Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

17 Sep 2020

Catatan Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 3)

Catatan Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 3)


Oleh M. Rasyid Nur

WEBINAR XI Media Guru Indonesia yang dilaksanakan pada hari Ahad (13/09/2020) kemarin itu adalah webinar penting yang pernah dilaksanakan oleh Media Guru. Tentu saja 10 webinar sebelumnya adalah webinar terpenting pula bagi kita semua. Temanya memang selalu berbeda-beda setiap kali ada webinar. Makanya terasa selalu penting bagi kita untuk setiap webinar.

Webinar kali ini adalah webinar yang disejalankan dengan lounching buku baru Media Guru berjudul Pejuang Liaterasi. Buku antologi dari 123 orang penulis yang dihasilkan bersempena peringatan HUT RI. Itulah sebabnya judulnya juga berbau perjuangan. Tapi yang menarik juga adalah bahwa pada webinar ini, selain kesempatan menyerap ilmu dan informasi penting dari Pak CEO, Muhammad Ihsan --meskipun sekilas—lalu dari Mas Eko, Pimpinan Redaksi Media Guru dan beberapa pejuang literasi lainnya seperti Bu Wiwik (host) dan Bu Sri Subekti (moderator), juga yang utama itu adalah tampilnya empat orang nara sumber yang masing-masing memberikan pencerahan yang begitu penting bagi kita.

Catatan --ketiga-- ini akan menampilkan satu orang lagi dari empat orang narasumber yang tampil. Pastinya ini sebagai pemotovasi kita dalam memperjuangkan literasi di Bumi Pertiwi bahkan di dunia. Kita tahu, keempat nara sumber ini tampil begitu memukau dengan kreasi literasi mereka. Pada tulisan ini saya membuat catatan dari nara sumber hebat yang tampil kedua yaitu, Ibu Ade Kurniawati, SPd seorang guru BK (Bimbingan dan Konseling) di SMA Negeri 5 Sijunjung, Sumatera Barat.

Guru dan ruangan BK yang konotasinya selalu sebagai guru dan ruangan yang ditakuti atau dijauhi siswa justeru di tangan Bu Ade sebaliknya. Dia membuat ruangannya menjadi ruangan yang disenangi dan diminati oleh para siswa. Dengan judul paparan Merajut Literasi di Ruang BK Bu Ade menetapkan empat latar belakang yang menjadi dasar pemikirannya mengembangkan materi ini, yaitu, 1) Ungkap Isi Hati; 2) Game; 3) Miss Persepsi dan 4) Curhat Lewat Tulisan.

Untuk pemikiran latar belakang , itu kata Bu Ade begini, disebabkan oleh adanya siswa yang tidak bisa mengungkapkan isi hatinya maka kemungkin mereka akan melarikan dirinya ke game. Kemungkinan lainnya adalah miss persepsi yang menyebabkan siswa berbeda dalam memahami atau menafsirkan sesuatu. Menganggap dirinya seperti diasingkan. Maka untuk solusi itu Bu Ade memberikan jalan dengan curhat lewat tulisan berupa tampilan kepustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku motivasi dan inspirasi.

 Di sinilah guru BK ini membuktikan langsung dengan perjuangan lierasinya. Setelah menjelaskan bahwa ruang BK adalah ruang yang menyenangkan, anak-anak diajak masuk dan di situ sudah dia sediakan buku-buku. Itulah buku-buku motivasi dan buku inspirasi yang diharapkan mampu mempengaruhi pikiran para siswa. Anak-anak diajaknya mengungkapkan perasaannya melalui tulisan, selain membaca itu sendiri. Inilah awal literasi, membaca dan menulis.

Ada kebebasan lain yang juga diterapkan di sini. Anak-anak bebas memilih buku dan materi yang dia mau untuk dibaca. Tempat membaca juga bisa di dalam ruangan, bisa juga di luar. Anak-anak juga benar-benar diberi keleluasan untuk berpikir, menyampaikan curahan hati (curhat)-nya dan saling memotivasi di antara mereka.

Menurut Ibu Ade, hasil Literasi ala Guru BK ini terbukti, mampu meningkatkan kemampuan literasi siswa, anak-anak mampu menyampaikan gagasan menarik, mampu juga menyampaikan isi buku yang mereka baca, dan yang hebat itu mereka mampu membukukan tulisan mereka. Fakta lain, katanya bahwa dampak dari literasi BK, ini ternyata kemauan membaca para siswa cukup meningkat. “Sekolah saya itu membaca menjadi budaya,” kata Bu Ade dalam paparannya. “Siswa tidak lagi merasa terpaksa membaca,” tambahnya. Nah, ini benar-benar seuatu yang positif di tengah berita rendahnya tingkat minat membaca anak-anak kita.

Ada empat kesimpulan yang disampaikan Bu Ade melalui slidenya, 1) Membaca jadi budaya; 2) Berpikiran positif; 3) Terbitnya buku; dan 4) GLS berkembang. Jika keempat kesimpulan juga ada di sekolah-sekolah lain, di semua sekolah di Tanah Air ini, sungguh literasi itu bukan lagi sesuatu yang aneh. Dan ingat, ini kreasi guru BK. Bagaimana jika guru-guru Mata Pelajaran (MP) lainnya juga mempunyai kreasi dengan cara lainnya lagi, betapa hebatnya budaya literasi bangsa kita. Gerakan Literasi Sekolah,  Gerakan Literasi Keluarga dan Gerakan Literasi Masyarakat yang bahu-membahu akan menajdikan literasi menjadi budaya bangsa.

Terima kasih, Bu Ade atas paparannya yang memberikan penerahan kepada kami semua. Sukses buat Ibu, buat sekolahnya dan buat kita semua. Kita sambut salam bu Ade, “Salam Literasi, Salam Samangek, Salam Rancak Bana,” Untuk pemberi semangat kepada kita semua. Salaamm.***

https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/09/catatan-webinar-xi-media-guru-indonesia-bag-3-385236



16 Sep 2020

Catatan Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 2)

Catatan Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 2)


Oleh M. Rasyid Nur

MEMANG sayang jika tidak mengikuti Webinar XI Media Guru Indonesia (MGI) yang dihelat pada hari Ahad (13/09/2020) kemarin itu. Selain kesempatan menyerap ilmu dan informasi penting dari Mas Eko, Pimpinan Redaksi Media Guru dan beberapa pejuang literasi lainnya seperti Bu Wiwik (host) dan Bu Sri Subekti (moderator), juga yang utama itu adalah tampilnya empat orang nara sumber yang masing-masing memberikan pencerahan yang begitu penting bagi kita.

Catatan --kedua-- ini akan menampilkan keempat orang tersebut –secara bersambung-- sebagai pemotovasi kita. Mereka tampil begitu memukau dengan kreasi literasi mereka. Wajib untuk diketahui dan harusnya juga diikuti. Dari Pak Supardi, Bu Ade, Pak Rauf hingga Bu Fitria. Secara bergantian dalam sesi mereka tampil sesuai jadwal dari moderator webinar, Ibu Sri. 

Untuk catatan ini, kita mulai saja dari Pak Supardi yang terkenal dengan Pustaka Onthelnya. Apa dan bagaimana Pustaka Onthel kreasi Pak Supardi Harun Arrasyid ini menggiatkan dan memperjuangkan liertasi? Bagaimana Pak Supardi yang mendapat amanah sebagai Kepala Perpustakaan di SMP IT Citra Bangsa berkreasi untuk membuat anak-didiknya tetap menghirup udara literasi di tengah hampir matinya literasi oleh pandemi covid-19. Dia membuat Pustaka Onthel. 

Setelah moderator mempersilakan Pak Supardi untuk menyampaikan paparannya, seperti lazimnya nara sumber, dia memulai dengan menyapa semua peserta. Dari pipmpinan tertinggi MGI, petugas Webinar XI hingga ke semua peserta dia sapa dalam sapaan penghormatannya. Lalu memperkenalkan dirinya dan tentu saja profesinya sebagai guru dan Kepala Perpusatakaan SLTP itu. Kalimat pembukanya saja sudah memberi semangat literasi peserta webinar. 

Selanjutnya dia memulai dengan narasi, betapa beratnya mengelola Perpustakaan di tengah pandemic covid-19 ini. Karena sekolah tidak dihadiri siswa maka otomatis Perpustakaan pun tidak ada pengunjungnya, katanya. “Sebagai Kepala Perpustakaan saya merasa prihatin. Sejak pandemic covid-19 pengunjung Perpustakaan sepi. Program kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pun terhenti,” jelasnya dengan menampilkan slide. Karena itulah tim literasi di sekolahnya diajak berdiskusi, bagaiaman menyikapi keadaan ini. Tentu saja dengan minta izin kepada Kepala Sekolah.

Hasil diskusi bersama Tim GLS, itu menghasilkan gagasan membuat Pustaka Onthel. Pustaka dengan menggunakan sepeda ontel berkeliling sambil membawa buku-buku perpustakaan sekolah. Terbayangkan oleh kita bagaimana Pak Supardi berkeliling seperti penjual keliling tapi yang 'dijualnya' adalah buku-buku yang cara membelinya adalah dengan membacanya. Sasarannya tentu saja para siswa atau masyarakat lainnya yang selama pandemi covid ini tidak bisa ke sekolah.

Jadwal disusun. Hari-hari Rabu, Sabtu dan Ahad (Sabtu) adalah hari yang dipilih sebagai hari untuk mengunjungi rumah-rumah siswa yang akan dipinjamkan buku. Rabu dan Sabtu Pustaka Onthel Pak Supardi berkunjung pada sore hari karena paginya anak-anak belajar daring dengan gurunya. Hari Ahad barulah pada sesi paginya. Hebatnya, lokasi singgah Pustaka Keliling ini ternyata tidak hanya ke rumah-rumah siswa tapi juga singgah di musolla, kompleks perumahan.

Bukan tanpa halangan tentunya untuk melaksanakan kreasi Pustaka Onthel ini. Perihal kendala yang ditantangnya tentu banyak, seperti jarak tempuh, cuaca buruk yang terkadang hujan dan koleksi buku yang minim. Untuk mengatasinya, Pak Supardi memberi solusi begini. Jarak tempuh yang jauh dia kunjungi hari Ahad. Waktunya tentu saja lebih panjang. Sedangkan yang jarak dekat dikunjungi pada hari Rabu dan Sabtu. Kalau hujan? Berhenti, tentunya. Sementara untuk kekurangan koleksi, dia berusaha menyampaikan harapan tamabahan koleksi kepada para donator. Alhmdulillah banyak yang memberikan buku-bukunya, katanya. Bahwa dengan bersepeda bisa sehat, itulah salah satu konsepnya mengapa menggunakan sepeda untuk berkeliling membawa buku. 

Satu kelegaan Pak Supardi sekaligus kegembiraan kita adalah bahwa literasi tetap bisa berjalan walaupun tidak harus ke sekolah. Dengan Pustaka Onthel ini malah terjalin juga silaturrahim dan komunikasim sosial lainnya. Peribahasa, "Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampau," benar-benar dibuktikan oleh Pak Supardi.Selamat, Pak Supardi. Selamat Pejuang Literasi. Kami semua pasti terinspirasi.***


6 Sep 2020

Strategi Membangun Budaya Literasi dalam Keluarga

Strategi Membangun Budaya Literasi dalam Keluarga

 


Oleh M. Rasyid Nur

GERAKAN Literasi Nasional lahir lima tahun lalu dengan diawali lahirnya Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Tujuan Permendikbud pengganti Permendikbud No 21 Tahun 2015, itu antara lain untuk menumbuhkembangkan lingkungan kebiasaan baik dan budaya belajar sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat. Latar belakangnya adalah bahwa sekolah seharusnya adalah tempat yang nyaman dan inspiratif bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan untuk pendidikan karakter dengan melibatkan Pemerintah dan masyarakat.

Mengutip penjelasan Ahmad Mujib dalam Literasi Keluarga yang dimuat https://matakita.co, 14 Juli 2017, Literasi Keluarga (Family Literacy) merupakan bagian dari literasi secara umum yang landasan filosofinya, orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak. Itu berarti keberhasilan gerakan literasi haruslah dimulai dari rumah tangga. Literasi keluargalah yang akan menjadi penentu keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah hingga Gerakan Literasi Nasional.

Menurut penelitian keluarga yang sukses dalam gerakan literasi dan memiliki tingkat pendidikan yang mumpuni cenderung menjadi masyarakat yang produktif dengan tingkat ekonomi dan sosial yang baik. Untuk itu perlu strategi perencanaan program literasi keluarga yang mampu melahirkan budaya literasi dalam keluarga itu sendiri.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang berpengaruh pada pembentukan karakter anak mengingat ikatan emosional dan pertalian darah. Maka pembinaan literasi dan karakter dalam keluarga akan lebih mudah oleh keluarga itu sendiri.

Meskipun era digital telah melahirkan fenomena keluarga yang renggang disebabkan handphone (HP),  (https://news.detik.com/ tanggal 22/06/2019), itu tidak akan mengubah secara signifikan pengaruh keluarga dalam pemberian nilai-nilai kepada keluarga. Lunturnya kebiasaan makan bersama di rumah, hilangnya kebiasaan bersembang duduk bersama, misalnya, itu juga tidak akan menghambat habis kesempatan untuk saling mempengaruhi dalam keluarga.

Untuk itu kemajuan IT mestinya termanfaatkan untuk penguatan kapasitas wawasan dan pendidikan dalam keluarga seperti menciptakan budaya literasi dalam keluarga.  Langkah-langkah menciptakan dan membina budaya literasi keluarga adalah salah satu tujuan yang perlu diwujudkan setiap keluarga.

Peran orangtua dalam budaya literasi tentu sangat menentukan. Ketika orang tua menunjukkan budaya literasi untuk dirinya, otomatis anak dan keluarga akan terbawa. Itulah teladan utama.

Ada beberapa pemikiran yang seharurnya dilakukan setiap keluarga dalam usaha membina dan mengembangakan literasi keluarga, antara lain: Perlunya,

1)    Keluarga Membaca; Sebagai ayah atau ibu di setiap rumah tangga wajib membiasakan membaca. Apakah dengan membuat Perpusatakaan Keluarga atau membuat jadwal rutin (wajib) mengunjungi Perpusatakaan yang sudah ada. Biasanya di setiap daerah (kabupaten/ kecamatan) selalu ada Perpustakaan. Bahkan ada juga Perpustakaan pribadi/ masyarakata yang dikelola secara pribadi oleh seseorang. Silakan kunjungi sebagai usaha budaya baca keluarga.

2)    Keluarga Menulis; Jika budaya membaca dapat diwujudkan, tentu saja sebaiknya ditingkatkan ke budaya menulis sebagai bagian dari budaya literasi dalam keluarga.

3)    Pemberian Hadiah; Penghargaan berupa apa saja sebaiknya diberlakukan dalam usaha menyukseskan program Literasi Keluarga. Hadiah sebaiknya prioritas pemberian buku-buku bacaan sebagai pembinaan lietrasi kelaurga itu. Tidak perlu hadiah uang. Tapi pergi rekreasi ke beberapa tempat untuk berhibur itu lebih baik. Akan lebih baik pula jika tujuan rekreasinya ke perpusatakaan.

4)    Penerapan Disiplin Literasi; Harus dibuat ketentuan dalam menyukseskan program Keluarga Membaca-Menulis. Semacam peraturan. Konsep 1820 yang diterapkan oleh beberapa instansi dalam usaha mengatur jam belajar atau jam membuka HP perlu juga diterapkan. Angka 1820 maksudnya di setiap pukul 18.00 hingga pukul 20.00 ada kesepakatan. Misalnya waktu-waktu membaca, dll. Termasuk disiplin di sini adalah tuntutan melaksanakan peran masing-masing yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam program literasi keluarga.

5)    Penyediaan Anggaran Literasi; Sejatinya harus dialokasi dana keluarga untuk pendukung literasi dalam keluarga. Keuangan keluarga perlu disisihkan sesuai kebutuhan untuk mengembangkan budaya literasi dalam keluarga..

Itu hanya sebagian tawaran pemikiran yang dapat dilaksanakan dalam usaha mewujudkan budaya liertasi keluarga. Dari budaya literasi keluarga ini diharapkan akan tumbuh budaya literasi satu daerah untuk menuju Literasi Nasional.***

Diposting juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

23 Jul 2020

Tentang Kasek yang Ingin Mundur, Bupati Harusnya Mencari Tahu, Mengapa

Tentang Kasek yang Ingin Mundur, Bupati Harusnya Mencari Tahu, Mengapa


Oleh: M. Rasyid Nur

POSTINGAN CEO MediaGuru, Muhammad Ihsan di blog Gurusiana.Id dengan judul SOAL DANA BOS, CAPEK DIATUR-ATUR MENDING MUNDUR edisi 17 Juli 2020 yang lalu sontak menghentak perasaan kita (baca: guru, para anggota FB MediaGuru dan member blog Gurusiana.id). Setidak-tidaknya saya ikut terkejut dan terperangah. Bahkan pikiran sehat saya juga ikut meraba-raba, kenapa bisa begitu. Pak Ihsan dalam ilustrasi tulisan itu masih menambah satu kalimat yang ikut memadatkan emosional dengan kalimat CAPEK DIATUR-ATUR MENDING MUNDUR untuk memotivasi para guru –khusus Kasek yang diberitakan—agar tidak takut. Kalau perlu balik melaporkan kalau memang ada aparat yang terbukti memeras sebagaimana diberitakan beberapa media. 

Satu hari sebelum postungan artikel Pak Muhammnad Ihsan, itu memang ramai media memberitakan perihal ramainya Kepala Sekolah yang mengajukan pengunduran diri serentak ke Pemerintah karena merasa tidak nyaman mengurus sekolahnya berkaitan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang diterima. Ada pihak yang dianggap oleh Kepala Sekolah yang mempersoalkan dan itu membuat tidak nyaman. Kejadiannya di Provinsi Riau, tepatnya di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu). 

Sebuah berita dari portal berita Surya.Co.Id, misalnya menurunkan judul berita begini, Kasek SMPN di Indragiri Hulu Ramai-ramai Mengundurkan Diri, Tak Kuat Diperas Aparat Penegak Hukum. Nah, lho. Tak kuat diperas aparat penegak hukum, kata judul berita itu. Tentu saja orang akan geram, termasuk Pak CEO MediaGuru dan kita semua,  tentu. Kita --yang menghuni grup FB Media Guru dan Gurusiana.Id-- ini memang guru. 

Catatan Pak CEO tentu saja menjadi perhatian penghuni rumah besar MediaGuru dengan blog paling ramai penulisnya, Gurusiana.Id, ini karena hampir semua penghuni MediaGuru dan Gurusiana adalah para guru. Jika ada berita yang memberitakan Kasek (Kepala Guru) minta mundur rama-ramai tersebab ketidaknyamanannya mengelola dana BOS karena dirong-rong begitu, tentu saja kita gerah juga. Gerah, kan? Kan? Iya, gerah. 

Maaf, saya mengulas lagi berita duka itu karena memang ada kegerahan tersendiri. Sebagai mantan orang yang pernah di situ (jabatan seperti itu) rasanya berita begini sudah tidak masanya lagi saat ini. Di era demokrasi, era hampir semuanya terbuka sejatinya berita Kasek diperas oleh aparat hukum sangatlah menyedihkan. Bayangkan, ada 64 Kasek yang mundur terkait persoalan pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 

Salah satu alasan mereka mengundurkan diri, karena merasa terganggu dan tidak nyaman karena sering diperas oleh oknum aparat penegak hukum. Ini kalimat yang saya kutip dari Surya.Co.Id edisi 17 Juli 2020 dengan alamat link di https://surabaya.tribunnews.com/2020.. Pasti perasaan kita tidak nyaman membaca berita itu. 

Saya percaya, jika 64 orang yang menyatakan ingin mundur karena tidak tahan diperlakukan begitu, tidak mungkin semua Kasek itu melakukan kesalahan (lebih pas mungkin kekeliruan) yang menyebabkan aparat hukum sering menjadikan alasan untuk memeras. Selama ini memang menjadi rahasia umum para Kasek yang terdeteksi melakukan pelanggaran akan dijadikan bulan-bulanan. Seharusnya, jika pun ada pelanggaran oleh Kepala Sekolah, mengapa harus diperas? Jika harus dibina, ya itulah yang terbaik. 

Kini, bandul aka nada di tangan bupati setelah Surat Pengunduran Diri Kasek akan segera diteruskan ke Bupati. Harusnya bupati mencari tahu, apakah benar aparat melakukan pemerasan seperti diberitakan? Jika tidak, itu juga harus diklarifikasi. Jika iya, harus tindakan tertentu oleh Pemerintah agar kejadian ini tidak pernah terjadi lagi. ***
diposting juga di: www.mrasyidnur.gurusiana.id dan www.mrasyidnur.blogspot.com

16 Jul 2020

Masjid Ditutup (lagi) Karena Covid-19, Tapi Guru Harus Tetap Aktif

Masjid Ditutup (lagi) Karena Covid-19, Tapi Guru Harus Tetap Aktif


Oleh M. Rasyid Nur
SEBUAH berita dengan judul Masjid di Tanjungpinang Ditutup Sementara Terkait Covid-19 ditulis oleh Republika.co.id Ahad, 12 Juli 2020 pukul 15.19. Media lainnya, Kepri.Antaranews.com menulis pada hari yang sama dan jam yang kurang lebih sama dengan judul Masjid Al-Hikmah Tanjungpinang Ditutup Karena Jamaah Terpapar Covid-19 dengan informasi yang sama, berita ditutupnya Masjid Al-Hikmah, Tanjungpinang disebabkan ditemukannya seorang jamaah (aktif berjamaah) positif covid-19. Kita percaya beberapa media lainnya juga menurunkan berita yang isinya sama.

Tentang penutupan masjid sebagai rumah ibadah karena menjaga tidak merebaknya corona menimpa masyarakat (jamaah) di Tanah Air kita sempat menimbulkan pro kontra beberapa waktu lalu. Sejak Maret hingga Juni banyak daerah yang terpaksa menutup masjid sementara dengan tujuan memutus mata rantai penularan virus covid-19. Di Kepri hampir di semua daerah (Kabupaten/ Kota) oleh Pemerintahnya dianjurkan untuk tidak ke masjid atau musolla selama pandemi covid-19 mewabah. Hanya Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas yang diizinkan membuka rumah ibadah tapi dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Kebijakan yang belum pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, ini kontan menjadi polemik.

Sejak akhir Juli ini, setelah jumlah PDP, ODP atau OTG kian berkurang, beberapa daerah sudah mulai membuka masjid kembali, termasuk Tanjungpinang yang peringkat daerahnya sempat menjadi daerah dengan zona merah bersama Kota Batam. Namun, dengan temuan pasien terbaru, pasien ke-29 kembali kita baca berita yang mengatakan bahwa masjid kembali ditutup. Tentu saja kita tidak berharap semua masjid yang ditutup kembali.

Bagi guru yang sejak tiga hari lalu sudah kembali harus ke sekolah, memulai Tahun Pelajaran (TP) baru, 2020/ 2021 berita itu ikut mengejutkan kita. Pasti berita itu tidak akan dianggap sepi begitu saja. Pro kontra peraturan pemerintah yang mengharuskan anak-didik sebagiannya tetap di rumah walaupun guru harus ke sekolah akan menjadi pemikiran tersendiri terkait dengan temuan kasus orang positif ini.

Pihak-pihak yang belakangan juga berharap anak-anak ke sekolah saja agar PBM berjalan dengan normal, akan berpikir ulang untuk harapan ini. Kemungkinan anak-anak terpapar (entah dari mana) lalu dinyatakan positif sementara mereka sudah bersama-sama di sekolah, tidak mustahil orang tua akan menyalahkan sekolah juga akhirnya. Padahal belum tentu juga nantinya diketahui terpapar dari mana.

Satu hal yang pasti akan kita pegang kuat adalah bahwa pembelajaran di TP baru ini tetap akan dilaksanakan dengan segala kekuatan, kesempatan dan fasilitas yang ada. Akankah menggunakan cara daring atau luring, semuanya adalah tanggung jawab. Dalam kerisauan masih adanya covid-19 para guru akan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk pendidikan anak bangsa. Semoga!***
Diposting juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id



30 Jun 2020

Riuh-Rendah PPDB 2020

Riuh-Rendah PPDB 2020

Oleh M. Rasyid Nur

SESUNGGUHNYA Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  (Permendikbud) No. 44 Tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2020/ 2021 Pada TK, SD, SMP, SMA dan SMK dimaksudkan untuk menghilangkan dugaan penyalahgunaan kesempatan bersekolah bagi masyarakat oleh sekolah. Sebelum pengaturan oleh Permendikbud itu ada sinyalemen bahwa setiap tahun pihak sekolah melakukan penyalahgunaan kesempatan belajar. Calon siswa yang layak diterima justeru ditolak sekolah dengan berbagai alasan.

Ketika belum ada jalur-jalur seperti yang diatur Permendikbud itu, sekolah-sekolah favorit dengan cirri jadi rebutan calon siswa hanya melakukan seleksi dengan mengadakan test atau ujian tertentu. Di sinilah sering terjadi penyelewengan kesempatan itu. Namun dengan beberapa jalur yang sudah diatur, diharapkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan tidak terjadi lagi. Sudah kita ketahui bersama, ada beberapa jalur yang bisa dilalui untuk dapat menjadi siswa baru sesuai Permendikbud tersebut, yakni jalur zonasi, jalur afirmasi, jalur perpindahan tugas orang tua atau wali, dan jalur prestasi. Lebih jelasnya,

1. Jalur Zonasi
Maksudnya penerimaan calon siswa ditetapkan berdasarkan zona domisili peserta didik dan sekolah. Artinya, penerimaan diprioritaskan bagi siswa dengan domisili terdekat.  Ketentuan domisili dibuktikan lewat alamat pada Kartu Keluarga (KK) yang dimiliki calon siswa.

Namun demikian, peserta PPDB yang memilih jalur zonasi juga bisa melakukan pendaftaran jalur afirmasi atau jalur prestasi di luar wilayah zonasi. Sekurang-kurangnya 50 persen kuota diperuntukkan bagi jalur ini.
2. Jalur Afirmasi

Maksudnya diiperuntukkan bagi calon siswa keluarga tidak mampu dari sisi ekonomi. Siswa yang mendaftar lewat jalur ini bisa memilih sekolah di dalam maupun luar wilayah zonasi domisili. Kriterianya adalah dengan menunjukkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang ditetapkan oleh Pemerintah. 

Sekolah dan pemerintah daerah tentu saja harus melakukan verifikasi data keikutsertaan dalam program keluarga tidak mampu, dan melihat kondisi keluarga siswa di lapangan. Jalur ini sekurang-kurangnya 15 persen.


3. Jalur Perpindahan Tugas Orang Tua/ Wali
Sealalu ada siswa yang pindah alamat karena berpindahnya orang tua. Untuk mengakomodasi ini ada jalur ini. Siswa yang mendaftar lewat jalur perpindahan tugas orang tua atau wali harus menyertakan surat penugasan dari instansi, lembaga, kantor atau perusahaan orang tua. Untuk  jalur ini termasuk siswa pindah karena orang tuanya guru. Jalur ini menyiapkan 5 persen calon siswa.

4. Jalur Prestasi
Jalur prestasi dimaksudkan sebagai bentuk apesiasi kepada para calon siswa yang memiliki prestasi tetentu. Tentu saja prestasi akademik. Jalur ini menggunakan nilai ujian sekolah atau ujian nasional, dan hasil perlombaan atau penghargaan di bidang akademik atau non akademik. Akan ada juga ujian tersendiri untuk mengukur dan menentukan yang terbaik dan berhak mengisi jalur ini. 

Ada pengecualian bagi sekolah yang diselenggarakan masyarakat, SMK, sekolah kerjasama, sekolah Indonesia di luar negeri, dan sekolah pendidikan khusus. Untuk sekolah-sekolah ini dapat melaksanakan PPDB di luar ketentuan di Permendikbud itu. Dikecualikan juga sekolah pendidikan layanan khusus, sekolah berasrama, sekolah di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), dan sekolah di daerah dengan jumlah penduduk terbatas.


Sesungguhnya pengaturan itu sudah bagus adanya. Yang masih membuat kita sedih dan belum juga tenang adalah bukti adanya di beberapa daerah begitu sulitnya calon siswa untuk mendaftar menjadi calon siswa baru. Bahkan di Ibu Kota Negara kita saksikan lewat layar kaca, PPDB tahun ini malah membuat para orang tua melakukan demo segala.

Lalu apa lagi yang salah dengan PPDB ini. Sampai ada juga yang bertanya, ‘Kemana anak Kami Akan Sekolah?’ Tentu saja ini ketakutan yang berlebihan. Hanya sabar sedikit, tentu saja akan ada jalan untuk anak-anak generasi masa depan ini untuk bersekolah. Pasti Pemerintah bertanggung jawab atas keberlangsungan belajar anak-anak kita. Jika ada yang harus kita jelaskan untuk mengurangi atau menghilangkan kegundahan orang tua, mari kita lakukan.***
diposting juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id



28 Jun 2020

Pengelolaan Pendidikan di Era New Normal, Penyesuaian itu Mutlak

Pengelolaan Pendidikan di Era New Normal, Penyesuaian itu Mutlak

Catatan M. Rasyid Nur


TENTU saja menjadi sebuah kebanggaan. Hari Ahad (28/06/2020) ini masih dapat menambah ilmu dan wawasan meskipun dengan keharusan menyesuaikan jadwal kegiatan. Sejatinya hari Ahad kelazimannya berkegiatan yang sedikit lebih ringan. Sebagai hari di akhir pekan kita menjadwalkan kegiatan yang lebih kepada kegiatan hiburan. Nama selalu disebut sebagai hari libur.

Hidup dan beraktivitas di era pandemic covid-19 atau sesudahnya, yang disebut juga sebagai era normal baru (new normal) ternyata mengharuskan kita untuk siap beraktivitas apa saja di setiap hari apa saja. tidak ada lagi keharusan membeda-bedakan waktu dengan sebutan hari akhir pekan dan atau hari liburan  di akhir pekan.

Semua kegiatan kini dapat saja dilakukan di semua hari dan di semua tempat. Itulah era new normal yang suka-suka tidak suka akan bersama kita setelah dan selama bersama dengan covid-19 ini. Itulah yang pada hari Ahad ini kami beberapa orang pengurus yayasan yang mengelola beberapa satuan pendidikan (sekolah) mendapatkan pencerahan dari KPI (Kualita Pendidikan Indonesia) yang merupakan konsultan pendidikan yang berpusat di Surabaya. Tentu saja dengan cara daring, menggunakan aplikasi zoom.

Yang pentingnya adalah kami mendapatkan penekanan kembali mengenai hal-hal penting yang mesti dilakukan di era pandemic covid dan atau setelahnya. Penyesuaian ini sudah pasti sangat penting.

Setidak-tidaknya ada empat fokus (bidang) yang mesti diperhatikan sekolah dalam menyusun strategi dan kebijakan secara tepat dalam antisipasi New Normal,
1.       Bidang Kesehatan dan Keamanan Sekolah;
Menyiapkan dan melaksanakan protokol kesehatan serta keselamatan di lingkungan kerja. Sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan Pemerintah melalui Kemdikbud yang wajib mengutamakan kesehatan dan keselamatan dalam pengelolaan sekolah, maka semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sekolah dan pembelajaran wajib memperhatikan ini.
2.       Bidang Kegiatan;
Melakukan penyesuaian aktivitas operasional sekolah dengan aktivitas new normal. Penyesuaian ini penting. Jika sebelum covid-19 pembelajaran di sekolah adalah sebuah keharusan, maka saat ini sudah tidak mungkin itu dilakukan. Sekurang-kurangnya, selama covid-19 masih dianggap sebagai ancaman maka penyesuaian itu adalah mutlak.
3.       Bidang Teknologi;
Memperkuat system teknologi informasi dan komunikasi sekolah untuk mendukung aktivitas pada fase new normal. Akan ada banyak perubahan yang menjadi tuntutan era new normal terkait bidang teknologi. Di era teknologi yang kian maju, maka kekuatan sekolah akan ditentukan pula oleh kekuatan teknologi di sekolah tersebut.
4.       Bidang Manajemen;
Menyiapkan strategi komunikasi dan implementasi budaya sekolah new normal secara tepat. Para karyawan (guru dan pegawai) yang selama sebelum covid-19 sudah memiliki budaya yang sesuai dengan keadaan itu, kini harus mengubahnya untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan keadan hari ini. Guru dan karyawan lainnya akan nyaman dan mampu menghasilkan produk yang terbaik jika situasi new normal itu mampu diterima dan mampu pula menyesuaikan aktivitas dengan situasi itu.

Ustaz Hasan yang menjadi narasumber pertama dalam vidcon ini memberikan banyak sekali tip untuk dapat mengelola pendidikan di era new normal ini selain empat hal di atas. Ditambah oleh Ustaz Dr. Sobih dengan beberapa penjelasan lainnya, terasa sekali oleh-oleh yang kami terima pada hari libur ini begitu penting. Dan untuk semua kita yang memang akan bersama situasi ini dalam aktivitas keguruan kita, tentulah penyesuaian sikap dan strategi dalam menghadapi tugas mulia kita adalah menjadi sebuah keniscayaan.***

20 Jun 2020

Belajar Pentigraf di Webinar Media Guru Indonesia

Belajar Pentigraf di Webinar Media Guru Indonesia

Oleh M. Rasyid Nur
PENTIGRAF (Cerpen Tiga Pragraf) adalah jenis cerpen (cerita pendek) yang ukurannya singkat. Sesuai namanya, cerpen ini hanya terdiri tiga alinea (paragraf) saja. Hari Sabtu (20/06/ 2020) pagi, tadi Media Guru Indonesia (MGI) melaksanakan pembelajaran melalui video conperensi khusus membahas jenis hasil sastra ini.. 

Meskipun judul Webinar Media Guru ke-5 ini, adalah ‘Meneroka Dapur Pentigraf’ dengan mendatangkan langsung suhu Pentigraf, Tengsoe Tjahjono (Tengsu Cahyono. pen)  dan dilapis oleh praktisi Pentigraf hebat, Mas Eko rasa-rasanya Webinar ini tidak sekadar merintis, membuka dan menjelajahi Pentigraf semata. Tidak juga sekadar untuk memahami Pentigraf semata. Kegiatan yang berlangsung dua jam lebih, ini justeru meneroka wawasan dan pengetahuan peserta sebagai penulis yang cinta Pentigraf. 

Sebagai anggota Media Guru yang dapat bersama dalam webinar ini tentu saja ini membuat kita merasa bersyukur.  Tidak juga sekadar bersyukur. Kita benar-benar diberi ilmu yang saat ini memang tengah kita inginkan. Pentigraf sebagai salah satu karya sastra kategori fiksi, ini memang lagi digemari. Jumlah halaman atau  kata yang begitu singkat menjadi daya tarik tersendiri dalam di era semua orang orang cenderung mencari yang praktis. “Para ibu yang sibuk sebagai guru dan karier lainnya atau karena kesibukan mengurus rumah tangga, tentu saja akan lebih suka cerpen model Pentigraf ini. Begitu juga kejutan-kejutan yang tersuguh dalam Pentigraf juga menjadi daya tarik kas dalam karya sastra berupa Pentigraf ini.

Kegiatan Webinar sendiri berjalan lancar dan aman, meskipun ada juga informasi di beberapa daerah seikit gangguan signal. Secara umum berjalan lancar. Setelah Pak CEO, Muhammad Ihsan membuka dan memberikan kesempatan saling menyapa, lalu dia mempersilakan suhu Pentigraf, Prof. Tengsoe Tjahjono untuk menyampaikan materi yang memang sudah ditunggu-tunggu peserta. Begitu banyak hal baru yang disampaikan oleh Pak Tengsoe. Segala yang berbau teori dalam menulis Pentigraf dikupas tuntas olehnya. Tentang anggapan Pentigraf sebagai Cerpen yang yang disingkat atau disarikan, Suhu Tengsoe tegas mengingatkan, Pentigraf bukanlah Cerpen yang disingkat. 

Pentigraf, sebagaimana Cerpen lazimnya, tetap harus berupa cerita dengan tokoh sentral (utama) dan tokoh lainnya sebagaimana ciri Cerpen lainnya. Harus tetap ada setting, alur yang jelas dan penyelesaian serta pesannya. Begitu dia mengingatkan. “Jumlah kata dalam Pentigraf, cukup 210 kata. Bisa menjadi satu halaman A5,” kata Pengsoe. Kurang dari itu malah bagus. Namun criteria sebagai sebuah cerpen haruslah terpenuhi. Itu sebabnya Pengsoe menegaskan bahwa Pentigraf yang pendek itu tidaklah berarti sebagai sebuah cerpen yang disingkat atau cerpen yang disarikan. 

Dari jumlah maksimal kata dalam satu Pentigraf hingga penegasan bahwa pentigraf bukanlah cerpen yang disingkat, telah membuka wawasan dan pengetahuan baru kita. Ada banyak penjelasan lain yang detail dijelaskan oleh Prof ini kepada kita. Bagi kita, sesungguhnya Webinar V Media Guru ini adalah webinar yang malah meneroka wawasan kita dalam pemahaman akan Petigraf. Oleh Tengsoe, pikiran dan perasaan kita dijelajahi dengan berbagai pengetahuan tenteng Pentigraf.  

Kini, kita sudah diberi rule yang jelas dan tegas tentang Pentigraf. Blog Gurusiana yang telah pula member ruang sebgitu luas kepada kita untuk berkarya, termasuk kategori Pentigraf, ini tentu saja akan kita manfaatkan semua kemampuan kita untuk menghasilkan pentigraf yang tidak lagi terlalu jauh dari criteria yang disampaikan suhunya itu. Semoga kita mampu untuk itu.*** 
Dimuat juga di: www.mrasyidnur.gurusiana.id