12 Des 2020

Arip Bersikap Membaca Pernyataan Sikap



Oleh M. Rasyid Nur

TENTANG kejadian penembakan terhadap anggota salah satu Ormas Islam yang terus viral beritanya di media, telah menimbulkan sikap prokontra di antara sebagian masyarakat. Di antara yang memahami ada pula yang tidak atau belum bisa memahami. Masyarakat itu boleh jadi kita yang berkumpul di sini atau yang berada di luar. Peristiwa yang menimpa FPI, ini sudah pasti menyulut simpati.

Baik sebagai orang beragama maupun sebagai manusia secara umum, kita tentu saja prihatin dengan melayangnya nyawa seperti itu. Enam orang anak-anak muda dalam waktu yang hampir sama. Bahkan dapat disebut bersamaan karena dalam peristiwa yang sama. Perasaan pula yang beredar di masyarakat yang melahirkan pro kontra itu.

Banyak reaksi yang muncul. Salah satunya adanya pernyataan sikap dari masyarakat atau kelompok masyarakat. Munculnya pernyataan sikap dari Ormas Islam seperti dari IPHI ini, misalnya adalah contoh reaksi itu. Dan itu bisa diartikan sebagai bentuk perhatian sesama seagama atau sesama manusia. Pernyataan yang dimuat di beberapa media, ini sampai juga ke hadapan kita. Kitapun ikut membacanya.

Terlepas dari apapun bunyi pernyataan itu, bagi kita tentulah berhati-hati dan waspada membacanya adalah cara terbaik. Tidak harus ikut-ikut terbawa perasaan (emosi) yang bisa tidak terkendali. Padahal perasaan tidak terkendali adalah sumber masalah bahkan sumber malapetaka dalam komunikasi di antara manusia.

Saya tidak keberatan adanya pernyataan sikap. Malah itu perlu sebagai bukti adanya perhatian sesama manusia atau sesama seagama. Coba kita simak dan cermati bunyi pernyataan sikap dari IPHI yang dikeluarkan hari Rabu (09/12/2020)  atas kejadian di Jalan Tol Cikampek Km 50 pada 7 Desember lalu itu. Saya mengutip pernyataan yang dimuat di situs hajinews.com sebagai berikut,

1.Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) sangat prihatin dan menyesalkan atas terjadinya peristiwa kelabu yang sangat memilukan, dan kami menyampaikan bela sungkawa yang mendalam atas peristiwa penembakan yang mengakibatkan 6 orang santri muda anggota Front Pembela Islam (FPI) meninggal dunia.

2.Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) mendesak untuk segera dibentuk Tim Independen Pencari Fakta yang melibatkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), lembaga-lembaga independen dan tokoh-tokoh kredibel penggiat kemanusiaan dan hak asasi manusia untuk menyelidiki dan menyusut secara tuntas dan transparan kasus ini.

3.Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) mendorong semua pihak agar mengedepankan dan menghargai proses hukum secara konsisten dan konsekuen serta meminta pimpinan Polri untuk bersikap jujur dan memberi informasi sebenar-benarnya terkait peristiwa kelabu yang mengakibatkan 6 santri muda menjadi syuhada.

4.Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) meminta Alim Ulama, Tokoh Adat beserta masyarakat untuk tetap tenang dan terus melakukan tabayun terhadap semua informasi terkait peristiwa kelabu yang terjadi dan tidak mudah terprovokasi.

5. Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) menghimbau semua elemen bangsa untuk senantiasa berdoa dan melakukan yang terbaik demi terjaganya keutuhan bangsa dan terwujudnya Indonesia yang lebih baik.

Tidak ada yang berlebihan dari pernyataan sikap itu. Oleh karena itu tidak harus juga kita berlebihan menyikapinya. Yang diperlukan tentu saja kearifan kita membacanya. Semakin arif kita menyikapi pernyataan sikap itu, semakin baik pula hasil yang akan didapatkan. Sebaliknya, semakin tinggi nuansa emosi kita membacanya, maka semakin besar pula kekisruhan akan tiba. 

Jadi, mari disikapi secara arif apa yang dinyatakan oleh organisasi haji Indonesia itu. Arif, artinya kita membaca apa adanya. Kebenaran info dan tindakan yang benar dari semua pihak, itulah yang diharapkan dari kearifan ini. Kita prihatin, ya. Ini peristiwa hilangnya nyawa manusia Kita ingin itu diselesaikan secara baik dan transparan, ya. Karena kita masih berperintahan yang sah dan wajib menyelesaikan kasus hilangnya nyawa ini dengan baik dan benar. Pasti kita tidak berharap ada kisruh lain yang menyertainya.***

Juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id



SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar