2 Feb 2022

Diajak Suami Jalan-jalan ke Bali (5)


Bag 5 Indahnya Kintamani

Oleh Dra. Hj. Yulita Muaz

Setelah menikmati keindahan Tegalalang, kami melanjutkan wisata ke tempat lain. Mobil meluncur menuju utara, jalan semakin mendaki, langit cerah , udara semakin dingin, karena sudah memasuki daerah pegunungan.

Wilayah Indonesia dilalui dua jalur pegunungan dunia yaitu Sirkum Meditrania dan Sirkum Pasifik.
Wilayah bagian barat Indonesia dilalui Sirkum Medtrania, mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Alor, Solor , Wetar, yang berakhir di Saparua, Kepulauan Aru. Daerah ini ditandai banyaknya gunung, baik yang aktif maupun tidak aktif. Salah satunya gunung Batur  dan Agung yang terdapat di Bali.

Gunung Batur dan gunung Agung letaknya berjauhan merupakan gunung berapi aktif berlokasi di desa Batur  Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Bali. Sedangkan gunung Agung terletak di kecamatan Rendang kabupaten Karang Asem Bali. Dari Kintamani kita melihat gunung Batur dan gunung Agung bergandengan seolah olah tidak mau terpisahkan, dikakinya terhampar danau Batur.

Secara umum orang menyebutnya daerah Kintamani. Setelah memasuki daerah Kintamani , kami turun dari mobil, suasana disini sepi, dibagian kiri jalan terhampar pohon pohon. Kintamani berada pada ketinggian  lebih 900 m dml dari muka laut, menjadikan udara sejuk pada siang hari dan dingin pada malam hari.

Dari jalan kami memandang, hamparan danau yang didindingi gunung Batur dan gunung Agung. Saat itu gunung Batur terlihat seperti memuntahkan awan dari perutnya. Dari kejauhan danau dan gunung Batur yang bergandengan dengan gunung Agung terlihat bak lukisan, yang terhampar di langit luas, Kalau kita lihat dari jalan, kaki gunung dan danau Batur jauh berada di bawah jalan. 

Menurut keterangan bli,gunung Agung merupakan arah tidur, posisi kepala mengarah ke gunung Agung, kedua  gunung ini berada sebelah utara arah timur.

Mobil menelusuri ke danau Batur, jalan terjal dan menurun. Saat kami berwisata ke sini, suasana sepi, hanya beberapa touris yang kelihatan. Kami tidak melihat adanya hiruk pikuk, dan kesibukan manusia. Nuansanya tenang, setenang air danau Batur yang berwarna kehijau-hijauan.


Kami melihat ada tiga orang ibu-ibu paroh baya menjanjakan jualannya.Aku lihat-lihat jualannya, ternyata dia menjual aksesoris. "Yid, coba pilih gelangnya, cari yang bagus ya,"  kataku. Harganya cukup murah. Kemudian datang lagi seorang ibu menawarkan aksesoris dari kayu cendana. Karena aku kasihan aku beli juga. Suamiku juga membeli kacang rebus dengan ibu ibu yang lain. Sambil menikmati kacang rebus kami menikmati keindahan danau Batur, gunung Batur dan gunung Agung.

Kami melanjutkan perjalanan. Mobil menelusuri jalan pinggir danau. "Oh, ada perkampungan," kataku.
Aku tanya bli, "Ini desa apa, bli?" 
"Ini desa Kedisan, Bu," jawabnya.
Di sepanjang jalan desa Kedisan itu terpasang umbul umbul seperti janur, suasana sepi sekali, tidak terlihat satu orang warga yang berjalan di jalan. Kemana warganya ya, kataku dalam hati. Kami turun mlihat suasana desa Kedisan yang saat itu sepi.

Dalam pikiranku yang masih bertanya tanya, bli menawarkan pada kami wisata ke desa Trunyan.
Bli terus bercerita, Desa Trunyan ini banyak dikunjungi bule, karena di sini suatu tempat  pemakaman yang mayat tidak dikuburkan. Diletakan begitu saja. 
"Tidak bau, bli?" Suamiku bertanya. 
"Tidak," jawab bli. "Di situ banyak pohon taru menyan," kata bli menambahkan.
"Di mana lokasinya?" kata suamiku. 
"Kita harus naik perahu, Pak," kata bli.
"Gimana Mi?" tanya suamiku. 
"Tak usahlah Pi," kataku. Anakku juga tak mau. Kamipun berbalik arah meninggalkan Desa Kedisan, kembali menelusuri jalan tepi danau, terus mendaki menuju dataran tinggi Kintamani. Selamat tinggal Kintamani, kataku dalam hati. Mengagumkan sekali keindahan alam di sini.

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar