sekitar kita. Nauzubillah kita berlindung, janganlah terkena. Namun, walaupun bukan kita yang terjangkit corona tapi mungkin saja saudara kita, sahabat kita atau tetangga kita yang terkena virus yang mudah menyebar itu sehingga kita harus waspada dan berhati-hati karena corona sangat menakutkan.

Para ahli, para guru dan orang-orang yang mau berpikir lebih lengkap tentang keberadaan corona, tetap melihat sisi-sisi baik dari kehadiran corona saat ini. Tidak harus semuanya jelek gara-gara corona. Lihat jugalah bagian-bagian tertentu yang mungkin bernilai baik tersebab corona ada. Apa saja itu? Berikut, dirangkum dari beberapa catatan yang beredar luas di  Media Sosial, antara lain:

1) Corona memberi pesan agar kita hati-hati dan selektif dalam memilih makanan. Konon, virus corona bermula dari hewan liar yang semestinya tidak dikonsumsi, tapi masih ada orang yang mau memakannya. Konon lagi, dari sini muncul virus corona yang akhirnya menjangkiti orang. Tapi isu ini, konon tidak akurat. Maksudnya, virus corona bukan dari binatang yang disebut-sebut itu. Wallohu a'lam. Bahwa kita harus selektif dalam memakan sesuatu, saya kira itu perlu. Janganlah memakan sesuatu yang memang tidak patut dimakan. Ini pesan pentingnya.

2) Pesan lain adalah agar orang berpakaian dengan baik dan benar. Maksudnya, agar menutup aurat dengan benar. Jangan suka membiarkan anggota badan terbuka. Pesan yang terkandung ketika orang harus memakai masker. Ingat, anjuran memakai penutup hidung dan mulut serta pakaian pelindung diri yang benar adalah disebabkan adanya corona. Maka, anggap saja pesan utamanya adalah agar kita berpakaian dengan baik, yang menutup hal-hal penting yang memang harus ditutup.

3) Jangan ada lagi pergaulan bebas yang tanpa batas.  Pesan dari mana? Saat ini tengah digalakkan oleh Pemerintah melakukan Sosial Distancing dan Physical Distancing yang kongketnya adalah menjaga jarak. Pastikan batas aman dari setiap kita dengan orang lainnya.

4) Hendaklah aktif dan rajin berdoa kepada Tuhan. Covid-19 ternyata telah mendidik kita, bagaimana sedih dan stressnya orang jika tidak ada Zat Maha Kuasa tempat mengadu dan berdoa. Masjid yang saat ini terpaksa dikosongkan untuk solat jumat, benar-beanr membuat orang sedih. Kesadaran akan pentingnya Tuhan begitun terasa.

5) Pesan penting lainnya adalah menjauhi rasa angkuh dan sombong.Corona ternyata menyadarkan orang bahwa manusia itu sama sekali bukanlah pemilik kuasa tertinggi. Pada saat wabah merambah kemana-mana, manusia sama sekali tidak berdaya menahannya. Bahkan obat virus corona juga belum ditemukan oleh manusia. Hanya Allah jua akhirnya tempat mengadu manusia sambil terus berikhtiar untuk menemukan obatnya.

6) Wajib menjaga kebersihan. Pesannya, jaga kebersihan dan ketertiban. Corona telah mendidik manusia agar selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, barang dan lingkungan dengan rajin mandi, mencuci tangan, semprot antiseptik dan disinfektan. Satu hal lagi, tidak sembarangan membuang sampah.

Subhanallah, sesungguhnya masih begitu banyak nilai-nilai positif yang dapat disampaikian oleh kehadiran coron bersama kita, meskipun di sini hanya dicatatkan beberapa itu saja. Di Medsos begitu banyak kita temukan penjelasan tentang nilai-nilai positif dari kehadiran corona bersama kita. Tinggal kita saja, apakah akan mengambil hikmah dari keberadaan corona, atau kita akan acuh tak acuh saja atas segala hal yang berlaku dengan kehadiran corona? Tepuk dada, tanya selera.***