7 Jul 2023

Beragama untuk Pribadi Juga untuk Bersama


Catatan M. Rasyid Nur
SEBENARNYA urusan agama dan beragama adalah urusan pribadi seseorang dengan Tuhannya. Bukan urusan dengan seseorang selain Tuhan. Tuhan menurunkan agama sebagai pedoman kehidupan untuk hamba-Nya. Dengan agama hamba akan terselamatkan baik di dunia maupun di akhirat. Itulah keyakinan orang beragama.

Tuhan tidak memaksakan beragama bagi hamba-Nya. Kebutuhan agama sesungguhnya adalah kebutuhan hamba. Tuhan pun menegaskan tidak ada paksaan bagi seseroang untuk beragama. Dalam Islam sudah tegas dikatakan di dalam Alquran, 'tidak ada paksaan dalam beragama' yang maksudnya tidak dipaksa seseorang itu untuk memeluk agama.

Tapi berbeda jadinya ketika seseorang atau kita sudah memilih dan mayakini satu agama. Maka kita menjadi bagian dari agama dimaksud. Dengan itu pula otomatis kita sudah mengikatkan diri dengan agama tersebut. Dalam keadaan seperti ini kitalah yang memaksakan diri untuk menjadi bagian dari agama itu. Konsekuensinya kita akan terikat pula oleh norma-norma agama itu.

Sampai di situ, keberagamaan seseorang sepenuhnya adalah urusan pribadi. Urusan diri sendiri dengan Tuhan. Tidak terkait dengan orang lain di luar diri kita. Bahkan dengan keluarga juga tidak ada keterkaitan hubungan keberagamaan kita dengan Tuhan. Jika kita memaksa diri untuk menyesuaikan dengan agama itu, maka kitalah yang memaksa. Itupun adalah hubungan sangat personal kita dengan Tuhan kita.

Meskipun beragama adalah urusan pribadi dengan Tuhan, ternyata tidak bisa juga beragama hanya semata hubungan kita dengan Tuhan saja. Sesuai dengan ajaran dan perintah Tuhan pula bahwa dalam beragama tidak boleh melepaskan diri dari hubungan dengan selain Tuhan. Hubungan sesama manusia, misalnya. Termasuk hubungan dengan ciptaan Tuhan yang lain selain manusia.

Tentang hubungan kita sesama manusia dikaitkan dengan keberadaan keberagamaan kita di depan Tuhan adalah mutlak adanya. Kita tidak dibenarkan untuk memutus hubungan dengan sesama manusia dalam menjalankan ajaran agama di hadapan Tuhan. Artinya beragama tidak semata untuk pribadi (hubungan pribadi semata-mata dengan Tuhan saja) tapi beragama juga mensyaratkan memelihara hubungan sesama manusia.

Adalah Tuhan pula yang menegaskan bahwa kehidupan kita ini akan menjadi masalah atau akan mendatangkan banyak masalah kecuali kita tetap beragama dengan memelihara hubungan dengan Tuhan itu sendiri seperti memelihara hubungan sesama manusia juga. Dalam Islam bahasa 'hablumminallah, wahablumminannas' adalah ketetapan dari Allah sebagai Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan. Jika tidak memelihara kedua hubungan itu maka dipastikan kita akan ada banyak masalah dalam kehidupan. Itu artinya, beragama selain untuk pribadi tapi juga untuk bersama atau untuk dan oleh orang lain.***

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar