Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

12 Des 2020

Arip Bersikap Membaca Pernyataan Sikap

Arip Bersikap Membaca Pernyataan Sikap



Oleh M. Rasyid Nur

TENTANG kejadian penembakan terhadap anggota salah satu Ormas Islam yang terus viral beritanya di media, telah menimbulkan sikap prokontra di antara sebagian masyarakat. Di antara yang memahami ada pula yang tidak atau belum bisa memahami. Masyarakat itu boleh jadi kita yang berkumpul di sini atau yang berada di luar. Peristiwa yang menimpa FPI, ini sudah pasti menyulut simpati.

Baik sebagai orang beragama maupun sebagai manusia secara umum, kita tentu saja prihatin dengan melayangnya nyawa seperti itu. Enam orang anak-anak muda dalam waktu yang hampir sama. Bahkan dapat disebut bersamaan karena dalam peristiwa yang sama. Perasaan pula yang beredar di masyarakat yang melahirkan pro kontra itu.

Banyak reaksi yang muncul. Salah satunya adanya pernyataan sikap dari masyarakat atau kelompok masyarakat. Munculnya pernyataan sikap dari Ormas Islam seperti dari IPHI ini, misalnya adalah contoh reaksi itu. Dan itu bisa diartikan sebagai bentuk perhatian sesama seagama atau sesama manusia. Pernyataan yang dimuat di beberapa media, ini sampai juga ke hadapan kita. Kitapun ikut membacanya.

Terlepas dari apapun bunyi pernyataan itu, bagi kita tentulah berhati-hati dan waspada membacanya adalah cara terbaik. Tidak harus ikut-ikut terbawa perasaan (emosi) yang bisa tidak terkendali. Padahal perasaan tidak terkendali adalah sumber masalah bahkan sumber malapetaka dalam komunikasi di antara manusia.

Saya tidak keberatan adanya pernyataan sikap. Malah itu perlu sebagai bukti adanya perhatian sesama manusia atau sesama seagama. Coba kita simak dan cermati bunyi pernyataan sikap dari IPHI yang dikeluarkan hari Rabu (09/12/2020)  atas kejadian di Jalan Tol Cikampek Km 50 pada 7 Desember lalu itu. Saya mengutip pernyataan yang dimuat di situs hajinews.com sebagai berikut,

1.Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) sangat prihatin dan menyesalkan atas terjadinya peristiwa kelabu yang sangat memilukan, dan kami menyampaikan bela sungkawa yang mendalam atas peristiwa penembakan yang mengakibatkan 6 orang santri muda anggota Front Pembela Islam (FPI) meninggal dunia.

2.Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) mendesak untuk segera dibentuk Tim Independen Pencari Fakta yang melibatkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), lembaga-lembaga independen dan tokoh-tokoh kredibel penggiat kemanusiaan dan hak asasi manusia untuk menyelidiki dan menyusut secara tuntas dan transparan kasus ini.

3.Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) mendorong semua pihak agar mengedepankan dan menghargai proses hukum secara konsisten dan konsekuen serta meminta pimpinan Polri untuk bersikap jujur dan memberi informasi sebenar-benarnya terkait peristiwa kelabu yang mengakibatkan 6 santri muda menjadi syuhada.

4.Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) meminta Alim Ulama, Tokoh Adat beserta masyarakat untuk tetap tenang dan terus melakukan tabayun terhadap semua informasi terkait peristiwa kelabu yang terjadi dan tidak mudah terprovokasi.

5. Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) menghimbau semua elemen bangsa untuk senantiasa berdoa dan melakukan yang terbaik demi terjaganya keutuhan bangsa dan terwujudnya Indonesia yang lebih baik.

Tidak ada yang berlebihan dari pernyataan sikap itu. Oleh karena itu tidak harus juga kita berlebihan menyikapinya. Yang diperlukan tentu saja kearifan kita membacanya. Semakin arif kita menyikapi pernyataan sikap itu, semakin baik pula hasil yang akan didapatkan. Sebaliknya, semakin tinggi nuansa emosi kita membacanya, maka semakin besar pula kekisruhan akan tiba. 

Jadi, mari disikapi secara arif apa yang dinyatakan oleh organisasi haji Indonesia itu. Arif, artinya kita membaca apa adanya. Kebenaran info dan tindakan yang benar dari semua pihak, itulah yang diharapkan dari kearifan ini. Kita prihatin, ya. Ini peristiwa hilangnya nyawa manusia Kita ingin itu diselesaikan secara baik dan transparan, ya. Karena kita masih berperintahan yang sah dan wajib menyelesaikan kasus hilangnya nyawa ini dengan baik dan benar. Pasti kita tidak berharap ada kisruh lain yang menyertainya.***

Juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id


1 Okt 2020

Penting, Tetap Harus Memperingati Hari Kesaktian Pancasila

Penting, Tetap Harus Memperingati Hari Kesaktian Pancasila




Oleh M. Rasyid Nur
SETIAP tahun, setiap hari di tanggal 1 Oktober seperti hari ini, Kamis (01/10/2020) bangsa kita menetapkan sebagai hari penting. Hari bersejarah. Tanggal hari ini  merupakan Hari Kesaktian Pancasila. Lazimnya setiap 1 Oktober diadakan upacara. Tapi tahun ini, dengan hadirnya corona bersama kita, upcaranya tidak dilakukan seperti tanpa corona.

Untuk apa upcara dilakukan? Upacara Hari Kesaktian Pancasila dengan segala bentuk dan aneka acara yang mengikutinya dilakukan sebagai wujud untuk mengenang dan menghormati para jasa Pahlawan Revolusi. Pahlawan yang pada tahun 1965 lalu harus meregang nyawa di tangan bangsa sendiri yang ingin berbeda dengan lainnya seara umum. Kesimpulan pemberontakan itu adalah usaha untuk melawan Pancasila sebagai dasar Negara. Namun Pancasila tetap terpelhara, karena saktinya.

Tentu saja pokok dari peringatan ini adalah untuk tujuan yang mulia. Tujuan demi utuhnya bangsa kita. Diharapkan peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober digunakan sebagai momen untuk memperkuat kesatuan dan persatuan. Begitu selalu dinyatakan oleh para guru kita. Begitu juga para pejabat dan tokoh-tokoh bangsa yang peduli dengan keutuhan bangsa. 

Untuk sekadar mengingatkan lagi bahwa penetapan hari Kesaktian Pancasila itu sendiri, itu terkait erat dengan peristiwa yang biasa kita sebut sebagai Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI. Kita baca dalam sejarah, pada tahun 1965 itu, berlangsung peristiwa pembunuhan terhadap sejumlah jenderal. Ada enam jenderal dan satu letnan TNI AD yang menjadi korban kekejian G30S/PKI pada 1965 silam itu. Kita tidak ingin dan tidak boleh melupakan sejarah kelam itu, meskipun masih ada pro kontra dalam melihat catatan kelam itu. 

Bagi kita yang hidup saat ini, bukan kontroversi itu yang mesti kita besar-besarkan. Itu tidak perlu, jika justeru membawa kita ke jurang permusuhan diantara sesam rakyat Indonesia. Mari kita peringati, dan amri kita bersatu.***


11 Sep 2020

Rapat Terberat, Satu Hari Tiga Kali

Rapat Terberat, Satu Hari Tiga Kali


Oleh M. Rasyid Nur

INILAH saya rasa hari terberat. Eh, bukan. Hari terpenting. Ah, bukan juga begitu, maksud saya. Mungkin lebih tepatnya hari terpadat. Maksudnya terpadat dengan kegiatan yang saya lakoni hari ini. Hari-hari yang lalu, paling-paling hanya satu kali kegiatan dalam satu hari. Tapi hari Jumat (11/09/2020) ini sampai tiga kali dalam satu hari. Tiga kali berkegiatan. Baiknya, itu saya merasa berbahagia saja. Sama sekali tidak membuat resah. 

Maksud saya, hari akhir pekan kedua di bulan September ini adalah hari terbanyak saya mengikuti aktifitas harian. Dan tidak bisa diwakilkan. Harus tetap mengikutinya secara langsung. Menyesal? Tidak. Merasa kelelahan? Janganlah. Lebih baiknya merasa bangga dan berbahagia saja. Bangga dan senang karena Allah izinkan berkegiatan hingga begitu padat. Alhamdulillah, begitu saja yang paling bijak saya ucapkan. 

Jumat berkah, aneka kegiatan berjalan mudah. Begitu saja kalimat untuk menyusun perasaan bahagia saya. Saya bagi catatan ini ke umum seperti inipun sebagai bentuk rasa bangga bahagia saja. Syukur, jika ada yang menganggap pesannya ada. 

Pertama. Pagi-pagi, tepatnya pukul 07.30 tadi saya harus memimpin rapat di sekolah. Maksud saya di Yayasan Darul Mukmin, tempat bernaungnya empat sekolah (satuan pendidikan) yang saya diberi amanah di situ. Saya melaksanakan Rapat Koordinasi dengan keempat Kepala Sekolahnya, TKIT, SDIT, SMPIT dan TPQ Darul Mukmin. Ikut juga dalam rapat ini Unit lain serta para pengurus yang khusus menangani SDM, Pendidikan dan Keuangan Yayasan. Tentu saja ini rapat penting. Rapat di musim pendemi covid-19. Maaf, tidak harus saya sampaikan hasil atau jalannya rapat ini. 

Kurang dari dua jam rapat ini harus saya tinggalkan. Meskipun begitu, rapatnya tmasih etap dilanjutkan oleh teman-teman untuk membahas masalah lain yang tidak harus memerlukan kehadiran saya. Sebelum pukul 09.00 saya izin. Saya harus pergi ke Ruang Rapat Mawar Merah, Kantor Bupati Karimun. Dari Kantor Yayasan Darul Mukmin di Sidorejo Kecamatan Karimun ke Kantor Bupati di Poros memang tidak jauh. Hanya perlu 10 menit dengan kecepatan sedang berkendaraan. jarak itu kurang-lebih 5-6 km saja. 

Inilah rapat kedua, saya ikuti. Pukul 09.05 rapat dengan agenda Persiapan Keberangkatan Kafilah MTQ Kabupaten Karimun ke MTQ ke-8 Tingkat Provinsi Kepri 2020, ini dibuka (MC) oleh Kabag Kesra Setda Kabupaten Karimun, Irwan Dinovri, SSTP, MH. Rapat yang dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Karimun, H. Anwar Hasyim, MSi selaku Ketua Umum LPTQ Kabupaten Karimun dihadiri oleh Asisten I Bupati Karimun, Muhammad Tang dan Kakankemenag Kabupaten Karimun, Drs. H. Jamzuri, M. Noor serta beberapa pejabat kabupetan terkait keberangkatan kafilah. Pejabat terkait itu antara lain adalah Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kabupaten Karimun, Kepala Pelabuhan, Kepala Kesehatan Pelabuhan serta beberapa pejabat lainnya. Kedis Kesehatan dihadirkan tentu saja kaitannya dengan pandemic covid-19 ini. 

Banyak hal yang dibahas di sini. Tentu saja rapat lebih lama. Wakil Bupati dalam rapat itu menekankan betul perlunya koordinasi dan kerja sama yang baik antar instansi yang terlibat dalam keberangkatan dan pelaksanaan MTQ dua tahunan ini. Sebagai kabupaten yang selalu berprestasi terbaik –sebagai juara umum—di setiap MTQ dan juga STQ, Pak Anwar Hasyim tidak ingin periode dia menjadi Ketua LPTQ prestasi itu menurun. Maka perlu persiapan yang matang. Begitu dia memesankan kepada peserta rapat. 

Menjelang pukul 11.10 rapat ditutup. Pak Wabup sendiri bahkan sudah duluan meninggalkan ruang rapat sebelum rapat ditutup resmi karena ada agenda lain yang harus dia laksanakan. Dia minta izin duluan keluar untuk pergi ke satu acara. Kami peserta rapat dapat memahami kesibukan belyau. 

Rapat ketiga. Itulah rapat teknis di kepengrusan LPTQ Kabupaten Karimun yang harus saya laksanakan sebagai tindak-lanjut rapat siang tadi. Beberapa keputusan rapat bersama Wabup perlu ada penjelasan teknis dan pembagian tugasnya. Maka dilaksanakanlah rapat khusus di LPTQ, khusus membahas pelaksanaan TC peserta MTQ. TC sendiri sudah dijadwalkan akan dilaksaakan satu pekan sebelum kenerangkatan. 

Sesuai jadwal, MTQ ke-8 Tingkat provinsi Kepri akan dilaksanakan pada 18-23 September nanti. Maka jadwal TC peserta MTQ Kafilah Kabupaten Karimun dilaksanakan dari 14-17 September 2020. Akan bertempat di Hotel Karimun City, persiapan TC tentu saja perlu persiapan matang. Rapat persiapan TC itulah yang harus saya laksanakan pada siang bakda Jumat. Rapatnya sendiri tuntas menjelasng Asar. 

Itulah sebabnya catatan ini harus pula menyesuaikan waktunya dengan selesainya ketiga rapat tersebut. Jadi, tiga rapat dalam satu hari, itu juga biasa saja. Saya bersyukur karena dapat mengikuti kesemuanya. Hanya Yang Maha Tahu yang tahu kesibukan itu. Dan Dia pula yang saya harapkan memberi berkah terhasdap kegiatan itu.***

Dipublish juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

13 Jun 2020

Webinar Empat Serasa Terpaksa Melompat-lompat

Webinar Empat Serasa Terpaksa Melompat-lompat



Dua Vidcom dalam Satu Kesempatan
Oleh M. Rasyid Nur

MENGAPA harus melompat-lompat? Maksud saya tidaklah melompat dengan kaki. Tidak juga melompat karena mengangkat atau memindahkan kaki saat berdiri. Ini semata pikiran, tindakan  dan hati yang harus melompat-lompat. Dalam satu kesempatan harus mengikuti dua kegiatan. Itulah yang memaksa harus berpindah-pindah tatapan dan pendengaran. Dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Webinar Empat (4) dan HalalBihalal Online yang membuat saya serasa melompat-lompat.
Seperti sudah kita maklum bersama, bahwa hari Jumat (12/06/2020) kemarin, itu  ada lagi gebrakan --istilah yang selalu digunakan Pak Kakankemenag Bintan, Pak Erman-- dilaksanakan Pak Ihsan melalui Media Guru. Webinar 4 itu. Hebatnya kegiatan Webinar 4 karena selain diikuti begitu banyak anggota sekaligus dijadikan ajang launching Majalah Literasi Indonesia. Kegiatan itu bermula pukul 08:00  dan berakhir pukul 10:00-an (lewat). Harus kita acung jempol, Webinar dan Lounching Majalah Literasi terlaksana dengan baik di saat pandemi Covid-19 belum juga usai.
Sekali lagi, Pak CEO mengumumkan perkembangan Guru Penulis di MediaGuru dan Gurusiana. Katanya, ada lima Provinsi dan Kota teratas di Indonesia yang merajai MediaGuru, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Barat dan Sumatra Utara. Pada bagian pengantar dia selalu mengingatkan agar peserta selfian dulu di depan layar Webinar, lalu share agar orang lainnya dapat ikut dan mengikutinya. Selain mengucapkan ‘taqobbalallahu minna waminkum, dst…’ dia menyampaikan informasi perihal Majalah Literasi Indonesia yang memang menjadi salah satu mata acara dalam Webinar ini.
Tokoh literasi yang ditampilkan Pak Ihsan kali ini adalah Kakanwil Kemenag Prov. Sumatra Barat, Bapak H. Hendri, S. Ag, M. Pd. yang merupakan Tokoh Penggerak Literasi Nasional Versi Media Guru Tahun 2019 lalu. Kali ini Pak Kakanwil didapuk sebagai keynote speaker. Dan seperti sudah kita tahu, dia menyampaikan strategi yang dilakukan Sumatra Barat dalam menggerakkan literasi yang disebut nya MTS yang kepanjangannya adalah masif, terstruktur dan sistematis, istilah yang selama ini dikonotasikan negative. Kini menjadi positif di panggulan Pak Hendri.
Kata Pak Kakanwil dalam pemaparannya, untuk mendukung literasi di Sumbar, ada beberapa kebijakan yang dilakukan, misalnya,
1.      Mengeluarkan SK Pengurus KPPL Sumbar sebagai wadah Guru Penulis yang berada di bawah Kementerian Agama Sumbar;
2.      Menjadikan istilah MTs (notabene berarti Madrasah Tsnawiyah) dengan makna Masif, Terstruktur dan Sistemik) dalam usaha menggerakkan literasi di Kemanag Sumbar;
3.      Membentuk KPPL untuk setiap Kota/ Kabupaten dengan melibatkan seluruh Kakankemenag se-Sumbar;
4.      Memberikan penghargaan kepada Kakankemeng Kota/ Kabupaten di Sumbar yang berhasil menggalakkan kegiatan literasi.untuk memunculkan persaingan sehat antar Kakankemenag;
5.      Membuat pojok literasi di ruang tamu VIP yang dilaunching oleh wakil Menteri Agama;
6.      Memberikan reward kepada penulis buku dan KPPL dalam bentuk ngopi pagi, siang, dan sore serta bebas bertemu langsung dan berfoto dengan Kakanwil tanpa protokoler yang berbelait-belit.
7.      Dan masih ada beberapa kegiatannya yang lain yang bermaksud memajukan liteasi di Sumbar khususnya dan di Indonesia umumnya.
 Pada kesempatan Webinar 4 ini juga ada pengenalan aplikasi SOLV yang pada saat Temu Penulis Tahun 2019 kemaren juga telah diperkenalkan. Menurut pengelolanya, para guru yang otomatis punya kemampuan mengajar akan diberi kesempatan untuk bergabung. “Siswa bisa bertanya dan guru sesuai dengan keahliannya bisa menjawab,” jelasnya. Lebih jauh dia mengatakan bahwa setiap kegiatan ini diberikan poin yang dapat ditukar dengan uang dan menjadi penghasilan tambahan bagi guru untuk kesejahteraan. Asyik, kan?
Info terpenting lainnya dari Webinar 4 ini adalah info dari narasumber yang sosoknya sudah sangat familiar dengan kita, Mas Eko Preasetyo, Pemred Media Guru. Dia memberikan detail penjelasan tentang Majalah Literasi Indonesia sekaligus penuh motivasi bagi kita. Majalah yang baru dilaunching ini oleh Mas Eko diberitahu bahwa para anggota MediaGuru dapat mengunduh majalah ini melalui android masing-masing. Silakan dibaca dan dipelajari mekanisme dan tata cara menulis dan mengirimkan tulisan ke alamatnya.
Lalu ada informasi jlimet dari Mas Abdur Rahman yang merupakan Redaksi Pelaksana Majalah Literasi Indonesia ini. Penyuka photografi ini memberikan penjelasan bagaimana foto-foto pendukung yang memenuhi kriteria foto-foto terbaik yang naik di majalah ini. Tentu saja foto-foto itu akan memberikan citra dan cerita yang banyak dari hasil sebuah jepretan sang fotografernya. Berminat? Kita diberi peluang untuk itu.
Sangatlah banyak informasi yang sejatinya dapat kita ulang saling di halaman ini. Buat saya, sebegitu saja sudah memadai untuk menggambarkan betapa hebatnya Webinar Empat ini. Dan yang lebih hebat, itu adalah karena saya harus serasa melompat-lompat dari satu layar ke layar lainnya karena pada waktu yang sama saya juga tengah mengikuti Vidcon (Webinar) lainnya. Karena saya harus sedikit memberikan semacam masukan –sebutlah ceramah singkat—pada acara Halal Bilhalal Guru dan Orang Tua ‘teman kecil’ dari TKIT Darul Mukmin, maka saya wajib pasang dua layar, satu laptop yang satunya ya di android. Apa boleh buat, harus serasa melompat-lompat. Demi banyak manfaat, ya saya harus berbuat. Salam Literasi untuk semua,***
Dimuat juga di: www.mrasyidnur.gurusiana.id

11 Jun 2020

Tantangan Menulis di Blog Gurusiana Benarkah Serasa Diburu Singa?

Tantangan Menulis di Blog Gurusiana Benarkah Serasa Diburu Singa?

Oleh M. Rasyid Nur
PERNAHKAH Anda dikejar binatang buas? Atau sekadar merasa saja? Merasa dikejar dalam mimpi, misalnya? Jika pernah, sudah pasti kita tidak ingin lagi. Pasti menakutkan. Jangankan dikejar harimau atau singa, dikejar oleh kerbau 'mengamuk' saja sudah pasti sangat menakutkan. Akan tahu dan terasa oleh kita, sedang ada dimana darah dan perasaan kita pada saat itu.

Analogi itu boleh saja teman-teman anggap berlebihan. Lebay. Terlalu hyperbol jika yang saya maksud perasaan takut dalam tulisan ini hanya takut dikejar deadline menyetor (memosting) tulisan di Gurusiana. Waduh, benar-benar lebay, kata teman-teman? Tapi tunggu. Saya mau bertanya lagi, apa perasaan kita ketika tiba-tiba kita sudah berada di penghujung batas waktu mengirimkan naskah untuk satu tugas atau tanggung jawab menulis yang sudah ditetapkan waktunya?

Saya hanya ingin berbagi cerita. Ketika pertama Gurusiana membuat tantangan menulis kepada member blog guru ini medio Januari lalu, semua kita (yang menyatakan dan bertekad ikut) langsung tancap gas. "Saya akan ikut tantangan ini." Begitulah kira-kira kalimat yang keluar dari mulut kita. Dan pada 15 Januari itu adalah tulisan pertama kita sebagai tulisan pertama. Itulah #TantanganGurusiana Hari ke-1 kita yang wajib rutin diposting minimal satu tulisan per harinya hingga 30 hari ke depan. Karena syarat lulus tantangan dan akan mendapatkan pengharagaan (piagam) adalah tidak boleh terputus satu haripun memosting tulisan di blog Gurusiana, maka di sinilah perasaan 'berdebar' yang akan memicu adrenalin itu akan terasa.

Satu kali terjadilah keterlambatan posting karena begitu banyaknya tugas lain kita. Sebagai guru, plus --terkadang-- mengemban tugas lain, tidak selalu mudah mengirimkan tulisan tepat waktu.  Hitungan hari yang akan terdata perhari sesuai catatan waktu di blog (pukul 00.01 s.d 23.59) boleh jadi dalam masa itu kita tidak sempat menylesaikannya. Jika diundur besok (meskipun tengah malam) tetap saja terdata hari yang berbeda. Dan itu artinya kita gagal memenuhi syarat tantangan. Remidi pun menanti. Bukankah itu akan menaikkan denyut jantung kita? 

Di waktu yang lain, ada kendala signal internet di rumah kita atau yang juga di luar kemampuan kita, erornya server blog Gursiana saat kita tinggal selangkah saja untuk memostingnya. Sungguh tidak mengenakkan bagi kita. Ketika kita ingin tetap bertahan dalam role tantangan, artinya kita akan berkejaran dengan keadaan. Pada satu sisi, menyelesaikan tulisan tidaklah pekerjaan mudah. Apalagi bagi pemula. Sementara pada sisi lainnya ada kendala yang tidak mampu kita cerna, seumpama gangguan signal atau masalah kuota di android kita. Di situlah perasaan dikejar-kejar akan dirasa membuat takut. Jantung kita akan benar-benar terasa berlari lebih kencang dari pada badan kita. Apa bedanya dengan perasaan dikejar singa?

Itulah pengalaman yang sebagian kita mungkin merasakannya. Terasa bahagia? Ya. Bisa. Tapi ada yang merasa merana? Mungkin juga ada. Jika pada hari Rabu (10/06/2020) ini, angkatan pertama sudah menginjakkan kakinya pada titik angka #Tantangan ke-148 jangan pernah dikira tidak ada perasaan gundah yang menerpanya. Ancaman remidi jika tersilap langkah, adalah perasaan dan ketakutan lain yang juga ada di perasaan perserta hampir setiap hari.

Kini, meneruskan tantangan itu sudah ‘kepalang basah’ untuk menarik langkah. Sodoran MediaGuru untuk ikut tantangan baru agar sampai ke ‘Titik 365’ dengan kompensasi yang lebih tinggi harus tetap diikuti.  Kata orang tua-tua, ‘Sekali Layar Terkembang, Berpantang Surut ke Belakang’ harus dijadikan pedoman semangat ini. Lomba Menulis Gurusianer Emas MediaGuru dengan tema “The Power of Kepekso, Sukses Tantangan Menulis 90 Hari di Gusiana” yang tengah dijajal ini akan menjadi pijakan untuk terus melangkah ke Titik 365 itu. Semoga sampai.***
 https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/6/tantangan-titik-365-gurusiana-benarkah-bak-diburu-singa-2336250