2. Arab Saudi
3. Uni Emirat Arab (UEA)
4. Qatar
5. Brunei Darussalam
Menjadi Fasda, kata Pak Ihsan, harus memiliki beberapa sikap, seperti semangat dan kerja keras. Lebih dari pada itu menjadi Fasda Literasi, itu harus pula memahami akan ada suka dukanya nanti dalam perjalanan melaksanakan tugas. Akan ada begitu banyak alangan, kata Pimpinan MGI itu. "Mungkin orang tidak akan senang melihat kita. Mungkin orang lain itu akan menjadi kendala bagi kita dalam melaksanakan tugas kita sebagai Fasda. Ingat, jangan berhenti karena alangan dan kendala seperti itu apsti ada."
Agar sukses menjadi Fasda, Pak Ihsan mengajak semua Calon Fasda Kepri untuk meraih level VIP. "VIP yang diartikan sebagai orang penting, maka raihlah status VIP itu," katanya. Kita sudah membuktikan bahwa orang penting akan selalu diperlukan oleh orang lain. Orang penting akan selalu dicari oleh orang lain, dan orang penting akan selalu bermanfaat bagi orang lain, jelasnya. Jadi, raihlah status VIP atau status orang penting itu dalam menjalan tugas dan tanggung jawab sebagai Fasda.
Apa VIP itu? Di Media Guru Indonesia, VIP itu artinya seseorang itu, pertama harus punya V (visi) dalam hidupnya. Tetapkan visi dalam fungsi dan tugas. Apa tujuan jangka panjang yang akan dilaksanakan dalam hidup kita? Itulah visi. Untuk menjadi orang penting diperlukan visi hidup. Lalu huruf I artinya inisiatif. Seorang Fasda harus memiliki inisiatif dalam menajalankan tugasnya, Tidak bisa hanya menunggu saja. Orang yang sekadar menunggu keadaan, akan menajdi orang rugi. Akan menjadi pecundang dalam hidupnya. Harus ada inisiatif itu.
Lalu yang terakhir, P
artinya persisten atau menyelesaikan tugas dengan gigih serta tidak berhenti
sampai di satu titik saja. Tidak puas hanya sampai batas tertentu saja. Harus ada kelanjutannya. Jika berhenti pada batas tertentu, maka akan hilanglah target berkelanjutan yang menjadi ciri pengembangan literasi. Begitulah Pak Ihsan memberikan api
semangat kepada peserta TOT Fasda. Semoga seluruh peserta yang mengikuti TOT Fasda ini mampu kelak mengemban tugas yang diamanahkan.***
![]() |
Foto Google |
Benar bahwa tidak selalu setiap rencana akan terlaksana sebagaimana keinginan kita. Sebagai orang beragama (Islam) sudah jelas kita pahami dan yakini. Rencana kita, hamba-Nya akan terkait pula dengan rencana Allah. Allah menegaskan bahwa setiap orang membuat rencana. tapi Allah pun membuat rencana; dan sebaik-baik rencana adalah rencana Allah. Ini pernyataan-Nya dalam alquran.
Satu hari mungkin kita mau mengerjakan satu pekerjaan. Membuat tulisan, misalnya. Ternyata saat waktu yang sudah direncanakan ada kendala. Jaringan internet trobol, umpamanya. Otomatis menulis secara online yang sudah direncanakan akan gagal. Jika selama ini sudah rutin pada jam dan hari tertentu adalah jadwal menulis kita, kali ini tidak bisa disebabkan oleh tidak connect jaringan internet kita.
Bagi kita yang masih memiliki alternatif seperti menggunakan HP yang masih aktif karena kuota data internet masih ada, tentu saja keadaan itu tidak akan sampai membuat rencana gagal total. Hanya berubah sedikit, dari rencana menulisnya di laptop dengan jaringan wifi berpindah ke HP dengan kuota data. Belum lagi jika belum terbiasa, mungkin akan terasa sulit juga menulis di HP itu.
Saya hanya ingin menegaskan ulang bahwa rencana kita akan terkait dengan rencana Dia, Sang Maha Perencana, Allah Swt. Jika rencana kita mendapat restu, artinya rencana kita sejalan dengan rencana-Nya. Jika belum maka kemungkinan besarnya adalah bahwa rencana kita tidak akan terlaksanaka pada saat yang kita targetkan. Lalu? Berdoa adalah cara mulia yang dianjurkan Allah. Semoga saja dengan doa itu Allah akan ijabah dan rencana kita dapat terlaksana.
Bersykurlah, ketika doa kita diijabah kita akan dapat menghasilkan sesuatu sesuai dengan rencana itu sendiri. Jika
sebaliknya, pun tetap kita bersykur karena pasti ada hikmah lain yang dikandung
oleh keadaan itu. Pastinya, jika kita ikhlas berdoa dengan tuturan kalimah thoyyibah, otomatis bacaan itu akan mendapat pahala juga dari Allah. Wallohu a'lam.***
Kedua, mari kita ingat kembali, awal berdirinya 'kelompok' guru kita yang bernama PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) ini. Dalam catatan sejarah sudah kita baca, 100 hari setelah bangsa kita merdeka lahirlah PGRI ini. Tadinya, nun jauh sebelum merdeka, masih di jaman Belanda masih menjajah bangsa, sesungguhnya para guru waktu itu sudah menyadari perlunya bersatu. Lahirlah PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda), sekitar tahun 1912. Inilah mereka, guru-guru Desa, Guru Bantu dan para Kepala Sekolah dan Penilik Sekolah yang menyatukan pikiran dan perasaan mereka.
Tentunya harus pula kita ingat, selain persatuan ini, ada juga kelompok-kelompok guru yang mendasari kelompok dan kebersamaannya dengan keyakinan semisal agama dan corak lainnya. Tapi juga yang bersifat kebangsaan. Dengan itu, kelompok-kelompok guru ini merasa ada wadah untuk menyatakan aspirasinya. Kesadaran untuk bersatu benar-benar menjadi dasar mereka membuat kelompok.
Setelah PGHB, perjuangan guru semakin meningkat. Kini, tidak lagi sekadar perjuangan hak dan eksistensi di hadapan penjajah Belanda, tetapi berkembang menjadi perjuangan untuk bangsa, perjuangan Nasional dengan goalnya adalah merdeka. Maka pada tahun 1932, saat sengit-sengitnya berbagai komponen bangsa berjuang untuk merdeka, organisasi guru itu diubah menjadi PGI (Persatuan Guru Indonesia) yang juga semakin gigih berjuang untuk merdeka. Dan setelah merdeka ditetapkanlah PGI ini menjadi PGRI sebagaimana kini adanya. Di luar PGRI, pun kini ada oragnasi guru semacam IGI (Ikatan Guru Indonesia) yang juga berjuang di tataran keguruan dan pendidikan.
Guru semakin kuat. Kelompoknya semakin hebat. Hari Guru pun
ditetapkan Pemerintah. Pada tahun 1994, persisnya dengan Kepres No 78 Tahun
1994 Pemerintah RI menetapkan 25 November sebagai HUT PGRI sekaligus Hari Guru
Nasional. Artinya, para guru sudah memiliki hari yang akan terus diperingati
setiap tahun.
Kini, guru benar-benar memiliki eksistensi yang kuat,
kesempatan yang luas dan momen-momen yang hebat untuk menunjukkan jati dirinya
sebagai orang yang akan menentukan nasib Bangsa. Maka, peringatan HUT PGRI dan
HGN ini, semoga guru dengan kesejahteraan yang diterima terus membuktikan diri
sebagai guru inspiratif, yang menginspirasi anak-didik untuk terus meningkatkan
ilmu, pengetahuan dan keterampilan. Menjadi guru pembelajar yang akan
mencontohteladankan belajar sepanjang hayat kepada anak-didiknhya. SELAMAT HARI GURU, kita terus akan hormat kepada guru. Kita adalah orang yang menjadi begini tersebab
guru.***
*Juga di blog lainnya.
![]() |
Foto Google |
![]() |
Foto Google |