Oleh M. Rasyid Nur
KISAH corona alias covid-19 dengan segala
ikutannya telah mengubah banyak hal. Belakangan menjadi salah satu kekhawatiran
juga perihal penyampaiannya karena ramainya orang yang ingin memberikan
informasi perihal corona. Sampai harus diingatkan untuk tidak lagi membuat
informasi-informasi perihal corona yang benar-beanr menciptakan perasaan
merana. Intinya, berhentilah memberi informasi corona yang justeru membuat
ketakutan saja.
Di media
sosial beredar sepucuk surat, entah hoax entah benar yang menyesalkan
betapa info-info corona di negeri kita lebih banyak berita menakuktkannya dari
pada berita menyemangatkan. Hoax atau tidak, tapi kandungan isi surat itu bagus
juga menjadi perhatian kita. Karena masifnya berita yang membuat takut, sampai
ada mahasiswa yang tergerak hatinya menyatakan keluhan seperti isi surat itu.
Berita-berita beginilah yang kini sudah diperingatkan. Surat yang beredar di
medsos itu sebagiannya berbunyi begini,
Disini
(Wuhan) kami sangat cepat untuk bangkit (recovery), karena kami saling
menyemangati. Kami tidak memberitakan berita kematian, yang kami beritakan
adalah berita kehidupan dan berita kesembuhan. Namun kenapa, netizen di
Indonesia lebih memilih memberitakan berita ketakutan? Apakah mereka memang
ingin membunuh saudaranya sendiri?
Bisakah
mulai saat ini kita hanya memberitakan berita yang penuh harapan, berita yang
menenangkan, berita kehidupan?
Bisakah
kita membantu tim medis yang sudah sedemikian lelah, untuk berhenti membuat
postingan-postingan yang berkonten menakut-nakuti membuat orang khawatir dan
panic. Bisakah?
Tahukah
bahwa kekhawatiran berlebih akan menurunkan imun tubuh lebih cepat. Jangan buat
mereka khawatir, sehingga terus menerus berbondong bondong ke RS dan makin
membuat lelah para tim medis kita.```
BISAKAH?
Begitulah
bunyi surat yang beredar di Medsos itu. Sejatinya berita atau
informasi-informasi yang kita sampaikan perihal corona adalah berita yang dapat
menambah semangat pembaca yang sewaktu-waktu bisa saja terinfeksi corona. Berita
tentang kematian, banyaknya penderita dan lain sebagainya, mungkin cukup untuk
konsumsi orang tertentu saja. Tapi berita-berita kesembuhan, usaha perbaikan
dan pengobatan, usaha mengatasi dan yang sejenisnya, silakan diberitakan.
Untuk membuat berita agar disukai dan diinginkan pembaca, khusus berita corona pada saat corona tengah merajalela, kiranya berita itu mempunyai imej yang baik. Hendaknya berita itu diubah imejnya dari berita menakutkan menjadi berita yang membuat semangat. Dengan itu, masyarakat dapat lebih tegar. Jadi, berita itu seharusnya bukan
menakutkan tapi menguatkan.***
Catatan yang sama juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id
0 Comments:
Silakan Beri Komentar