Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan

7 Feb 2022

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (8)

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (8)



Bag 8 Ke Istana Tampaksiring

Oleh Dra. Hj. Yulita Muaz 

Ketika berwisata di daerah Tampaksiring, teringat olehku  pelajaran Sejarah waktu Sekolah Dasar. Ingat saya di sini terdapat Istana Presiden Tampaksiring. Istana ini merupakan tempat peristirahatan presiden. Istana ini berada di daerah perbukitan ketinggian lebih 700 m dari permukaan laut.

Aku mantan  guru Geografi di SMA (sekarang sudah pensiun ) memahami pembagian iklim atau klasifikasi iklim menrut Junghuhn. Dia membagi iklim berdasarkan ketinggian tempat, suhu dan jenis tumbuhan . Areal Tampaksiring terletak di zone sedang beriklim sedang dengan udara sejuk.

Tampaksiring adalah suatu desa yang berada di kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianjar. Daerahnya berbukit bukit. Dari tempat parkir mobil kami berjalan menaiki bukit, di atas bukit. Di situlah terletak Istana Presiden. Di lereng bawahnya terdapat pura Tirta Empul. Pura ini merupakan situs sejarah di bawah pengawasan pemerintah.yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.



Dihalaman pura bagian tengah terdapat mata air yang sangat jernih dan sejuk ditampung dalam kolam, dialirkan kekolam berada dibawahnya, melalui pencuran pencuran ke bak pemandian, airnya dianggap suci oleh orang hindu

.Di sini banyak orang mandi mandi, semuanya boleh mandi, tidak ada batasan, banyak touris torist yang mandi menggunakan pakaian yang dipakai, laki laki perempuan bersatu mandi di kolam pemandian. 

Sebelum memasuki area Tampaksiring, pengunjung terlebih dulu beli tiket, antrian orang sangat panjang sekali, baik touris yang bersal dari manca negara, mau pun turis lokal yang datang dari berbagai daerah  Indonesia. ramai sekali kataku, setelah antri sekian lama kamipun dapat masuk.

Sebelum mengelilingi areal, semua pengunjungi dipakaikan kain khas Bali, berupa kain sarong diikat dengan kain berrwarna kuning. Karena kami tak memahami cara makaiannya, kamipun diajarkan oleh bli cara memakai kain sarong.

Kami menelusuri jalan dipinggir bak pemandian. Banyak touris touris yang mandi, kelihatan air sangat sejuk. petugas yang ada dekat situ mengajak kami mandi, terimakasih bli jawabku. kamipun menglilingi area ini.

Ketika memasuki satu area ada bule yang dikasi karet oleh petugas, ternyata   memasuki area itu rambut harus diikat dan tidak boleh terurai. Memang masyarakat bali sangat kental dengan adat istiadat.

Akupun istirahat sejenak sambil melihat ke istana presiden, posisiku berada dibawah pohon, pohonnya tidak begitu tinggi, buahnya lebat, buah apa ini kataku dalam hati, buahnya sebesar jeruk bali, permukaan kulitnya licin dan mengkilat, aku raba buahnya. Aku belum pernah melihat buah ini, kataku sambil meraba,  aku ingin tau,  buah apa ini ? .aku penasaran, kebetulan dekat situ ada petugas yang membersihkan area ini. "Bli, ini buah apa? Aku belum pernah lihat buah ini"

Dengan panjang lebar bli menceritakan buah ini adalah buah maja. Buah maja, aku pernah mengenal namanya, dalam belajar sejarah disekolah dasar. Itu tentang asal usul nama kerajaan Majapahit dimana di tengah hutan ditemukan buah maja yang rasanya pahit. 

"Apakah dari buah ini asal kata Kerajaan Majapahit?" tanyaku. 

"Iya," jawab Bli. Ternyata di derah ini buah maja sengaja dilestarikan. Kata Bli, buah ini hampir punah.  Di Tampaksiring banyak ditanam pohon pohon maja.dmana mana objek yang aku kunjungi. Di Tampaksiringlah pertama kali aku melihat buah maja yang katanya rasanya pahit sekali. Akupun memoto buah maja sebagai kenang kenangan, sayang aku tidak  berfoto dibawah oohon maja.

6 Feb 2022

Cerita Tol Cipularang Jawa Barat

Cerita Tol Cipularang Jawa Barat

Tol Cipularang

Catatan Hariyanto, SIP

Saya memiliki pengalaman unik berupa mistis saat saya mau ke Bandung melewati tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang). Tol Cipularang adalah satu jalan tol penghubung Kabupaten Purwakarta dan Bandung. Menurut data di Wikipedia, jalan tol ini selesai dibangun pada akhir April dan memiliki panjang 54 km.

Saya memiliki pengalaman mistis ketika melintas tol --Cipularang-- ini. Seingat saya pada saat bulan puasa tahun 2015, saat saya masih di SMK waktu itu saya beserta keluarga mau mengantar sepupu saya mau sekolah pesantren di Purwakarta. Dari Subang menuju ke pesantren itu tentu terlebih dahulu melewati tol Cipali dan Palimanan. Seiring berjalan ruas jalan menuju tol Cipati tiba-tiba mobil yang saya naiki langsung terhenti secara mendadak dan rem pun begitu mendadak. Lalu mesin itu mati dengan sendiriannya.

Saya lupa itu ruas jalan ke km berapa. Yang saya ingat, setelah berhenti di situ sang sopir pun mengecek mesin mesin hingga ban selama beberapa menit. Setelah dicek dengan rinci tidak ada kerusakan. Bahkan sebelum berangkat pergi mobil yang saya tumpangi sudah diperbaiki mesinnya. Maklum karena akan berpergian jauh, biasanya memang terlebih dahulu diperbaiki.

Ternyata memang setelah saya buka google tentang tol Cipularang ini ternyata memang agak begitu mistis bahkan sering terjadi kecelakaan maut. Berdasarkan informasi yang saya dapat bahwa sebelum melintasi tol ini tentu harus membaca doa dan berdzikir agar insyaallah selamat hingga ke tujuan dan dijauhkan dari hal-hal tidak diinginkan.***


5 Feb 2022

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (7)

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (7)


Bag 7 Oh Ramai  Sekali

Oleh Dra. Hj. Yulitas Muaz

Perjalanan wisata dilanjutkan, mobil  kembali melaju, arah selatan, menyusuri jalan di pinggang  gunung Batur, menuju  gunung Agung. Jalannya berliku-liku mendaki dan menurun. Arealnya merupakan hutan, ditumbuhi bermacam pohon, ada hutan bambu, tampak juga pohon rotan, pohon pinus, dan jenis pohon lainnya. Bli menunjukkan pohon cendana yang banyak terdapat di Bali.

Hutan yang terdapat di Pulau Bali, tidak selebat hutan yang terdapat di Pulau Sumatera, menghijau lebat dan gelap sejenis hutan hujan tropis, tapi tetap indah dilihat mata.  

Suamiku asyik bercerita dengan bli, aku juga ikut berkomentar tentang kondisi geografis pulau Sumatera, tempat daerah asalku. sepanjang jalan suasana sepi. Rasa gembira sambil bercerita membuat suasana gembira di hati kami masing-masing.

 Setelah menelusuri areal hutan di sepanjang jalan, bli membawa kami ke objek wisata budaya.
Orang sangat ramai sekali, turis-turis tumpah ruah di sini, mereka datang berombongan, terutama orang Eropa dan Amerika. "Ini Pura Basakih," kata bli kepada kami. Pura ini terletak di lereng Gunung Agung,  merupakan gunung tertinggi di Bali, dengan ketinggian 3.142 m dml (dari muka laut). Terletak di Kecamatan Rendang Kabupaten Karang Asem Bali.


Suasana sangat ramai sekali, banyak masyarakat Bali menuju ke sini, semuanya memakai baju putih, perempuan memakai kebaya putih dengan kain batiknya, sedangkan yang laki-laki memakai putih putih. Ada yang datang pakai bus , ada mobil pribadi , ada pakai motor dan ada juga berjalan kaki. Bagi pejalan kaki tempat tinggalnya dekat dengan areal ini semua perempuan menjunjung sejenis talam.

"Kenapa ramai betul di sini bli," tanyaku kepada bli.
"Masih suasana hari raya Galungan, Buk," kata bli. Oooohhh.

Perjalanan dilanjutkan, dari pinggang Gunung Agung terus menyusuri jalan yang mulai menurun.
Kami melihat perkampungan, di sepanjang jalan dipenuhi Pure sebagian besar sudah berlumut, tidak ada dibersihkan, dicat atau diperindah, semua dibiarkan begitu saja sepertinya. Kami tak melihat penduduk lalu lalang di jalan raya, dimana penduduknya? kataku.

Bli menceritakan, kenapa banyak Pura di sini, yah setiap ada orang yang baru membina rumah tangga terlebih dahulu membangun pura. Pura dibangun di bagian depan , rumah tempat tinggal dibangun di belakang Pura.  Aturan adat sangat dijunjung masayarakat Bali.

"Penduduk tinggal di mana, Bli?" tanyaku lagi. 
"Penduduk tinggal di bagian belakang, di ditulah semua aktivitas penduduk." 
"Oh, pantas," kataku. Kita tidak menemukan apa apa di sepanjang jalan raya selain pura di areal pedesaan.

Pura pura yang terlihat disepanjang jalan, dibiarkan ditumbuhi lumut, tidak dicat, terlihat seperti bangunan tua. suasana terlihat suasana yang kental dengan budaya Bali. yang berada di daerah pedesaan. (bersambung)


2 Feb 2022

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (5)

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (5)


Bag 5 Indahnya Kintamani

Oleh Dra. Hj. Yulita Muaz

Setelah menikmati keindahan Tegalalang, kami melanjutkan wisata ke tempat lain. Mobil meluncur menuju utara, jalan semakin mendaki, langit cerah , udara semakin dingin, karena sudah memasuki daerah pegunungan.

Wilayah Indonesia dilalui dua jalur pegunungan dunia yaitu Sirkum Meditrania dan Sirkum Pasifik.
Wilayah bagian barat Indonesia dilalui Sirkum Medtrania, mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Alor, Solor , Wetar, yang berakhir di Saparua, Kepulauan Aru. Daerah ini ditandai banyaknya gunung, baik yang aktif maupun tidak aktif. Salah satunya gunung Batur  dan Agung yang terdapat di Bali.

Gunung Batur dan gunung Agung letaknya berjauhan merupakan gunung berapi aktif berlokasi di desa Batur  Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Bali. Sedangkan gunung Agung terletak di kecamatan Rendang kabupaten Karang Asem Bali. Dari Kintamani kita melihat gunung Batur dan gunung Agung bergandengan seolah olah tidak mau terpisahkan, dikakinya terhampar danau Batur.

Secara umum orang menyebutnya daerah Kintamani. Setelah memasuki daerah Kintamani , kami turun dari mobil, suasana disini sepi, dibagian kiri jalan terhampar pohon pohon. Kintamani berada pada ketinggian  lebih 900 m dml dari muka laut, menjadikan udara sejuk pada siang hari dan dingin pada malam hari.

Dari jalan kami memandang, hamparan danau yang didindingi gunung Batur dan gunung Agung. Saat itu gunung Batur terlihat seperti memuntahkan awan dari perutnya. Dari kejauhan danau dan gunung Batur yang bergandengan dengan gunung Agung terlihat bak lukisan, yang terhampar di langit luas, Kalau kita lihat dari jalan, kaki gunung dan danau Batur jauh berada di bawah jalan. 

Menurut keterangan bli,gunung Agung merupakan arah tidur, posisi kepala mengarah ke gunung Agung, kedua  gunung ini berada sebelah utara arah timur.

Mobil menelusuri ke danau Batur, jalan terjal dan menurun. Saat kami berwisata ke sini, suasana sepi, hanya beberapa touris yang kelihatan. Kami tidak melihat adanya hiruk pikuk, dan kesibukan manusia. Nuansanya tenang, setenang air danau Batur yang berwarna kehijau-hijauan.


Kami melihat ada tiga orang ibu-ibu paroh baya menjanjakan jualannya.Aku lihat-lihat jualannya, ternyata dia menjual aksesoris. "Yid, coba pilih gelangnya, cari yang bagus ya,"  kataku. Harganya cukup murah. Kemudian datang lagi seorang ibu menawarkan aksesoris dari kayu cendana. Karena aku kasihan aku beli juga. Suamiku juga membeli kacang rebus dengan ibu ibu yang lain. Sambil menikmati kacang rebus kami menikmati keindahan danau Batur, gunung Batur dan gunung Agung.

Kami melanjutkan perjalanan. Mobil menelusuri jalan pinggir danau. "Oh, ada perkampungan," kataku.
Aku tanya bli, "Ini desa apa, bli?" 
"Ini desa Kedisan, Bu," jawabnya.
Di sepanjang jalan desa Kedisan itu terpasang umbul umbul seperti janur, suasana sepi sekali, tidak terlihat satu orang warga yang berjalan di jalan. Kemana warganya ya, kataku dalam hati. Kami turun mlihat suasana desa Kedisan yang saat itu sepi.

Dalam pikiranku yang masih bertanya tanya, bli menawarkan pada kami wisata ke desa Trunyan.
Bli terus bercerita, Desa Trunyan ini banyak dikunjungi bule, karena di sini suatu tempat  pemakaman yang mayat tidak dikuburkan. Diletakan begitu saja. 
"Tidak bau, bli?" Suamiku bertanya. 
"Tidak," jawab bli. "Di situ banyak pohon taru menyan," kata bli menambahkan.
"Di mana lokasinya?" kata suamiku. 
"Kita harus naik perahu, Pak," kata bli.
"Gimana Mi?" tanya suamiku. 
"Tak usahlah Pi," kataku. Anakku juga tak mau. Kamipun berbalik arah meninggalkan Desa Kedisan, kembali menelusuri jalan tepi danau, terus mendaki menuju dataran tinggi Kintamani. Selamat tinggal Kintamani, kataku dalam hati. Mengagumkan sekali keindahan alam di sini.

1 Feb 2022

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (4)

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (4)



Bagian 4 Melanjutkan Perjalanan Wisata Bersama Suami.

Oleh Dra. Hj. Yulita Muaz

Tegalalang Rice Terrace.

Selepas magrib kami sampai di hotel dan aku lihat suami pun baru sampai setelah mengikuti rapat kerja. Kami sama-sama sampai meskipun tanpa ada janjian. Pak Jusmin ngasih tau suamiku. "Pak, kami besok mau kembali ke Jakarta." 

"Kok. cepat sekali, kan besok kita bisa jalan jalan? Jalan sama-sama," kata suamiku.

"Yah, tak apa apa, Pak. Lain waktu kita bisa jalan sama-sama," kata Pak Jusmin. Setelah istirahat sebentar di lobi hotel, kami menuju kamar masing masing. 

Besoknya Pak Jusmin beserta isteri dan anaknya pamit. Kami hanya bisa mengantar sampai ke lobi. Saya peluk Bu Jusmin, "Sampai jumpa lagi, ya," kataku.

Sejenak, "Kita mau kemana?" tanyaku. 

"Kita pesan taksi," jawab suamiku. Lalu kami naik texi. Taxi mulai bergerak meninggalkan hotel dan aku bertanya, "Mmau kemana, Pak?"  kata sopir taxi. Kemudian sopir taxi mengeluarkan semua brosur brosur objek wisata. Aku diskusi dengan anakku, "Kemana kita  ya?" kataku.

Aku ingat ketika aku belajar di sekolah dasar, ada pembelajaran ilmu bumi. Aku sangat suka dengan pelajaran ini, selalu ada pelajaran membuat peta, peta Pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Sampai sekarang aku ingat pelajarannya,  gunung gunung, sungai sungai dan danau danau, ibu kota propinsi, bandara bandara. Itulah materi pelajaran waktu di sekolah dasar dulu. Aku ingat danau yang terkenal di Bali.

"Ke Danau Batur, bli," kataku ke sopir taxi. Mobil mulai berjalan agak laju, saya menikmati suasana sepanjang jalan, kami meninggalkan Kabupaten Badung menuju arah utara, yang suasananya mulai nuansa perkampungan.

"Ini daerah apa, bli?" katakuku. 

'Kita sudah memasuki Kabupaten Gianjar, Bu," kata bli. Kabupaten Gianjar berada di sebelah utara Kabupaten Badung. Jalan sudah mulai mendaki karena memasuki daerah pegunungan, cuaca mulai sejuk, mobil terus meluncur menuju arah utara.

Di depan, aku melihat banyak mobil parkir sepanjang jalan, "Itu ada apa, bli?" tanyaku. 

"Oh, itu objek wisata, Buk. Nanti kita berhenti di situ," kata bli menjelaskan. Kami pun turun. Kulihat banyak sekali tourist di sini. Di pinggir jalan banyak dijual beraneka souvenir. Anakku tertarik dengan tas anyaman dari rotan, "Mau, Mi," kata anakku. Dan aku menyuruhnya mengambil tas yang dia suka.

Lalu aku, suami serta anakku menyeberangi jalan melihat keindahan alam. Woouuu indah sekali, kataku dalam hati. "Ini daerah apa?"

"Tegalalang Rice Terrace." Terletak di dusun Ceking Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianjar Bali.
Mata pencarian penduduknya kebanyakan di sektor pertanian. Saat itu cuaca tidak begitu panas, angin sepoi sepoi, pohon pohon melambai lambai, udara sejuk nyaman dan adem.

Kami pandang hamparan sawah di lereng bukit, sawahnya bertingkat-tingkat, berkelok kelok menghijau, tak terlihat daunnya yang menguning. Padinya sama tinggi, sawah ini terletak di dua lereng bukit. Di sini terhampar tanaman padi mulai dari lereng menurun ke lembah dan naik lagi ke lereng bukit. Sawah di sini berundak atau bertingkat tingkat, undakan lahan pertanian ini dikenal dengan terasering.  

Terasering adalah mengolah lahan pertanian di lereng bukit, tujuannya ketika hujan lebat airnya mengalir dari satu petak sawah kepetak sawah yang dibawahnya sehingga tidak terjadi erosi atau pengikisan tanah oleh air.        

Banyak turis menuruni lereng, menikmati keindahan Tegalalang. Mereka turun menelusuri pematang sawah. Ada yang berombongan, ada juga berdua, mereka asyik berlari-lari kecil di pematang sawah.    

Kami tidak turun menelusuri pematang hanya memandang keindahan Tegalalang dari lereng bukit. "Bagus ya ,Pi. Alamnya indah," kataku. Anakku juga merasa puas melihat sistem pertanian di Bali. Saya buka gougle, digambarnya dilihat dari hasil foto  udara, tergambarlah sawah itu seperti lingkaran berlapis lapis, inilah daerah "Tegalalang Rce " ucap saya kagum. (bersambung)