3 Jan 2024

Tertinggal Kapal Tersebab Lalai, Bukan Tersebab Macet


Catatan M. Rasyid Nur
HARUSNYA Senin (01/01/2024) itu kami sudah sampai di Karimun kembali. Berangkat pada Rabu (27/12/2023) sepekan sebelumnya sesuai jadwal perjalanan Tour Tiga Negara, ini harusnya rombongan kembali pada hari libur awal Januari. Ternyata rencana itu tidak terjadi. Di luar yang kami harapkan, kami baru bisa sampai di Karimun keesokan harinya, 2 Januari. Artinya kantor atau sekolah sudah dibuka.

Ada beberapa orang pegawai negeri dan honorer dalam rombongan kami. Mereka harus sudah kembali sebelum hari kerja. Dulu, sebelum berangkat sudah diwanti-wanti oleh peserta kalau penanggung jawab perjalanan ini memastikan akan kembali sebelum hari kerja. Dia menjamim kalau rombongan akan sampai di Karimun sebelum hari kerja dimulai. Maksudnya, rombongan akan kembali pada tanggal satu itu. "Kan masih libur, kita akan sampai sebelum masuk kerja," katanya waktu akan berangkat itu.

Nah ini disebabkan oleh kesombongan persiapannya atau tersebab lain, hanya Yang Maha Tahu yang tahu. Nyatanya rombongan terlambat satu hari. Secara fakta, penyebab kami tidak sampai ke Karimun pada awal bulan baru di tahun baru, itu adalah karena kami tertinggal kapal. Kapal sudah berangkat meninggalkan Pelabuhan Putri Harbour sementara bus yang membawa kami belum juga sampai ke pelabuhan pada saat seharusnya sudah di pelabuhan.

Keterlambatan itu bisa saja beralasan, tersebab jalan macet dari Kuala Lumpur dan dari Nilai Tiga, titik kami berangkat menuju Johor Baru untuk ke Pelabuhan Putri Harbour pada hari itu. Dan tersebab macet di jalan menyebabkan bus yang kami tumpangi terlambat sampainya. Namun pertanyaannya, mengapa harus berangkat terlalu lambat dari Kuala Lumpur atau dari Nilai Tiga? Pertanyaan lainnya, mengapa jadwal kapal paling akhir yang diambil? Bukankah ada jadwal Johor Baru-Karimun sebelum jadwal terakhir itu?

Inilah kunci masalahnya. Artinya dapat dikategorikan sebagai satu kelalaian. Terlalu percaya dengan kebiasaan sebelum-sebelumnya. Penanggung jawab perjalanan tidak berpikir jelimet dalam perancanaan kepulangan dari Negeri Seberang ini. Maka terkurunglah rombongan satu malam di Johor Baru. Terpaksalah peserta merogoh saku lagi untuk bayar hotel dan makan malamnya. Berharap ditanggulangi oleh penanggung jawab sebagai orang yang membawa rombongan, nyatanya tidak. Peserta harus membayar sendiri kebutuhan yang disebabkan oleh keterlambatan ke pelabuhan ini. Sesungguhnya bukanlah macet yang menjadi sebab, tapi lalailah yang penyebab utamanya.

Terlepas dari itu semua, pada hakikatnya ada hikmah juga di dalamnya. Keterlambatan yang tidak diinginkan ini tidak juga semata kesalahan dan kelalaian manusia. Pasti zat Maha Kuasa menjadi penentu segala-galanya. Jika merasa ada kelalaian kita, tetap harus itu diterima dan kembalikan ke Yang Maha Kuasa.***



SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar