18 Okt 2020

Ada Literasi di Acara Konsolidasi MUI

DI HALAMAN ini kemarin saya sudah menulis reportase kegiatan MUI (Majelis Ulama Indonesia) Provinsi yang Turba (turun ke bawah) untuk kegiatan konsolidasi kelembagaan di MUI Kabupaten Karimun. Seperti sudah saya laporkan, peserta konsolidasi ini adalah para pengurus MUI Kabupaten dan MUI Kecamatan se-Kabupaten Karimun sejumlah 45 orang. Laporan ini baru deskripsi hingga Jumat (16/10/2020) malam alias hari pertama dari dua hari yang direncanakan.

Setelah kegiatan Jumat malam, itu berakhir menjelang pukul 23 panitia mengumumkan akan dilanjutkan Sabtu (17/10/2020), esoknya . Kata panitia, ada tiga orang narasumber dari pengurus MUI Provinsi Kepri memberikan materi, Pak Azhar Hasyim, Pak Herman Zaruddin dan Pak Edi Sabarani. Ketiganya hadir sebagai pengurus MUI bersama dua orang lainnya.

Pak Azhar yang tampil pada sesi pertama banyak menyampaikan materi tentang pentingnya kepengurusan MUI yang solid. Dari ketua hingga ke anggota pengurus MUI hendaknya orang-orang yang kredibel. Berpengetahuan mumpuni dan disukai masyrakat. Kuat ke dalam dan didukung oleh umat. Pak Azhar Hasyim yang lama menjadi Ketua MUI Kabupaten Karimun sebelumnya juga bercerita tentang pengalamannya menerajui MUI Karimun hingga saat ini menajdi salah satu unsur ketua di MUI Provinsi Kepri.

“Tidaklah mudah menajdi pengurus MUI, apalagi untuk kedudukan sebagai Ketua,” katanya dalam pembahasan tentang kepengurusan MUI. Pak Azhar menjelaskan bagaimana MUI berdiri pertama kali dan dipimpin oleh Buya Hamka. Dengan ilmu dan independensi yang mereka tunjukkan waktu itu, Pemerintah tidak bisa mendikte.

“Buya Hamka bahkan menyatakan lebih baik mundur sebagai Ketua MUI (pusat) waktu itu dari pada harus mengubah sikap MUI,” jelas Pak Azhar. Untuk itu dia mengingatkan, jika nanti MUI Karimun akan memilih Ketua yang kebetulan saat ini pindah tugas ke Ibu Kota Provinsi, maka carilah orang-orang yang layak. Benar, tidak ada orang sempurna karena yang sempurna hanya Allah. Tapi kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang ketua atau pengurus MUI, itu hendaklah dimiliki oleh calon pengurus. Demikian Pak Azhar Hasyim memberikan penjelasannya.

Ada yang menarik dalam pemberian materi penguatan kelembagaan yang disampaikan para sarasumber hari ini. Satu di antara tiga narasumber yang tampil dari di jadwal pagi hingga siang Sabtu (17/10/2020) secara khusus mengaitkan pengutan kelembagaan MUI dengan pentingnya literasi. Jika sesi pertama (Pak Azhar) membawakan topik Pentingnya Kredibilitas Pengurus dan sesi ketiga tampil Pak Edi Sabarani dengan materi Pedomana Operasional MUI, Pak Ermah Zaruddin yang tampil di giliran kedua membawakan materi yang membahas masalah literasi.

Literasi? Ya, materi literasi. Boleh jadi karena Kepala Kantor Kemenag Bintan ini juga penyuka literasi. Bahkan oleh Media Guru, mantan Kepala Kantor Kemenag Tanjungpinang dan Kemenag Karimun ini sudah dinobatkan sebagai Tokoh Penggiat Literasi Nasional dari Provinsi Kepri. Beberapa buku solo dan antologinya sudah diterbitkan di Media Guru. Tidak kurang tujuh judul bukunya sudah terbit.

Dengan materi berjudul Menuju Kepri Provinsi Literasi dengan sub judul Peran Ulama dalam Literasi Pak Erman yang pernah lama memimpin Kantor Kemenag Kabupaten Berazam, ini menyampaikan materi literasi yang pernah juga disampaikannya pada salah satu webinar Media Guru beberapa waktu lalu. Menggunakan slide dalam presentasinya di hadapan pengurus MUI Kabupaten Karimun dan Kecamatan se-Kabupaten Karimun Pak Erman memulai dengan menyebutkan perintah agama untuk menulis.

Mengutip ayat alquran, surah al’alq dia menjelaskan betapa ayat pertama dan ayat-ayat ikutannyayang turun kepada umat dari Nabi Muhammad adalah ayat memerintahkan membaca. Ayat pertama berbunyi, ‘iqro’ yang berarti perintah membaca. Dengan mengutip ayat 1-5 dan hadits Nabi Pak Erman mengatakan kepada para peserta konsolidasi bahwa litersi itu juga sangat penting bagi para ulama.

Pak Erman juga menyitir pernyataan Asya’bi yang meminta orang-orang yang mendengar tentang ilmu maka tulislah walaupu di tembok; atau pernyataan Ma’mir bin Rasyid dan Abu Shalih Alfarra’ yang intinya menganjurkan untuk menulis, pak Erman mengajak para peserta konsolidasi yang adalah panutan masyrakat untuk juga giat di literasi. Saya sendiri yang kebetulan juga menyukai dan ikut bergiat di literasi beberapa kali diingatkannya untuk membantu para pengurus MUI baik di kabupaten maupun di kecamatan agar juga suka literasi. “Siap,” berulang saya jawab sambil tersenyum kepadanya.

Setelah juga menjelaskan tentang kondisi literasi Indonesia yang katanya tingkat membaca bangsa masih rendah, dan mengutip catatan dari sebuah berita perihal imbauan Ketua Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman MUI, Prof Endang Sutari yang mengimbau agar umat Islam menumbuhkan budaya literasi, Pak Erman mengajak perserta konsolidasi untuk menumbuhkan kesadaran literasi secara pribadi. Peran ulama dalam literasi ini hendaknya kita buktikan. Kurang lebih begitu dia mengingatkan peserta konsolidasi.

Pak Erman memberikan beberapa usulan untuk mengembangkan literasi, seperti mengadakan lomba membaca, pengadaan buku bacaan, menyediakan taman baca, kampanye membaca dan beberapa usulan lainnya. Ide-ide dan usulannya itu tentu saja sudah dilaksanakan di tempat-tempat lain atau oleh kalangan lain. Dia mengajak agar di kalangan MUI juga dikembangkan dan dilaksanakan kegiatan seperti itu. Untuk menulis, dia juga mengajak dan meminta para pengurus ini untuk ikut serta. Beberapa usulannya antara lain, mengadakan lomba menulis, melaksanakan kegiatan menulis bareng, pelatihan menulis buku, membuat tulisan wisata Kepri, dan lainnya. Intinya, meskipun para peserta konsolidasi ini adalah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim yang berkutat di MUI, alangkah baiknya juga menajdi penulis. Ajakan ini tentu penting, jika diingat bahwa ilmu yang dimiliki para ulama atau pengurus yang setiap saat disampaikan kepada umat, akan lebih baik jika ditulis dan dibukukan.*** (M. Rasyid Nur)


SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar