17 Sep 2020

Catatan Webinar XI Media Guru Indonesia (Bag. 3)


Oleh M. Rasyid Nur

WEBINAR XI Media Guru Indonesia yang dilaksanakan pada hari Ahad (13/09/2020) kemarin itu adalah webinar penting yang pernah dilaksanakan oleh Media Guru. Tentu saja 10 webinar sebelumnya adalah webinar terpenting pula bagi kita semua. Temanya memang selalu berbeda-beda setiap kali ada webinar. Makanya terasa selalu penting bagi kita untuk setiap webinar.

Webinar kali ini adalah webinar yang disejalankan dengan lounching buku baru Media Guru berjudul Pejuang Liaterasi. Buku antologi dari 123 orang penulis yang dihasilkan bersempena peringatan HUT RI. Itulah sebabnya judulnya juga berbau perjuangan. Tapi yang menarik juga adalah bahwa pada webinar ini, selain kesempatan menyerap ilmu dan informasi penting dari Pak CEO, Muhammad Ihsan --meskipun sekilas—lalu dari Mas Eko, Pimpinan Redaksi Media Guru dan beberapa pejuang literasi lainnya seperti Bu Wiwik (host) dan Bu Sri Subekti (moderator), juga yang utama itu adalah tampilnya empat orang nara sumber yang masing-masing memberikan pencerahan yang begitu penting bagi kita.

Catatan --ketiga-- ini akan menampilkan satu orang lagi dari empat orang narasumber yang tampil. Pastinya ini sebagai pemotovasi kita dalam memperjuangkan literasi di Bumi Pertiwi bahkan di dunia. Kita tahu, keempat nara sumber ini tampil begitu memukau dengan kreasi literasi mereka. Pada tulisan ini saya membuat catatan dari nara sumber hebat yang tampil kedua yaitu, Ibu Ade Kurniawati, SPd seorang guru BK (Bimbingan dan Konseling) di SMA Negeri 5 Sijunjung, Sumatera Barat.

Guru dan ruangan BK yang konotasinya selalu sebagai guru dan ruangan yang ditakuti atau dijauhi siswa justeru di tangan Bu Ade sebaliknya. Dia membuat ruangannya menjadi ruangan yang disenangi dan diminati oleh para siswa. Dengan judul paparan Merajut Literasi di Ruang BK Bu Ade menetapkan empat latar belakang yang menjadi dasar pemikirannya mengembangkan materi ini, yaitu, 1) Ungkap Isi Hati; 2) Game; 3) Miss Persepsi dan 4) Curhat Lewat Tulisan.

Untuk pemikiran latar belakang , itu kata Bu Ade begini, disebabkan oleh adanya siswa yang tidak bisa mengungkapkan isi hatinya maka kemungkin mereka akan melarikan dirinya ke game. Kemungkinan lainnya adalah miss persepsi yang menyebabkan siswa berbeda dalam memahami atau menafsirkan sesuatu. Menganggap dirinya seperti diasingkan. Maka untuk solusi itu Bu Ade memberikan jalan dengan curhat lewat tulisan berupa tampilan kepustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku motivasi dan inspirasi.

 Di sinilah guru BK ini membuktikan langsung dengan perjuangan lierasinya. Setelah menjelaskan bahwa ruang BK adalah ruang yang menyenangkan, anak-anak diajak masuk dan di situ sudah dia sediakan buku-buku. Itulah buku-buku motivasi dan buku inspirasi yang diharapkan mampu mempengaruhi pikiran para siswa. Anak-anak diajaknya mengungkapkan perasaannya melalui tulisan, selain membaca itu sendiri. Inilah awal literasi, membaca dan menulis.

Ada kebebasan lain yang juga diterapkan di sini. Anak-anak bebas memilih buku dan materi yang dia mau untuk dibaca. Tempat membaca juga bisa di dalam ruangan, bisa juga di luar. Anak-anak juga benar-benar diberi keleluasan untuk berpikir, menyampaikan curahan hati (curhat)-nya dan saling memotivasi di antara mereka.

Menurut Ibu Ade, hasil Literasi ala Guru BK ini terbukti, mampu meningkatkan kemampuan literasi siswa, anak-anak mampu menyampaikan gagasan menarik, mampu juga menyampaikan isi buku yang mereka baca, dan yang hebat itu mereka mampu membukukan tulisan mereka. Fakta lain, katanya bahwa dampak dari literasi BK, ini ternyata kemauan membaca para siswa cukup meningkat. “Sekolah saya itu membaca menjadi budaya,” kata Bu Ade dalam paparannya. “Siswa tidak lagi merasa terpaksa membaca,” tambahnya. Nah, ini benar-benar seuatu yang positif di tengah berita rendahnya tingkat minat membaca anak-anak kita.

Ada empat kesimpulan yang disampaikan Bu Ade melalui slidenya, 1) Membaca jadi budaya; 2) Berpikiran positif; 3) Terbitnya buku; dan 4) GLS berkembang. Jika keempat kesimpulan juga ada di sekolah-sekolah lain, di semua sekolah di Tanah Air ini, sungguh literasi itu bukan lagi sesuatu yang aneh. Dan ingat, ini kreasi guru BK. Bagaimana jika guru-guru Mata Pelajaran (MP) lainnya juga mempunyai kreasi dengan cara lainnya lagi, betapa hebatnya budaya literasi bangsa kita. Gerakan Literasi Sekolah,  Gerakan Literasi Keluarga dan Gerakan Literasi Masyarakat yang bahu-membahu akan menajdikan literasi menjadi budaya bangsa.

Terima kasih, Bu Ade atas paparannya yang memberikan penerahan kepada kami semua. Sukses buat Ibu, buat sekolahnya dan buat kita semua. Kita sambut salam bu Ade, “Salam Literasi, Salam Samangek, Salam Rancak Bana,” Untuk pemberi semangat kepada kita semua. Salaamm.***

https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/09/catatan-webinar-xi-media-guru-indonesia-bag-3-385236




SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar