19 Des 2019

Bahagia itu Produk Hati

Oleh Mochammad Nasrudin
TENTANG Sang Penghasud dan Pendengki, percayalah mereka tidak akan senang melihat orang lain senang.  Dia justeru lebih suka melihat orang lain susah. Lebih dari itu hidup Sang Pendengki dan Penghasud tidak akan berbahagia karena selalu melihat kekurangan orang lain saja, sedangkan kekurangan dirinya tidak pernah tampak olehnya.

Hidup dan kebiasaan Sang Pendengki dan Penghasud selalu memfitnah, menuntut dan mencaci. Dia akan berusaha 'meludahi langit', tapi sayangnya ludah itu justeru akan terjatuh ke mukanya sendiri. Sama saja dengan menghina diri sendiri.

Percaya atau tidak, orang seperti ini hidupnya tidak akan bahagia, hidupnya pasti susah, rezekinya pasti seret. Dia akan terus-menerus merasakan kesulitan itu. Hidup sendirian dengan   kepongahannya, dia akan menilai semuanya dengan caranya sendiri. Biasanya semuanya akan diukur dengan materi dan kesenangan diri sendiri. Celakanya, penghasud dan pendengki tidak pandai bagaimana mengintrospeksi diri.

Menuntut , marah, dengki bagian dari instrumen hidupnya yang tiada bertepi. Hanya ajal dan kesendirian sebagai hadiah untuk manusia seperti ini. Hidup dan keadaannya yang kurang berarti tidak bisa menjadikannya sebagai cermin diri. Dimana pun orang seperti ini berada akan selalu menjadi duri bagi orang-orang lainnya.

Wahai sahabat, teman semua. Ingatlah selalu, sesungguhnya bahagia itu adalah produk hati. Hatilah yang berperan menciptakan rasa dan perasaan berbahagia di sisi-Nya. Bukan orang lain yang akan membuat kita merasa berbahgia. Begitu juga tentang rezeki, kenikmatan dan rasa nyaman, itu sepenuhnya adalah produk hati dan pikiran kita sendiri. Jika kita ingin merasa berbahagia, merasakan kenikmatan dan rezaki dari Allah, itu ada di hati kita.

Orang yang hidupnya berbahagia, rezekinya berlimpah, karen sesungguhnya adalah karena hati dan pikirannya mampu ia jaga dengan baik dan benar. Sedangkan orang yang hidupnya merasa susah, rezekinya terasa seret juga merupakan buah dari hati dan pikiran yang sebenarnya tidak terkontrol oleh si pemilik hati dan pikiran itu sendiri.

Jadi, mari kita kelola dan pelihara hati dan pikiran kita untuk sesuatu yang diatur dan ditentukan oleh Allah, Sang Pengatur Hati dan Perasaan kita.***
# coretan pagi
#cermin diri

Editor : M. Rasyid Nur

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar