24 Sep 2021

Orang-orang Berlabel Bahagia dalam Islam


FARASA 'hidup bahagia' menjadi harapan setiap orang yang dipahami sebagai hidup yang sesuai dengan keinginan adalah dambaan setiap orang. Jika makna hidup bahagia itu adalah keadaan atau perasaan senang dalam hidup yang dijalankan tentu saja keadaan atau perasaan itu menjadi keinginan setiap orang. Tidak ada orang yang hidupnya ingin susah atau penuh masalah.

Dalam agama (Islam) label bahagia itu dapat diartikan sebagai keadaan atau perasaan umat yang senantiasa merasa nyaman dalam melakukan tindakan atau perbuatan karena mendapat ridho dari Allah. Harapan-harapannya dapat diwujudkan. Cita-citanya sampai sebagaimana diinginkan. Dan harapan serta cita-cita yang didapatkan, itu sepenuhnya mendapat restu dari Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Istilah alquran untuk menyebut bahagia itu adalah kosa kata sa'adah (bahagia) dalam pengertian kehidupan akhirat yang mendapat balasan syurga dari Allah. 

Kosa kata lain yang oleh para ulama disejajarkan dengan makna saadah adalah kata alfalah (kemenangan) dalam pengertian bahwa seorang hamba mampu mewujudkan keinginannya meraih satu keberhasilan. Dia sukses mendapatkan keselamatan dari Tuhan atas segala usaha dan ikhtiarnya yang diredhoi. Kata saadah dan falah sering dilabelkan untuk makna bahagia sebagaimana banyak disebutkan Allah dalam alquran.

Bagaimana dan seperti apa orang berbahagia menurut kacamata Islam sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci? Seperti dijelaskan dalam tulisan Enam Macam Orang Bahagia Menurut Kitabullah yang diposting di halaman hajinews.id pada hari Rabu (22/09/2021) kemarin dikatakan setidak-tidaknya ada enam jenis orang yang dikategorikan atau diberi label bahagia.

Pertama, Orang yang Khusyuk dalam Shalat. Kata Allah, fi sholatihim khosyiun, artinya dalam solatnya tetap khusyu. orang-orang khusyu akan merasakan bahwa apa yang dilakukannya benar-benar sampai ke titik akhirnya: ridho Allah.

Kedua, Orang yang Jauh dari Perbuatan Sia-sia. Artinya hidupnya tidak berjalan percuma dengan melakukan perbuatan yang tidak berguna. Akan terus berusaha menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak ada manfaatnya.

Ketiga, Orang yang Berzakat. Artinya dari harta kekayaan yang dimilikinya diberikan kepada para mustahik yang sudah ditetantukan Allah. Kita tahu, tidak semua orang kaya dengan harta melimpah mau dan ikhlas membayar zakat. Padahal Allah menjelaskan bahwa orang yang menang dan berbahagia itu salah satunya adalah orang yang menunaikan zakat. 

Keempat, Orang yang Memelihara Kemaluan. Ada banyak kejadian seseorang melakukan perbuatan tidak baik seperti berzina, misalnya hanya karena tidak mampu memelihara kemaluannya. Sesungguhnya menjaga kemaluan kecuali terhadap istri adalah kategorikan yang oleh Allah disebut sebagai orang yang menang atau berbahagia.

Kelima, Orang yang Memelihara Amanah. Orang-orang amanah adalah orang-orang yang juga disebut dalam kategori orang yang berbahagia. Tidak menyia-nyiakan janji dan kepercayaan yang diberikan, itulah jenis orang yang berbahgia dalam Islam
Keenam, Orang yang Memelihara Shalatnya. Mengingat sholat adalah tiang untuk berdirinya agama bagi setiap orang, maka kewajiban mendirikan agama dengan melaksanakan solat itu adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar. Dan oleh Allah, itu dikatakan sebagai kategori orang-orang yang menang atau berbahagia.

Titel 'bahagia' yang disematkan Allah dalam urian di atas adalah pernyataan yang disebuatkan dalam al-Qur’an surah Al Mu'minun ayat 1 hingga ayat 9. Di sana jelas Allah menerangkan bahwa orang-orang yang menang atau berbahagia itu adalah orang-orang sebagaimana disebutakan dalam poin satu hingga enam itu.

Bahwa pandangan setiap orang terhadap bahagia itu berbeda, itu adalah sesuatu yang lumroh. Mengutip pandangan Ibu Anisia Kumala, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta dalam Kajian Islam Subuh seperti postingan hajinews.id Ibu Anisia menjelaskan definisi kebahagiaan yang bisa berbeda-beda untuk tiap orang. Perbedaan itu sekaligus mempengaruhi cara setiap orang untuk mencapai kebahagiaan tersebut dengan cara berbeda-beda pula.

Katanya, “Ada yang mencari kebahagiaan dengan melakukan berbagai macam hal yang mereka sukai, ada yang mencari kebahagiaan dengan bertemu keluarga, bahkan ada yang dengan tidak melakukan apa-apa, sudah mencapai titik kebahagiaannya.” Artinya karena pandangan yang berbeda itu maka cara mendapatkannya juga bisa berbeda. Namun demikian, penjelasan Allah tentang kategorikan orang berbahagia atau orang yang menang itu antara lain sebagaimana terdapat dalam surah Almu'minun sebagaimana diuraikan di awal tulisan ini.

Kita tahu bawa Islam itu mengajarkan keseimbangan kepada umat. Kebahagiaan di akhirat adalah kebahagiaan yang utama, namun agama juga mengingatkan agar kehidupan di dunia dapat terjalani dengan baik dan berbahagia juga. Selama aturan dan perintah Allah dilaksanakan dengan baik dan penuh keikhlasan, pada hakikatnya orang akan merasakan kebahagiaan hidup di dunia dan insyaallah sampai ke akhirat. Wallohu a'lam bishshowaab.***

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar