Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan

10 Okt 2021

Pantun Nasihat

Pantun Nasihat


HARI ini, hari libur ujung pekan. Mari kembali kita berpantun agar warisan budaya nenek-moyang kita ini terus ada di tengah-tengah kita. Semua kita, insyaallah mengerti dan bisa menulis pantun. Jika pantun klasik itu tidak kita ketahui penulisnya, hari ini sebaiknya kita menulis pantun dengan catatan nama kita di sampingnya.

Berikut saya menyampaikan lima bait pantun untuk sekadar saling mengingatkan di antara kita.

I

Batang gaharu kayu berseri

Bulan purnama berubah rupa

Ajaran guru hendak dicari

Mana yang dapat janganlah lupa

 

II

Daun ganja makan di hilir

Dibawa orang dari hulu

Barang kerja hendaklah dipikir

Supaya jangan mendapat malu


Tetakkan parang ke dahan sena

Belah buluh ambil sembilu

Barang kerja tak kan sempurna

Bila tidak mempunyai ilmu

 

III

Tanam balik buah peria

Tumbuh dekat batang berangan

berbuat baik berpada-pada

Berbuat jahat sekali jangan


IV

Pinang muda dibelah dua

Manik-manik mati dirembah

DAri muda sampai ke tua 

Pengajaran baik jangan diubah


V

Terang bulan di malam sepi

Cahaya memancar pokok kelapa

Hidup di dunia buatlah bakti

Kepada saudara Ibu dan Bapak


Begitulah lima bait pantun yang kita tampilkan pada hari ini.***

4 Sep 2021

Literasi Pantun untuk Mengangkat Budaya Dunia

Literasi Pantun untuk Mengangkat Budaya Dunia


SUDAH kita ketahui bersama kalau pantun sudah menjadi milik dunia. Tidak lagi sebagai hasil sastra dan budaya dari satu bangsa atau satu bahasa tetentu saja. Dulu, pantun itu identik dengan bahasa Melayu. Pantun lebih dikenal dan berkembang di Negara dengan bahasa Melayu atau bahasa yang berakar Bahasa Melayu seperti Bahasa Indonesia.

Terhitung sejak akhir tahun 2020 pantun sudah menjadi milik dunia. Berarti sekaligus menjadi budaya dunia. UNESCO atau Badan PBB untuk Pendidikan, Sains dan Kebudayaan sejak 17 Desember 2020 telah menetapkan pantun sebagai warisan budaya dunia tak benda. Sejak itu artinya pantun sudah menjadi warisan dunia. Harus dijaga dan dipelihara juga oleh dunia.

Sebagaimana dirilis oleh banyak media bahwa penetapan pantun menjadi warisan dunia tak benda merupakan penetapan ke-11 bagi Indonesia yang diakui UNESCO. Sebelumnya, beberapa tradisi Tanah Air, semisal pencak silat, seni rakit perahu pinisi, tari saman, dan batik sudah ditetapkan badan PBB yang berkantor pusat di Paris, Prancis, itu. (https://mediaindonesia.com) Jadi, pantun sudah menjadi warisan dunia. Tidak lagi warisan negara atau bangsa tertentu saja.

Tentang pantun dengan segala imbasnya memang selalu enak dibicarakan. Enak juga membaca setelah tuntas menggubahnya. Sebagai Warisan Dunia Tak Benda yang berasal dari khazanah Melayu, Indonesia (salah satunya) tentu saja menjadi kebanggaan kita Bangsa Indonesia membicarakan pantun. Sepantasnya pula kita akan senantiasa menggubah dan membacanya.

Kali ini saya menggubah beberapa bait pantun untuk ajang silaturrahim kita. Seperti lazimnya kita akan saling bersilaturrahim di akhir pekan ini dengan tulisan-tulisan ringan. Salah satunya adalah menulis pantun. Dan pantun hari ini saya beri tema ‘ibu’ karena tiba-tiba saja saya mengenang ibu saya yang sudah tiada sejak lama. Selamat menikmatinya.

 

PANTUN IBU

I

Air di laut berwarna biru

Indah dilihat mata memandang

Ayo diikut perintah Ibu

Usah dibuat bak Malinkundang

 II

Pasang teraju si layang-layang

Benang ditambah sampai angkasa

Ibu menyuruh anak sembahyang

Jangan dibantah nanti durhaka

III

Manisnya tebu tumbuh di taman

Pupuk melukut subur daunnya

Ridhonya Ibu ridhonya Tuhan

Bila diikut mendapat syurga

IV

Ditanam kacang tumbuhnya labu

Benihnya dua putik menguncup

Jikalau sayang kepada Ibu

Jauhkan dia sengsara hidup

V

Batang bambu dibelah dua

Mari diikat membuat bangku

Bila Ibu sudah tiada

Doa  dihajat sepanjang waktu

Demikianlah silaturrahim kita untuk literasi kali ini. Semoga ibu kita dan seluruh keluarga kita senantiasa dalam keadaan sehat senantiasa.***

13 Jun 2021

Pantun Silaturrahim di Akhir Pekan

Pantun Silaturrahim di Akhir Pekan


AHAD di akhir pekan (sejatinya di awal pekan) ini saya menyuguhkan beberapa bait pantun. Pantun ditulis semata untuk menjalin silaturrahim di antara kita. Sebagai penyuka literasi, banyak karya tulis yang dapat kita buat. Tapi karya tulis berupa pantun yang notabene adalah budaya bangsa hendaklah kita hasilkan pula.

Lebih dari itu, pantun pun sudah menjadi warisan dunia tak benda yang berasal dari Negara kita. Dengan Bahasa Melayu (Indonesia) yang halus dan indah, pantun akan menyampaikan pesan-pesan yang indah juga. Inilah pantun kita pada hari ini.

Kalau bulan tak bercahaya
Hujan kan turun membasuh bumi
Kalau Tuan sudi membaca
Inilah pantun penyejuk hati

Anyamlah tikar dari pandan
Pandan dipotong tidak bergetah
Kita berpencar tak berdekatan
Silaturahim terjalin di dunia maya 

Memukul pandan pakailah batu
Batu berlapis usah lepaskan
Di akhir pekan banyaklah waktu
Waktu menulis jangan lalaikan

Dipukul sakit bawa tengadah
Cobalah lihat ke matahari
Covid menghimpit membuat gundah
Tetap semangat kuatkan hati

Kuntum merekah harum baunya
Ikatkan kokoh dekat jendela
Berpantun kita cukuplah sudah
Pertemanan kokoh terus dijaga
Tbk, 13062021

Begitu sajalah pantun kita pada hari Ahad ini. Semoga ada manfaatnya.

 

27 Mar 2021

Pantun Silaturrahmi untuk Literasi

Pantun Silaturrahmi untuk Literasi



KALI ini saya menyapa teman-teman, sahabat semua yang berkenan membaca. Untuk terus mengembangkan dan memajukan budaya bangsa, khsusunya pantun yang sudah menjadi 'warisan dunia tak benda' yang diajukan Indonesia dan Malayisa sejatinya kita terus berkarya pantun. Ada banyak karya puisi yang diciptakan manusia, namun pantun telah menjadi karya puisi istimewa.
Izinkan saya menyampaikan 5 (lima) bait pantun berikut,

Petik sekuntum mewangi bunga
Bunga cempaka dalam jambangan
Salam santun untuk semua
Hati berduka sekali jangan

Andai kan bulan tak bercahaya
Mungkin gerimis di tengah hari
Andai kan Tuan merasa duka
Bawa menulis menghibur hati

Menebang tebu tolong tuakan
Gulanya manis masak sendiri
Terbitkan buku jadi harapan
Wajib menulis setiap hari

Tebunya manis tanam sendiri
Dijual tidak tumbuh di halaman
Guru penulis jadi isnpirasi
Teladan anak dicontoh teman

Kain katun berwarna-warni
Membuat baju tolong jahitkan
Berbalas pantun sampai di sini
Di lain waktu kita lanjutkan
Tbk,27032021

Demikianlah, semoga ada manfaatnya.

30 Des 2020

Puisi Wahyu Nurhalim

Puisi Wahyu Nurhalim


PENGANTIN BARU
SELAMAT KEPADA: IKA MARWAH

Dulu!
Kamu gadis alangkah pilu dan terus meminta jodoh..

Dulu!
Kamu dianggap bocah lugu yang penuh drama cinta yang semu

Kini!
Engkau temukan tulang rusukmu yang akan menopang kehidupanmu

Hidup bersama dan menemani membersamai dan penuh keberkahan

Kini!
Rasa syukur harus selalu diucapkan agar kelak jadi saksi janji suci yang diikrarkan suamimu

Kelak!
Memiliki anak hasil bercumbu dan buaian kasihan sayang

Kelak!
Anakmu menjadi penulis, dan keluarga besar sebuah competer yang tak pernah berhenti menulis


Riau, 26 Desember 2020