20 Apr 2020

Perintah dalam Islam itu Linier

Oleh Mohammad Nasrudin

PEMILIK saham dalam kehidupan ini, adalah Allah secara mutlak. Selain Allah adalah makhluk yang tidak memiliki pilihan sedikit pun selain taat, patuh, dan menuruti perintah Allah. Begitu juga kita manusia yang lemah ini.

Apakah makhluk bisa mengingkari perintah Allah yang memiliki saham tunggal dalam kehidupan ini? Kalau pertanyaan nya bisa apa tidak, ya jawabannya pasti bisa, karena Allah berikan otak, hati dan perangkat Indra lainnya untuk menguji komitmen dan ketaatan manusia terhadap perintah Allah.
Apakah otak yang Allah berikan kepada manusia dipakai untuk mentaati Nya atau dipergunakan untuk mengingkari perintah Nya. Di sinilah ujian sebenarnya sedang berlangsung.

Namun jika pertanyaannya, boleh tidak makhluk mengingkari perintah Allah?, Klo pertanyaan nya boleh apa tidak, tentu saja tidak boleh. Karena Allah sungguh dzat yang paling tahu, paling berkuasa, paling mengetahui rahasia dibalik setiap peristiwa.

Artinya, jika ada makhluk melakukan pengingkaran terhadap perintah Allah, maka Allah pasti akan memberikan balasan, Allah pasti akan menghukumnya. Meskipun hukuman terhadap orang beriman atas pengingkarannya terhadap Allah merupakan bentuk kasih sayang Allah, yang menghendaki agar manusia kembali ke kesadaran dan fitrahnya bahwa makhluk tidak punya apa-apa, tidak punya daya,tidak punya pilihan selain mentaati segala perintah Allah.

Nah, sekarang bentuk perintah Allah kepada makhluknya bersifat linier mengikat dan bersyarat ketika dilakukan secara berjenjang.yang dimaksud berjenjang itu begini. Allah menciptakan Nabi dan rosul adalah sebagai wasilah Allah untuk memperkenalkan sifat sifat Allah kepada makhluknya yang lain. Khususnya manusia.

Manusia tidak akan mengenal siapa Allah, bagaimana sifat sifat Allah, bagaimana hukum hukum Allah, jika tidak diperkenalkan oleh nabi dan rasul sebagai utusannya. Maka Rosululloh itu adalah wakil Allah yang ada di bumi.

Maka fungsi Rosululloh sebagai wakil atau utusan, tidak boleh bertentangan dengan kehendak Allah sebagai pemilik saham tunggal. Makanya apa yang disampaikan oleh nabi dan rasul sesungguhnya adalah wahyu atau kalam atau ucapan sang pemilik kehidupan ini. La yantiqu anil hawa in huwa illa wahyu yuuha. Apa yang diucapkan nabi itu bukan atas kehendak nafsu dan logika nya sendiri, namun merupakan wahyu yang juga kehendak Allah, dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Karenanya segala perintah nabi adalah perintah Allah.

Rosululloh sebagai utusan Allah, memperkenalkan eksistensi Allah dengan segala sifat-sifat yang dimiliki Nya kepada para sahabat yang hidup se-zaman dengan hidup nya nabi. Segala informasi yang diterima oleh para sahabat dari nabi secara langsung tidak perlu diragukan lagi kualitas validitasnya. Krn mereka para sahabat langsung bersentuhan dengan Rosululloh. Lalu Sahabat menurunkan informasi wahyu ini kepada tabiin, kepada tabiit tabiin, dan seterusnya diturunkan ke para ulama hingga sampailah informasi tentang wahyu Allah ini kepada kita semua umat akhir zaman. Artinya kita tidak akan mengenal Allah, Rosululloh,dan ulama ulama salafussholeh jika tidak diperkenalkan, diajarkan oleh para ulama.ulama adalah pewaris nabi, yang mendapatkan keilmuan tentang wahyu secara bersanad, turun temurun dengan keilmuan yang tidak hanya belajar secara teks book, namun para ulama memahami rasa, konteks keilmuan dari ilmu yang mereka pelajari.

Ulama adalah warisan nabi, yang harus kita pegang kuat kuat agar kita tidak tersesat sebagai makhluk akhir zaman ini. Kita tidak boleh menggunakan logika dan perasaan kita untuk beribadah dan melakukan persembahan kepada Allah. Ibadah kepada Allah yang meskipun kita dasari dengan ketaatan, namun jika tidak didasari ilmu yang diajarkan oleh ulama yang disanadkan kepada ajaran nabi dan wahyu, maka ibadah tersebut pasti ditolak oleh Allah. Al amalu bila ilmin mardudun.

Yang dimaksud perintah Allah linier bersyarat adalah seperti ini. Annisa 59 menjelaskan, hai orang-orang beriman, ta'atilah Allah dan rosulNya dan Ulil Amri minkum.

Artinya begini, Allah perintahkan umat yang beriman agar mentaati perintah Allah rosulNya dan Ulil Amri. Perintah nabi Muhammad Saw wajib kita taati selama perintah nabi disanadkan kepada Wahyu Allah SWT. Dan pasti perintah nabi Muhammad adalah berisi wahyu karena apa yang diucapkan oleh nabi adalah wahyu. Dan Nabi adalah al Qur'an berjalan yg menjadi contoh bagi umat manusia.

Ulil Amri yakni ulama dan Umaro sebagai pewaris nabi, himbauanya, perintahnya wajib kita ikuti, kita taati selama fatwa, himbauan dan perintah nya tersebut disanadkan kepada ajaran nabi dan wahyu. Dan sebaliknya, himbauan dan perintah Ulil Amri tidak wajib kita ikuti jika tidak disanadkan kepada ajaran nabi dan wahyu.

Namun jika himbauan, dan perintah Ulil Amri ini  sudah sesuai wahyu, sunnah, maka tidak ada alasan bagi umat untuk mengingkari nya dengan alasan apapun. Apalagi hanya dengan alasan logika dan perasaan untuk mengingkari perintah dan himbauan Ulil Amri. Tidak semua perintah Allah, rosulNya dan Ulil Amri bisa dipahami dan masuk ke akal pikiran orang awam. Inilah dibutuhkan keimanan untuk memahami perintah ini. Bukan logika dan perasaan. Makanya, Allah dalam redaksi surat an-nisa 59 berbicara kepada orang orang beriman. Bukan kepada orang orang yang berakal.

 Jadi yang mau menuruti perintah Ulil Amri yang sudah mensanadkan kepada ajaran Allah dan rosulNya adalah manusia beriman meskipun dia tidak menggunakan akalnya. Seperti abu bakar Ash-Shiddiq yang mengimani perintah isro' dan mi'raj yang melakukan perjalanan super jauh, dan ditempuh dalam semalam,  meskipun tidak masuk ke akalnya saat itu.

Sedangkan orang orang yang mengingkari perintah Ulil Amri yang sudah mensanadkan kepada Allah dan rosulNya adalah orang orang berakal, namun kurang beriman. Agama itu adalah riwayat, dalil, yang tidak bisa kita lakukan tanpa tuntutan ilmu yang diajarkan oleh Allah dan rosulNya. Ibadah dan amal yang tidak didasarkan pada Wahyu,dan sunnah Rosululloh dan arahan Ulil Amri jika bersinggungan dengan urusan dunia dan akhirat, maka amal dan ibadahnya akan ditolak.

Karena agama ini milik Allah sebagai pemilik saham tunggal kehidupan ini. Karena agama milik Allah, maka semua amal dan perbuatan kita harus disandarkan kepada perintah Allah, rosulNya, dan Ulil Amri bukan kepada logika dan hawa nafsu kita sendiri.

Semua masjid dan umat wajib mengikuti arahan ulama dan Umaro jika tidak ingin keluar dari sanad ajaran Allah dan rosulNya. Bertindak masing-masing merupakan bentuk mufarroqoh yang mereka harus pertanggungjawabkan di hadapan Allah, darimana ilmu yang mereka yakini diwarisi?

Semoga bermanfaat dan bisa dipahami

Monas Inspire
Mochammad Nasrudin

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar