6 Agu 2023

Menang dan Kalah Dramatisnya Sama


SAYA sangat puas tapi tak bangga menyaksikan partai final Australia Terbuka Bulutangkis Super 500, Ahad (06/08/2023) sore ini. Bahkan sejak babak penyisihan di awal bulan kemrin itu saya hampir tiap hari menyaksikan dengan rasa memuaskan. Setiap partai berlangsung alot dan menegangkan. Apalagi di final hari ini.

Tentu saja hanya di layar kaca saya menyaksikan secara langsung. Ada televisi yang menyiarkan secara live. Belum memungkinkan langsung ke Negeri Kanguru itu untuk menyaksikan laga-laga hebat itu. Tapi walaupun puas tentu saja saya --mungkin Anda juga-- tidak bangga karena yang berlaga hanya orang 'sana' semua alias orang bukan kita. Maksudnya tak ada orang Negara Kita yang berlaga di final kali ini. 

Saya sebut puas karena laga final semua partai begitu hebat menegangkan. Menang dan kalahnya terasa dramatis. Tidak ada pertandingan yang berjalan mulus alias ebrat sebelah. Namanya parta final. 
Laga final Australia Terbuka ini didominasi oleh China, Jepang dan Korea. Hanya India yang menyela di dalamnya, mewakili tuggal putra di final. Dan partai tunggal putra inilah yang paling seru menurut saksi mata via kaca televisi saya.

Sesungguhnya sejak partai pertama, tunggal putri antara Amerika dengan China hingga partai kelima, ganda putra antara China melawan Korea saya full menyaksikannya di layar kaca. Saya memberi catatan tersendiri laga final tuggal putra antara China, Weng Hong Yang melawan jago India, HS Parannoy. Bagaimana tidak? Melihat catatan sebelumnya maka hasil petang ini mungkin ada yang menganggap di luar dugaan sekaligus menegangkan.

Pemain China dikatakan pemain bukan unggulan, sebaliknya Parannoy. Nyatanya di set pertama Weng dengan mudah memenangkan pertandingan dalam waktu hanya 17 menit. Tapi di set kedua pemain India bangkit. Dari tertinggal, dia mengejar dan memenangkan set ini dalam waktu cukup lama, 36 menit. Itu bukan waktu yang singkat. Keduanya sudah tampak lelah sekali. 

Lalu terjadi perpanjangan set ketiga. Laga tetap sengit. Meskipun Parannoy tampak di atas angin dengan selalu mendahului angka, nyatanya titisan Lin Dan itu pantang menyerah. Tertinggal pada posisi nyaris selesai bagi Parannoy di angka 19 sementara Weng baru 15, pelan-pelan dia mengejar. Lalu deuce beberapa kali sampai akhirnya dia memenangkan laga ini dalam waktu 89 menit. China bersorak karena dua finalis lainnya gagal menjadi juara. Bagi saya, menang dan kalah sama dramatisnya. Puasa namun tak bangga.*** (M. Rasyid Nur)

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar