27 Des 2019

Suasana Sholat Gerhana Matahari di Masjid Agung Kabupaten Karimun

TANAIKARIMUN.COM - BEGINILAH suasana sholat gerhana matahari di Masjid Agung Kabupaten Karimun, siang Kamis (26/12/2019) ini. Jamaahnya penuh membludak. Tidak hanya di bagian dalam masjid. Bahkan di semua kaki lima (sayap kiri-kanan dan belakang) semuanya terisi jamaah. Biasanya pada momen solat Idul Fitri atau Idul Adha saja jamaahnya selalu membludak.

Di shaf paling depan, tampak Bupati Karimun, Dr. H. aunur Rafiq, S Sos MSi dan para pejabat kabupaten. Ada pejabat yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) seperti Kapolres Karimun yang diwakili Wakapolres, ada Kakankemenag, Dandim, Danlanal dan pejabat lainnya, baik kepala (komandan) langsung mapun wakilnya. Hadir juga para Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dan pejabat eselon di bawahnya. Tentu saja jamaah umum yang lebih meramaikan selain para apparat (TNI-Polri) yang kelihatan menghijau-coklatkan ruang dalam masjid.

Pelaksanaan Sholat Gerhana Matahari (Kusuufu Asysyamsi) sendiri dilaksanakan setelah prosesi solat zuhur selesai. Imam solat gerhana adalah imam solat zuhur, Al-Ustaz H. Asyrof Saepul Kudus Al-Hafizh. Sementara untuk khatib dan bilal pada solat Gerhana Matahari adalah Al-Ustaz Drs. H. Abdul Wahab Sinambela dan Al-Ustaz Muhammad Abdul Wahid.

Pelaksanaan solat gerhananya sendiri, setelah prosesi Zuhur, termasuk sunat bakdiyah selesai, tampil seorang pengurus masjid untuk memberikan beberapa penjelasan. Ustaz Aan, begitu biasanya disapa menjelaskan tentang kaifiyat solat gerhana. Setelah menyebut petugas solat, MC menjelaskan bahwa solat gerhana yang akan dilaksanakan terdiri dari dua rakaat. "Setelah kita berniat dan takbir, selanjutnya Imam akan membaca Alfatihah dan ayat-ayat secara Jahar. Makmum menyimak," jelasnya.

Pada rakaat pertama, kita akan ruku' setelah bacaan ayat lalu berdiri kembali untuk selanjutnya Imam kembali membaca Alfatihah dan ayat-ayat alquran. Imam tetap mendengar dan menyimak bacaan Imam. Lalu rukuk kembali seperti sebelumnya. Berdiri dan melanjutkan sujud sebagaimana solat lainnya. Itulah rakaat pertama untuk melanjutkan pada rakaat kedua. MC kembali menjelaskan bahwa prosesi rakaat kedua tetap sama seperti pada rakaat pertama hingga kita salam. Demikian Aan menjelaskan secara singkat.

Setelah salam oleh imam yang diikuti oleh makmum, bilal berdiri untuk memanggil khatib. Ustaz Wahab Sinambela yang berbaju jubah putih dengan sal hijau, langsung naik mimbar untuk menyampaikan khutbahnya. Seperti khatib solat Jumat atau solat Idul Fitri dan atau Idul Adha juga, khotib pada solat gerhana juga sama syarat dan rukunnya.

Ustaz Sinambela membawakan khutbah dengan tema, 'Kusufusysyamsi dan Kesempatan Bertobat' yang banyak membahas perlunya umat meluruskan cara pandang terhadap peristiwa alam yang diciptakan Allah ini. "Gerhana matahari, gerhana bulan sesungguhnya kejadian alam yang diatur oleh Allah Swt," jelasnya. "Kita wajib mempercayai ini semua, bahwa seluruh alam semesta ini memanglah sudah diatur oleh Allah. Kita tidak perlu berpikir yang bukan-bukan tentang gerhana. Itu semata pengaturan Allah. Lebih baik kita memperbanyak waktu kita dengan mengingat Allah. Berzikir kepada Allah."


Mengapa kita disuruh solat gerhana? Ustaz khotib bertanya yang dijawabnya sendiri bahwa itulah bukti Nabi menyuruh kita lebih banyak mengingat Allah dari pada memikirkan sesuatu yang bukan aturan Allah. Gerhana matahari atau gerhana bulan bukanlah sebagai tanda-tanda apapun. Itulah peristiwa yang diatur oleh Allah. Maka dengan mengingat-Nya kita berkesempatan memeriksa diri kita. Kita berkesempatan untuk muhasabah diri kita untuk selanjutnya kita bertobat atas segala kesalahan dan dosa-dosa yang sudah kita perbuat.
Ustaz Sinambela mengurikan tata cara tobat yang benar. Diingatkannya bahwa tobat kita bias tidak diterima oleh Allah bilamana tata cara dan syarat bertobat kita tidak sesuai dengan yang dituntnkan oleh Agama kita. "Bertobat itu hendaklah dengan niat dan mengucapkan bahwa kita akan toba kepada Allah. Lalu meninggalkan semua kesalahan sekaligus tidak akan mengulangnya. Jika kesalahan itu berkaitan dengan orang lain, maka hendaklah meminta maaf kepada orang dimaksud. Jika tidak, tobat kita tentu belum akan tuntas karena dosa kepada seseorang hanya itulah yang bias memafkannya." Begitulah sebagian isi khutbah yang disampaikan khatib siang ini.***

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar