SANGAT-sangat mengagumkan. Menegangkan. Mendebarkan juga. Indonesia menunjukkan tajinya pada even Indonesia Masters 2020, ajang adu hebat pemain bulutangkis dunia. Dari lima nomor partai, Indonesia menyabet tiga: ganda putra, ganda putri dan tunggal putra. Malah, di ganda putra, itu beradu hebat sesama 'anak garuda'. Hebat, tentunya.
Buat yang tidak sempat menyaksikan pada pertandingan yang dihelat Ahad (19/01/2020) itu, kebetulan ini ada catatan tersendiri hyang sudah diposting juga di salah satu website (guru) yang penulis kebetulan ikut menjadi member di situ. Judul catatan itu, 'Mencontoteladani Semangat Indonesia Masters 2020 untuk Semangat Guru' yang dimuat di jhari yang sama. Inilah catatan itu.
Buat yang tidak sempat menyaksikan pada pertandingan yang dihelat Ahad (19/01/2020) itu, kebetulan ini ada catatan tersendiri hyang sudah diposting juga di salah satu website (guru) yang penulis kebetulan ikut menjadi member di situ. Judul catatan itu, 'Mencontoteladani Semangat Indonesia Masters 2020 untuk Semangat Guru' yang dimuat di jhari yang sama. Inilah catatan itu.
Ketika dua partai final
bulutangkis Indonesia Masters 2020 saling berhadapan antara pemain Indonesia
dan Denmark, tidaklah salah jika ada perasaan penonton atau rakyat Indonesia
bahwa ini adalah ‘perang’ antar Negara, Indonesia- Denmark. Setidak-tidaknya
perang di lapangan karpet bukutangkis itu.
Perang pertama tersaji ketika partai
ganda putri maju ke lapangan, dan akan saling berhadapan antara pasangan
Greysia Polii/ Apriyani Rahayu (Indonesia) itu dengan pasangan Maiken
Fruergaard/ Sara Thygesen (Denmark) pada partai puncak bulutangkis Indonesia
Masters 2020 sore Ahad (19/01/2020) itu. Sudah pasti para penonton yang
memenuhi stadion di satu sisi merasa bangga sekaligus waswas di sisi lain.
Bangga, karena pasangan rangking 8 itu berhasil menembus final. Waswas, karena
akan menghadapi pemain Denmark berpostur tinggi yang terkenal smes kerasnya itu.
Perang kedua adalah saat Antoni
Sinisuka Ginting akan menghadapi Anders Antonsen di partai final terakhir sore
hari yang sama. Psotur tubuh kedua pebulutangkis juga bak bumi dan langit.
Ginting kelihatan kecil sekali berbanding Antonsen yang jangkung.
Permainan pada partai ganda
putrid ini benar-benar mendebarkan. Harus diselesaikan dalam rubber set alias
perpanjangan set. Set pembuka, srikandi Indonesia tidak berkutik. Sepertinya
akan dengan mudah diselesaikan oleh si Jangkung Denmark dalam dua set langsung.
Tapi yang terjadi adalah
sebaliknya. Setelah berhasil memperpanjang permainan dengan memenangkan set
kedua, Greysia-Polii bahkan dengan penuh semangat memenangkan set penentu.
Sangat panjang set ketiga ini karena harus melewati angka game normal, deuce
atau angka yang sama pada point satu angka terakhir. Dan regu Merah-Putih
sukses memenangkan set ini setelah pemain Denmark melakukan kesalahan sendiri.
Begitu pula pada partai final
tunggal putra yang dimainkan di jadwal terakhir, final Indonesia Masters sore
Ahad itu. Antoni Ginting yang takluk pada set pertama, justeru berbalik unggul
dua set berikutnya. Sungguh mendebarkan walaupun akhirnya Merah-Putih berkibar
untuk posisi paling atas. Perang Denmark vs Indonesia ini dimenangkan
Indonesia.
Sesungguhnya yang ingin kita
catat di sini adalah semangat para pemain Indonesia itu. Mereka benar-benar
pantang menyerah. Semangat pribadi demi Bangsa sendiri mereka tunjukkan di
haddapan para supporter yang terus-menerus memberikan semangat. Setitik pun
mereka tidak menampakkan kelelahan, apalagi putus asa dalam permainan yang begitu
lama.
Bagi kita, guru Indonesia,
bukankah semangat itu jua yang membuat kita tidak pernah putus asa dalam
menghadapi bermacam kendala dalam tugas? Dari gaji yang (mungkin) diterima
terlambat hingga kenaikan pangkat yang lazimnya juga terlambat, tapi tidak
membuat kita datang ke sekolah terlambat. Perangkat pembelajaran yang begitu
rumit dan banyak sekali, tidak juga membuat kita berhenti menghadapi anak-didik
kita.
Maka teruslah kita bersemangat.
Semangat para pemain bulutangkis yang kita saksikan sore itu kiranya menambah
atau setidak-tidaknya mempertahankan semangat yang sudah ada di dada kita.***
0 Comments:
Silakan Beri Komentar