Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

30 Apr 2022

Selain Tarwih dan Bersedekah Teruslah Membaca Alqur

Selain Tarwih dan Bersedekah Teruslah Membaca Alqur


SELAMA Ramadan ini, jika kita sukses menyatukan ibadah seperti solat sunat tarwih, bersedekah dan membaca alquran, maka bersyukurlah kepada Allah. Tidak mudah melakukan itu bersamaan atau sekaligus. Itulah prestasi terbaik yang sejatinya dicapai oleh setiap mukmin di bulan suci yang datang setahun sekali.

Tarwih mungkin tidak membuat sulit untuk melakukannya. Kebetulan setiap masjid atau musolla selama Ramadan ini menghelat solat tarwih setelah solat Isya. Kita tinggal bergabung ke masjid atau musolla yang kita suka. Mungkin karena dekat dari rumah atau mungkin rumah ibadahnya asri dan adem solat di sana. Pokoknya setiap menjelang Isya kita datang dan terus berada di sana hingga tarwih atau witir selesai.

Untuk ibadah seperti bersedekah yang pahalanya pun berlipat ganda hitungannya selama bulan puasa juga relatif mudah melaksanakannya. Seperti menunaikan solat tarwih yang tinggal hadir ke masjid atau musolla maka memberikan sedekah atau inafaq dari sebagian rezeki yang dimiliki juga mudah. Bersamaan niat pergi tarwih kita bisa sambil membawa uang untuk sedekah. Di setiap masjid atau musolla selalu ada kotak tempat kita memberikan sedekah atau infaq. Dengan 'kotak amal' yang sudah tersedia kita tinggal memasukkannya saja. Selesailah sudah niat sedekah kita tertunaikan. Ingin setiap malam di setiap kita hadir atau setiap kesempatan lainnya, terserah kita.

Jadi, bersedekah juga tidak membuat kesulitan untuk menunaikannya. Jika rutin kita hadir ke masjid atau musolla lalu secara rutin pula kita memgisi saku baju atau celana kita dengan uang yang sudah disediakan, maka tinggal memasukkannya saja ke dalam kotak amal yang ada di masjid atau musolla. Perjuangannya hanya antara keinginan bersedekah dengan tidak ingin bersedekah saja yang akan diperjuangkan. Jika perasaan tidak ingin yang memnang, maka gagallah kita melaksanakan niat untuk bersedekah.
 
Amalan berikutnya yang sepintas juga mudah adalah membaca alquran. Hanya perlu menyediakan waktu untuk membacanya. Bisa sesudah tarwih atau pada waktu-waktu lainnya. Jika kita ingin sesudah tarwih juga ada kemudahan dan semangat tersendiri disebabkan kebanyakan jamaah masjid atau musolla sudah membiasakan melaksanakan kegiatan tadarus. Kita tinggal bergabung dengan jamaah tadarus bakda tarwih ini. Namun jika ingin sendiri, dapat dilakukan di rumah.
 
Satu hal yang perlu kita pahami bahwa membaca alquran itu penilaian pahalanya adalah dari setiap huruf yang kita baca. Satu ayat dari satu surah alfatihah, misalnya memiliki 17 huruf (ayat pertama) yang kita baca maka kita sudah mendapatkan minimal 10 kali lipat berbanding di hari biasa. Tinggal kita kalikan berapa banyak pahalanya.
 
Dan jika malam saat kita membaca itu ternyata ditakdirkan adalah malam lailatur kadar, maka perumpamaan bacaan kita itu adalah lebih baik dari pada kita membaca terus-menerus selama 1000 bulan alias 83-an tahun tanpa berhenti. Bukankah itu satu jumlah yang sangat besar jika kita lakukan? Maka benar yang selalu diingatkan para ustaz, sejatinya merangkai tiga ibadah ini sekaligus adalah cara terbaik bagi kita untuk mendaptkan derajat takwa yang dijanjikan Allah. Sudahkah terlaksana? Hanya kita yang bisa mengetahuinya. Bagaimanapun Ramadhan akan segera berakhir dan meninggalkan kita.***

22 Apr 2022

Makanan yang Dimakan Ternyata Berpengaruh kepada Iman

Makanan yang Dimakan Ternyata Berpengaruh kepada Iman


TENTANG pengaruh makanan kepada iman semua orang --muslim-- atau sebagian besar mengakui itu. Ada pengaruhnya. Selalu disampaikan oleh para guru, para ustaz atau ditulis di banyak media. Kita kutip sebuah tulisan berjudul Hikmah Malam: Pengaruh Makanan Haram pada Iman Seorang Muslim yang diposting di laman hajinews.id pada hari Kamis (21/04/2022) kemarin mengulang peringatan itu. Di bulan Ramadan penuh kemuliaan ini layak terus-menerus kita baca masalah ini.

Bahwa setiap makanan akan mempengaruhi tubuh (pisik) kita, itu sudah pasti. Dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh maka keadaan tubuh kita akan ditentukan oleh makanan itu. Makanan sehat akan menjadikan badan kita sehat. Makanan yang tidak sehat otomatis akan menjadikan badan juga tidak sehat. Ini dikatakan pengaruh secara pisik. Dan ternyata makanan pun membawa pengaruh secara non pisik. Sebutlah pengaruhnya kepada keimanan seseorang.Seperti dijelaskan dalam artikel di atas bahwa keimanan dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya adalah konsumsi yang masuk ke dalam tubuh. Bukan hanya baik dan buruk atas kandungan gizinya saja, namun status halal dan haramnya juga mempengaruhi. Suatu makanan memiliki efek besar terhadap kondisi orang yang memakannya. Haram-halanya makanan ternyata berpengaruhi langsung kepada orang yang memakan makanan tersebut.

Menurut keyakinan kita (muslim) apabila seseorang itu selalu memperoleh sesuatu yang haram, sebutlah makanan yang harfam maka sudah pasti akan terjerumus kedalam lembah kesesatan. Inilah keyakinan atau keimanan kita. Secara lahiriah boleh saja dikatakan tidak sesat dalam arti salah jalan atau salah alamat menempati rumah atau sesuatu. Tapi makna keimanan dan akidah, orang yang memakan atau mendapatkan sesuatu yang statusnya haram maka orang itu dikatakan akan terjerumus kepada kesesatan.

Beberapa contoh kriteria kesesatan, misalnya jika ada seseorang atau orang yang merasakan begitu berat mengerjakan ketaatan, tapi mudah saja dalam melakukan kemaksiatan maka tanda-tanda ini dapat dikategorikan sebagai orang yang dalam kesesatan. Penyebab utamanya boleh jadi karena yang bersangkutan senantiasa mengkonsumsi makanan dan minuman haram. Mungkin dia tidak merasa ada masalah, tidak merasa sesat, misalnya, tapi perbuatannya cenderung melakukan perbutan maksiat, maka itulah pertanda kita sudah terjerumus ke dalam kesesatan.

Mengutip hadits Nabi yang maknaya, “Tidaklah peminum khamar, ketika ia meminum khamar termasuk seorang mukmin.” (HR Bukhari Muslim) dapat kita artikan bahwa seorang peminum khamar yang bukanlah seorang mukmin. Jika dia bukan seorang mukmin, itu artinya dia sudah berada di luar status mukmin. Istilah lainnya dapat dikatakan sebagai non mukmin alias orang yang sesat. Dan meskipun hanya menjelaskan khamar saja, namun sebenarnya hal tersebut berlaku untuk semua makanan dan minuman haram lainnya. Apapun makanan dan minumannya, selama itu berstatus haram artinya akan menjadikan peminumnya seorang yang sesat.

Lain halnya apabila kita mendapatkan rezeki atau makanan yang halal maka kecenderungan kita pun biasanya akan berbuat yang diredhoi Allah. Seseorang yang istiqomah mengkonsumsi makanan dan minuman halal maka tindakan dan perbuatannya pun akan konsisten sejalan dengan tuntunan Allah. Dalam alquran (Surah Al-Mukminun ayat 51) Allah mengatakan, “Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” artinya makanan yang halal yang kita makan akan sejalan dengan amalan saleh yang dikerjakan.

20 Apr 2022

MUI Mengutuk Israil, Cukupkah?

MUI Mengutuk Israil, Cukupkah?


ORGANISASI Islam pengayom umat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israil terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsa, Palestina pada Jumat, 15 April 2022 lalu. Seperti disiarkan di laman hajinews.id Sabtu (16/04/2022) pengurus MUI menyatakan kalau tentara Negara Yahudi itu adalah penjahat kemanusiaan.

Melalui tulisan berjudul MUI Mengutuk Keras Penyerangan Aparat Israel ke Masjid Al Aqsa website yang dikelola pengurus IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Idonesia) Pusat, itu menerangkan bahwa Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan, penyerangan terhadap umat muslim Palestina di Masjid Al-Aqsa saat sedang beribadah itu menunjukkan bahwa Israil memang dikuasai para penjahat kemanusiaan. Ini kalimat yang sangat keras yang disampaikan MUI sebagai organisasi perwakilan umat (Islam) Indonesia.

Sebagai orang Indonesia, khususnya umat Islam kita mendukung kecaman MUI yang mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israil terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 15 April 2022 kemarin itu. Tidak dapat diterima oleh perasaan kemanusia kita. Bagaimana manusia yang menyatakan haknya untuk beribadat malah diserang begitu oleh aparat bersenjata.

Menurut Prof. Sudarnoto, semua tindakan Israel itu seharusnya semakin menyadarkan negara-negara manapun –terutama yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israil– untuk meninjau ulang kerja sama dan hubungan diplomatik mereka dengan negara zionis tersebut.  Tindakan mereka, katanya, juga meningkatkan kesadaran bahwa Israil memang negara yang tidak bisa dipercaya.

Lebih jauh Prof. Sudarnoto mengatakan, “Sebagaimana yang pernah MUI sampaikan, maka diperlukan langkah-langkah yang serius yang dilakukan oleh elemen masyarakat manapun untuk memboikot Israil dan menyeret Israil ke Mahkamah Internasional dan memberikan sanksi internasional terhadap Israil,” katanya seperti dikutip dari laman hajinews.id tersebut.

Amerika Serikat, yang selama ini memberikan dukungan penuh kepada Israil harusnya mengubah cara pandangnya agar bisa bertindak secara lebih adil dan benar-benar membela kemanusiaan. Tidak membela Israil secara membabi-buta sebagaimana selama ini mereka pertontonkan kepada dunia. Sebagai negara yang selalu menyatakan menjunjung perinsip-perinsip kemanusiaan, Amerika wajib membuktikannya ketika melihat dan menilai Israil sebagai Negara yang menginjak kemanusiaan.
 

Kita juga ingat janji Presiden Joe Bidden saat dilantik menjadi Presiden untuk “menghentikan kemungkaran” di Palestina yang dilakukan Israil harusnya benar-benar ditepati. Jangan sekadar lip services, menyenangkan umat Islam untuk sementara. Israel benar-benar melakukan kemungkaran dan karena itu Amerika harus menunjukkan kemauan dan kemampuannya menghentikan kebrutalan Israel. Apakah Amerika akan melakukannya? Rasanya tidak. Itu sudah terbukti dalam begitu lama dan begitu banyak pergantian presiden di Amerika Serikat.

Kita juga berharap, MUI dan Pemerintah khususnya melakukan tindakan yang lebih nyata untuk terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab di Palestina dan Israil itu. Cukupkah dengan hanya menyampaikan kecaman? Pasti tidak.*** (Catatan M. Rasyid Nur)

19 Apr 2022

Catatan Ramadan: Salah Kaprah Penggunaan Kata 'Takjil'

Catatan Ramadan: Salah Kaprah Penggunaan Kata 'Takjil'


SAYA pikir memang perlu diluruskan. Perlu dibenarkan kekeliruan ini. kekliruan tentang penggunaan kata 'takjil' yang selama Bulan Ramadan ini menjadi kosa kata sehari-hari kita. Tentu tidak semua orang yang keliru menggunakan kata ini. Hanya saja begitu banyaknya kita temukan kesalahan itu.

Sebuah postingan di WA Grup yang dishare oleh salah seorang anggotanya, meneruskan tulisan seorang yang ingin mengoreksi kekeliruan itu, saya kira perlu kita baca dan kita pahami. Kita berterima kasih kepada penulis tulisan koreksi ini atau tulisan lain yang tujuannya sama. Izin, saya meneruskan tulisan itu di blog ini sebagai bagian melanjutkan 'pesan' penulisnya. Postingan itu begini,

SALAH KAPRAH.., TAKJIL ITU BUKAN MAKANAN.
Yuuk, kita benerin..'

Selama bulan Ramadan ini, kita sering mendengar kata “Takjil”.
Di berita, di tv, di radio, bahkan di lingkungan sehari-hari.
Bahkan di warung dan pasar juga sering terlihat tulisan “takjil”.
Beberapa restoran menulis “Tersedia Takjil Gratis buat Pelanggan”.
Beberapa masjid juga menulis hal serupa.

Sehingga tak asing kalau mendengar ada orang yang bertanya:

Udah beli Takjil belum ?
Belum ada Takjil nih ?
Takjilnya Cuma gorengan.....dll

Apakah makna Ta'jil yang sebenarnya ?

Karena semua media pemberitaan selalu menyebut makanan untuk berbuka adalah Takjil,
maka seolah-olah kita semua sepakat menyebut bahwa Takjil adalah
hidangan atau panganan untuk berbuka puasa.

Kata Takjil / ta’jil (تعجيل) artinya adalah “bersegera/ Menyegerakan"  
diambil dari hadist Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam :

“La yazalunnasu bikhairin ma‘ajjaluuhul fithra".

Artinya:
Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka (puasa).
(HR. Muttafaq alaih).

Makna takjil menurut ilmu bahasa arab ialah
“penyegeraan, bersegera, percepatan”, sebuah kata dasar dari ajjala : yu’ajjilu artinya : menyegerakan, mempercepat.

Ta’jilul fitri = menyegerakan berbuka (puasa).
Terlihat disini bahwa makna takjil tidak ada hubungannya sama sekali dengan makanan.

Sebaiknya semua pengguna kata-kata, terutama media, kembalilah melihat kamus.
Disana pengertian TAKJIL dengan jelas ditulis adalah “Mempercepat”.
Dalam hal ini adalah mempercepat berbuka saat tiba waktunya.

jadi.., TAKJIL itu bukan makanan ya Gaes.... 😊✌🏻

Kesimpulannya
jika ada pernyataan “Orang arab bertakjil dengan kurma”
Maka pengertian yang benar ialah mereka menyegerakan berbuka puasa dengan makan kurma
BUKAN makanan berbuka puasa mereka adalah kurma.

Silakan di Share/ Re-Post, agar banyak orang tidak salah lagi mengartikan Ta'jil
👍🏻👍🏼👍🏽😎😊❤️👌🏼🙏🏻

Sumber :
Kamus Almunjid 619, Al-Munawwir hal 1.063.

Hanan Attaki

Kepada Tuan Hanan Attaki (seperti tertera di bagian bawah tulisan) kita berterima kasih. Dimanapun belyau saat ini berada, semoga terusan tulisannya ini menajdi bukti bahwa kita yang pernah membacanya memang berusaha untuk menyiarkannya lagi kepada siapa saja. Saya menyiarkan ini tanpa mengedit tulisan (postingan) aslinya yang saya kopa paste dari WA tersebut.***

15 Apr 2022

Tiga Golongan Orang Berpuasa, Kita Ada Dimana?

Tiga Golongan Orang Berpuasa, Kita Ada Dimana?

BEGITU cepat terasa waktu berlalu. Riuh-rendah dan heboh mengawali Ramadhan yang disebabkan oleh adanya perbedaan keyakinan memulai Ramadhan, kemarin masih terasa. Belum lama. Tapi kini kita sudah berada menjelang pertengah Ramadhan. Jika fase puasa dibagi tiga, sepuluh dan sepuluh hari maka kita sudah memasuki fase sepuluh hari kedua. Oleh hadits dikatakan sebagai fase penuh ampunan (maghfiroh) setelah sebelum disebut fase penuh rahmat. 

Menyikapi Ramadhan yang sudah kita jalani, ini ternyata oleh para ulama dan para ustaz disimpulkan ada beberapa kemungkinan golongan orang bersikap. Dalam tulisan berjudul Hikmah Malam : 3 Golongan Manusia di Bulan Ramadhan, Nomor Terakhir Disukai Allah yang diposting di laman hajinews.id disebutkan sekurang-kurangnya terdapat tiga golongan orang dalam kebersamaannya dengan Ramadhan. Dengan mengutip penjelasan Ustaz Muhammad Saiyid Mahadhir dalam bukunya “Bekal Ramadhan dan Idul Fithri (1): Menyambut Ramadhan” dikatakan ada tiga golongan manusia dalam menyikapi bulan Ramadhan.

1. Golongan Zalim;

Golongan zalim di sini adalah orang-orang yang kurang sekali perhatiannya terhadap bulan Ramadhan. Bagi mereka kedatangan Ramadhan dianggap biasa-biasa saja malah dianggap sebagai beban. Kelompok ini menyamakan bulan Ramadhan dengan bulan-bulan yang lainnya. Tak ada istimewanya. Mereka memang berpuasa, tapi hanya sebagian harinya saja, lalu sebagian lainnya mereka tinggalkan bukan karena alasan yang diperbolehkan. Sehingga kewajiban berpuasa tidak dijalankan dengan sempurna.

Bisa jadi mereka berpuasa penuh selama satu bulan, namun hari-hari mereka meninggalkan salat fardhu, banyak tidur. Inilah kezaliman mereka untuk diri masing-masing. Di akhirat kelak nasibnya akan menyedihkan, walaupun kita tetap berharap ampunan dan kasih sayang Allah. Orang-orang seperti ini harus diingatkan dan diajak dengan baik agar menyadari pentingnya beramal saleh di bulan Ramadhan.

2. Golongan Muqtashid;

Golongan ini adalah mereka yang bergembira menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Rasa gembira itu semakin bertambah karena mengetahui setelah itu akan ada libur panjang. Ada kesadaran bergama bahwa di Ramadhan waktunya untuk menghapus dosa dan mengambil banyak pahala untuk bekal di akhirat. Sayangnya, padatnya aktivitas dan kurang mantapnya iman, membuat mereka lalai mengerjakan ibadah-ibadah sunnah. Tetap masih rugi.

Kelompok pertengahan ini terkadang meninggalkan ibadah solat tarawih dan witir ataupun solat rawatib qabliyah dan ba’diyah. Dalam satu hari itu ada rasa malas untuk membaca Al-Qur’an, sehingga target bacaan Al-Qur’an tidak tercapai. Mereka juga full berpuasa, namun ada di antara mereka yang kesehariannya terlalu banyak tidur. Karena amalan-amalan sunnah Ramadhan yang tidak begitu diperhatikan, itulah yang menyebabkan tetap saja masih merugi.

3. Golongan Sabiqun Bil Khairat;

Kelompok ketiga ini disebut dengan istilah orang-orang berprestasi karena memang mereka adalah orang-orang yang berusaha meninggalkan perkara haram dan makruh. Mereka juga meninggalkan sebagian perkara mubah demi kesempurnaan ibadah puasa yang mereka jalankan.

Mereka ini sebenarnya bukan hanya berprestasi di bulan Ramadhan, namun di luar Ramadhan mereka juga orang-orang berprestasi. Kerinduan mereka kepada Ramadhan membuat mereka selalu berdoa sepanjang bulan kepada Allah. Golongan ketiga ini sangat disukai Allah Swat. Golongan inilah sejatinya yang harus kita dapatkan. Caranya tentu saja dengan mendahulukan ibadah tanpa meninggalkan pekerjaan wajib lainnya.

Pertanyaannya, dimanakah kita berada diantara ketiga golongan orang-orang di atas? Kata peribahasa, tepuk dada tanya selera. Kitalah yang tahu persis posisi kita. Jika kita berdoa untuk termasuk golongan ketiga, maka  marilah berusaha ke arah itu. Insyaallah bisa, jika berusaha.***