12 Des 2023

Tiga Hari Dua Subuh


Catatan M. Rasyid Nur
SEJAK hari Ahad (10/12/2023) hingga Selasa (12/12/2023) saya, isteri dan belasan keluarga lainnya ada di Moro, Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun. Berangkat pagi --sekitar 07.30-- hari dari Tanjungbalai Karimun dengan menggunakan KM Karunia Jaya trayek Karimun-Tanjungpinang kami sampai di Kota Moro kurang lebih 90 menit berikutnya. Penumpang tujuan Tanjungpinang meneruskan perjalanan, sementara kami turun di Pelabuhan Moro karena tujuan kami hanya sampai di Moro. 

Sampai di atas saya menelpon Bu Mely (isteri Pak Ishak) yang menjadi orang tua angkat anak saya, Ery dalam kegiatan ini. Bu Mely pula yang menawarkan rumah tempat kami menginap selama tiga hari ini di Moro. Kami pun meneruskan perjalanan ke Kampung Paya Lebar, lokasi rumah singgah yang akan kami pakai selama di Moro. Kami menggunakan becak motor untuk ke sana. Jarak kurang-lebih satu km itu tidak mungkin berjalan kaki. Meskipun ada dua becak yang nyasar ke rumah lain, akhirnya kami masuk rumah setengah jam berikutnya.

Hari pertama sampai kami membenahi dan bersih-bersih rumah yang memang sudah lama tidak ditunggu oleh pemiliknya. Setengah jam berikutnya kami sudah menyelesaikan kerja-kerja membersihkan rumah. Lalu kami istirahat. Saya sendiri bersama isteri pergi ke rumah Bu Mely-Ishak yang akan menjadi rumah sentral kami satu rombongan dalam kegiatan utama kehadiran kami di Moro ini.

Harus saya jelaskan bahwa kami ke Moro kali ini adalah untuk hajat besar, akan segera menikahnya ananda kami, Ery (Fahry Errizik) dengan seorang tambatan hatinya, Marwiyah. Sebulan lalu kedua belah pihak orang tua sepakat hari Senin (11/12/2023) besoknya akan dilangsung pernikahan kedua insan itu. Saya sebagai orang tua bersama isteri dan keluarga besar lainnya hadir untuk hajat itu. Karena jumlah kami yang besar (16 orang) kami tidak menginap di hotel. Kebetulan ada rumah yang bisa dipakai selama di sini, sejak hari Ahad ini.

Tiga hari di Moro dua subuh dapat ditabuh. Subuh Senin (11/12) dan subuh Selasa (12/12) adalah hal penting bagi saya. Saya ingin memberikan catatan tersendiri untuk subuh, khasnya salat subuh. Dari lima salat wajib yang dijalani seorang muslim, jujur saja melaksanakan salat subuh apa lagi secara berjamaah adalah satu hal yang tersulit. Penyebabnya secara klasik adalah karena kebanyakan muslim masih menikmati tidurnya pada saat itu. Untuk itu selalu orang tua atau guru kita memberikan pemahaman yang lebih agar berjamaah subuh ini dapat dilaksanakan dengan istiqomah. Diusahakan meskipun terasa memberatkan.

Alhamdulillah, pesan-pesan guru atau orang tua itu sudah mampu terwujudkan sejak lama. Untuk memelihara dan terus istiqomah itulah maka kemanapun saya pergi akan saya usahakan dapat berjamaah salat subuhnya. Dua subuh dalam tiga hari di Moro, itulah sebabnya saya buatkan catatan ini. Boleh jadi ada gunanya untuk pembaca lainnya.

Dua subuh yang saya lalui di Moro dalam tiga hari terasa istimewa karena dapat berjamaah bersama di masjid terbesar di sini, Masjid Besar Baiturrahman, Moro. Meskipun jarak rumah tempat tinggal sementara saya --di Paya Lebar, itu-- tergolong jauh juga, saya alhamdulillah dapat bersama jamaah lainnya melaksanakan salat subuh di masjid ini. Ada motor Pak Hanan yang berkenan dipinjamkannya kepada saya selama di Moro. 

Tiga hari dua subuh, itu benar-benar terasa di diri saya. Jika di Karimun (Wonosari) jarak masjid ke rumah saya begitu dekat, di Moro tidak sedekat itu. Tidak hanya subuh, empat waktu lainnya saya juga sempatkan ke masjid. Semua orang (muslim) tahu kalau berjamaah itu jauh lebih indah dan menyenangkan melaksanakan berbanding sendiri. Alhamdulillah, dengan motor yang saya pinjam saya dapat menuju masjid dengan mudah.***


SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar