Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

8 Agu 2022

Timbal Balik Kebaikan karena Kesadaran

Timbal Balik Kebaikan karena Kesadaran


"APABILA kepadamu diberi kebaikan, maka balaslah kebaikan itu lebih baik dari pada yang diberikan; atau setidak-tidaknya sama dengan kebaikan yang diterima itu." Pernyataan itu dikutip dari makna ayat yang ada dalam alquran. Seumpama seseorang mengucapkan salam, misalnya, balaslah salam itu lebih baik (banyak) dari pada salam yang diterima. Itulah intinya. Insyaallah pemahaman ayat itu sudah selalu diterapkan. Tidak hanya saat menerima salam. Bahkan menerima dalam bentuk materi pun sering orang membalasnya dengan lebih baik atau sekurang-kurangnya sama dengan pemberian yang dia terima.

Tidak berlaku anjuran itu untuk sebaliknya. Jika yang diterima adalah keburukan atau sesuatu yang menyakitkan, tidak dianjurkan untuk dibalas sama atau lebih banyak dari pada yang diterima. Untuk keadaan seperti ini, ada pula satu pernyataan yang pantas diikuti. Kalimat yang sudah menjadi kata indah atau kata mutiara, itu berbunyi, "Ketika kamu merasa sangat terluka atas sikap orang lain, maka berdoalah kepada Allah agar kamu tidak berbuat seperti apa yang telah dilakukannya." Jadi, tidak dianjurkan untuk membalasnya lebih kuat atau bahkan dengan ukuran yang sama sekalipun.

Tentu tidak mudah menerapkan kedua pernyatraan itu. Bisa saja mudah menyebutnya, tapi belum tentu mudah menerapkannya. Fakta dalam hidup kita masih ada diantara kita yang mendapatkan kebaikan tapi tidak membalasnya dengan kebaikan juga. Kenyataan ini tidak hanya dalam hubungan antara kita sesama kita, lebih-lebih dalam hubungan dengan Sang Pencipta.

Mari kita lihat kebaikan Allah kepada kita sebagai hamba-Nya. Semua kebutuhan kita dipenuhi meskipun tidak semua harapan kita diberi. Kita butuh oksigen untuk bernafas agar hidup dengan baik, kita sudah menerimanya selamanya. Tidak pernah kita beli seperti membeli oksigen di Rumah Sakit, misalnya. Kita menanam tanaman untuk mendapatkan hasil (buah) misalnya, kitapun mendapatkannya. Dan banyak lagi, lainnya. Apakah kita sudah membalas pemberian itu dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya? Dapat dipastikan, masih ada yang tidak membalasnya dalam bentuk seperti itu. 

Dalam hubungan sesama manusia juga dapat ditemukan fakta bahwa pemberian yang diterima terkadang lupa kita membalasnya lagi sebagaimana apa yang diterima. Sekurang-kurangnya melakukan tindakan yang dapat berarti memberikan balasan terhadap apa yang kita terima, misalnya. Pertolongan yang sering kita terima dari orang lain, sudahkah kita membalas pertolongan itu? Boleh jadi masih ada atau memang ada diantara kita yang seolah melupakan pertolongan itu.

Tentu saja bagi kita yang menolong, tidak pada tempatnya berharap ditolong kembali. Sesungguhnya anjuran yang diinginkan adalah kesadaran dari kita sebagai penerima pertolongan atau kebaikan itu sendiri untuk membalasnya. Bukan dari sisi pemberi. Allah memberi kita segalanya, tapi Dia tidak akan pernah berharap kita membalasnya. Kita melakukan kebaikan semata atas kesadran kita. Bukan karena permintaan Allah itu. Begitu juga ketika kita menerima dalam hubungan sesama kita, bukanlah karena diminta oleh pemberi baru memberi. Tapi karena kesadaran kita yang menerima bahwa kita sebaiknya memberi juga kebaikan itu sebagaimana kita menerimanya kepada si pemberi. Saya kira begitu.***
(Catatan M. Rasyid Nur)

29 Jul 2022

(Materi Tausiah) Alquran Sebagai Pedoman Hidup*

(Materi Tausiah) Alquran Sebagai Pedoman Hidup*


Asalamualaikum ww, 

Hadirin, jamaah masjid Agung, pendengar setia, mitra Azam FM dan Radio Pemkab Canggai Putri;

SORE ini kita membicarakan topik "Alquran Sebagai Pedoman Hidup" sebagaimana ditentukan panitia Semarak Ramadhan Msjid Agung Kab. Karimun tahun ini.  

Kitab suci kita ini diturunkan pada bulan Ramadhan (Albaqarah: 185). Tentang kapan persisnya, tanggal berapa, tahun berapa memang terdapat beberapa pendapat. Kebanyakan ulama meyakini diturunkan setelah pertengahan Ramadhan. Kitapun kebanyakan memperingati Nuzul Quran pada 17 Ramadhan. Setelah melewati proses yang panjang, dari alquran yang lebih banyak hafalan dan catatan yang berserakan, akhirnya kini terkumpul menjadi satu Kitab Mulia (114 surah dengan 30 juz).

Alquran adalah pedoman utama umat Islam selain hadits. Sabda Nabi, "Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Kamu sama sekali tidak akan sesat selamanya jika berpegang kepada keduanya. (Itulah) kitab Allah (alquran) dan sunnah rasul-Nya (hadits)." Alquran adalah firman langsung dari Allah. Menurut catatan sejarah, turunnya berangsur sejak wahyu pertama hingga terakhir selama kl 23 tahun (22 tahun, 2 bulan dan 22 hari), sejak usia 40 tahun hingga dia wafat (63 tahun).

Alquran juga adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad sebagai bukti kerasulannya sekaligus kitab terakhir yang diturunkan Allah kepada manusia. Kita mengenal Taurat, Zabur dan Injil baru alquran.

Alquran, sebagaimana banyak ayat menerangkannya, bisa dilihat dari tiga fungsi pokoknya, 1) Sebagai Petunjuk Umat Manusia (Albaqarah: 185/ Al-A'raf: 52); 2) Sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam(An-Nisa: 105); 3) Pengajaran Bagi Manusia (Yunus: 57).

Posisi dan Fungsi Alquran  

1) Al-Huda (petunjuk) 1) bagi manusia secara umum untuk beriman dan bertakwa;
2) Alfurqoan (pemisah) antara yang hak dan yang batil;
3) Assyifa (obat) bagi manusia;
4) Al-Mau'izhoh (Nasihat).

Pesan-pesan alquran banyak, misalnya,
1) Disiplin (solat wajib di waktu yang ditentukan/ puasa sesuai waktu);
2) Istiqomah/ konsisten dalam segala hal;
3) Mengajak diri dan orang lain untuk berbuat baik dan meninggalkan keburukan.

Alquran ada 114 surah yang dirangkum kedalam 30 juz. Kita (muslim) yakini ia sebagai firman (pernyataan) Allah yang turun secara berangsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari (kl 23 tahun). Diyakini pula turun pertamanya pada 17 Ramadhan saat usia Nabi 40 tahun. Alquran dihormati sebagai satu mukjizat kepada Muhammad sebagai bukti kenabiannya. Kata alquran sendiri disebut sampai 70 kali di dalam alquran.

Intinya Al-Qur'an memberikan petunjuk agar umat manusia dapat terus berjalan di jalan yang lurus. Manusia harus hidup dengan baik dan benar (jalan yang lurus) itu. Al-Qur'an menjelaskan, mana yang salah dan mana yang benar, serta peringatan-peringatan agar terus mempertahankan iman membina takwa semata kepada Allah. 

Fungsi Al-Qur'an lainnya adalah untuk menjelaskan kepribadian manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya yang ada di bumi. Manusia adalah makhluk yang dibekali akal, bisa membedakan baik dan buruk, dan membuatnya berbeda dengan binatang yang sama-sama ciptaan Allah. Alquran juga sebagai kitab penyempurna kitab-kitab yang sebelumnya sudah diturunkan Allah kepada rasul-Nya terdahulu.

Sebelum Al-Qur'an, ada beberapa kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi, seperti Injil, Taurat, dan Zabur. Kitab-kitab Allah sebelumnya, ditujukan hanya pada umat pada zaman tersebut saja, berbeda dengan Al-Qur'an yang digunakan sampai akhir zaman. Karena itu alquran juga menjelaskan masalah yang pernah diperselisihkan umat sebelumnya. Terdapat juga cerita-cerita dari masa lalu yang kemudian, berdasarkan kisah umat terdahulu itu manusia sekarang dapat belajar dan memperlajarinya. Sesungguhnya isi kandungan alquran teramat sempurna dan tidak mampu manusia menjelaskan secara sempurna.***

*Disarikan dari berbagai sumber

26 Jul 2022

Imam dan Takmir Masjid akan Mendapat Honor?

Imam dan Takmir Masjid akan Mendapat Honor?


PERANGKAT masjid seperti Pengurus atau Takmir Masjid dan Imam adalah mutlak adanya untuk keberadaan sebuah masjid. Keberadaan Takmir Masjid sebagai orang-orang yang mengendalikan dan mengelola masjid akan menentukan hidup-mati atau maju-mundurnya sebuah masjid. Sementara Imam Masjid menjadi hal penting berkaitan peranan masjid sebagai sebuah rumah ibadah. Solat yang dilaksanakan di masjid berkaitan langsung dengan imam. 

Jika ada info bahwa Kemenag (Kementerian Agama) akan menyusun ketentuan perihal pembayaran honor Imam dan Takmir Masjid tentu saja itu berita bagus bagi pengelolaan sebuah masjid. Seperti berita yang diposting Sitha di laman hajinews.id hari Senin (25/07/2022) kemarin dalam judul tulisan Kemenag Susun Aturan Honor Imam dan Takmir dari Negara dan Kas Masjid menjelaskan kepada kita kalau Kemenag mulai memperhatikan kesejahteraan pengurus masjid. Benarkah begitu?

Menyitir berita itu dikatakan, setidak-tidaknya ada tiga sumber pembiayaan untuk honor imam dan takmir masjid yang tengah disusun. Ketiganya adalah dari keuangan negara (APBN dan APBD) serta pendapatan kas bulanan masjid itu sendiri. Hanya saja, dikatakan bahwa pendapatan kas bulanan menjadi pertimbangan utama untuk pemberian honor. Pertanyaannya, akan cukupkah uang infak-sedekah masyarakat itu untuk membayar honor imam dan pengurus jika akhirnya Kemenag berharap pembayaran honor itu semata dari keuangan masjid?

Benar apa yang dikatakan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kemenag, Pak Adib yang mengatakan bahwa langkah ini sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan imam dan takmir masjid. Mengutip tulisan itu, “Kami di Kementerian Agama sedang menyusun standardisasi honorarium kemasjidan. Hal ini merupakan upaya untuk menyejahterakan imam tetap dan takmir di masjid-masjid.” Lagi-lagi kita akan bertanya, kecuali Pemerintah menganggarkan dari APBD atau APBN apakah uang kas masjid yang tidak selalu cukup untuk biaya lampu, kebersihan dan penjaga masjid akan cukup membayar honor imam dan takmir masjid secara rutin?

Memamng wajar dan sudah pada tempatnya jika Kemenag memikirkan upaya peningkatan kesejahteraan imam dan takmir masjid. Selama ini, mereka adalah mitra Kemenag untuk membangun masyarakat yang saleh dan moderat, serta menjaga kerukunan umat beragama. Dan jika imam atau khotib diberi sekadar uang transport selama ini tentu saja itu belum memadai. Kini Kemenag memikirkan upaya peningkatan kesejahteraan itu. Sekali lagi, itu sangatlah tepat. Tapi ujung-ujungnya niat ini nantinya akan terbentur pada tidak atau belum adanya anggaran itu sendiri. Jadi, informasi itu akan menjadi pemanis berita saja.

Dikatakan, "Standardisasi honorarium kemasjidan ini juga diharapkan dapat mendorong profesionalisme pengelolaan masjid. Melalui penyusunan standardisasi honorarium kemasjidan ini, kami berharap imam tetap dan takmir masjid fokus pada tugasnya masing-masing. Apalagi kebutuhan imam tetap masjid di Indonesia semakin hari semakin tinggi.” Tidak ada yang salah dari berita itu. Hanya saja, akankah penyusunan rencana pembayaran akan terwujud atau baru sekadar wacana saja, sejarah juga yang akan membuktikannya nanti.

Sebagai masyarakat dan jamaah masjid, kita tentu saja sangat berharap kiranya imam dan pengurus masjid yang full mengurus masjid, itu mendapatkan honor dari tenaga dan pikiran yang diberikannya untuk mengurus masjid. Jika kelak imam dan takmir masjid itu menajdi sebuah profesi dan orang-orang yang berkompeten bisa sepenuhnya bekerja untuk mengurus dan engelola masjid, tentulah itu sangat baik. Kita menunggu realisasinya.***

22 Jul 2022

Ber-MTQ Tidak Semata Mengejar Juara

Ber-MTQ Tidak Semata Mengejar Juara


SINYALEMEN yang beredar di arena MTQ (Musabaqah Tilawatir Quran) ke-9 Porvinsi Kepri sejak dibuka Gubernur Kepri, Ansar Ahmad hari Kamis (14/07/2022) malam hingga hari ketiga bahkan hingga hari terakhir adalah isu adanya oknum-oknum tertentu yang berusaha mencari kemenangan dengan cara tidak baik. Pelaksanaan MTQ yang tidak memuaskan beberapa pihak di satu sisi, dan terjadinya penyusunan jadwal Dewan Hakim (DH) yang tidak proporsional di sisi lain adalah penyebab sinyalemen itu muncul,

Ketika jadwal tugs DH dishare grup DH malam menjelang pembukaan esok harinya, berbagai spekulasi beredar. Pertama, mengapa DH dari daerah tertentu terlalu banyak jumlah personelnya berbanding daerah lainnya. Kedua, ada jadwal DH untuk bidang tertentu diisi oleh orang yang diduga akan berpihak dalam memberikan penilaian. Dari tiga orang DH yang diberi amanah kesemuanya diduga dari satu daerah atau paling tidak akan berpihak kepada satu daerah tertentu. Fakta itu sempat dipertanyakan oleh pengawas DH yang menduga kemungkinan setting 'buruk' itu. Tapi nyatanaya sampai pelaksanaan di lapangan jadwal itu tetap dilaksanakan.

Lalu ketika pengumuman pemenang yang akan berlaga di final disampaikan panitia, ternyata ada peserta yang menurut penonton dan pendengar atau ofisial lebih baik penampilannya malah tidak masuk ke babak final. Sementara tiga orang yang masuk ke final, dua diantaranya dinilai oleh penonton lebih jelek penampilannya dari pada peserta yang tidak masuk final. Maka sinyalemen awal itu seolah terbukti. Dan ada banyak info-info yang nuncul selama berlangsungnya MTQ.

Sesungguhnya lomba membaca dan memahami alquran sejatinya tidak semata mengejar juara saja. Seharusnya setiap orang yang terlibat dalam MTQ memahami bahwa mengamalkan nilai-nilai alquran itu lebih penting dari pada kejuarannya. Itu berarti kejujuran dan tanggung jawab kepada Tuhan jauh lebih penting dari pada juara itu sendiri.***  

9 Jul 2022

(Konsep) Idul Adha Ujian dan Hikmah Keikhlasan

(Konsep) Idul Adha Ujian dan Hikmah Keikhlasan


IDUL ADHA UJIAN DAN HIKMAH KEIKHLASAN* 

 

Muslimin-muslimat, jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah.

Alhamdulillah, pertama-tama, marilah bersyukur kepada Allah Swt, yang memberikan rahmat dan nikmat begitu luas kepada kita. Marilah pula kita manfaatkan segala kenikmatan itu untuk mengabdi kepada-Nya sebagai manifestasi ketaatan dan rasa syukur kita kepada-Nya. Melaksanakan ibadah haji dan pemotongan hewan kurban adalah sebagian implementasi ketaatan kita kepada Allah Swt itu.

Selanjutnya, salawat dan salam mari kita doakan untuk Nabi Besar Muhammad Saw, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi hingga hari kiamat nanti.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Hadirin, Ibadah haji, salat Idul Adha dan kurban tidak bisa dilepaskan dari sejarah kehidupan Nabi Ibrahim AS. Tiga peristiwa penting itu tidak bisa lepas dari prosesi pelaksanaan Hari Raya Idul Adha, itulah, ibadah haji, salat ‘Id dan penyembelihan hewan kurban yang nanti akan kita laksanakan. 

Ibadah utama dalam Idul Adha adalah pelaksanaan ibadah haji. Tahun ini untuk pertama Pemerintan Indonesia mengirimkan Jamaah Calon Haji (JCH) ke Tanah Suci setelah dua tahun tidak mengirimkannya disebabkan covid-19. Pemerintah Arab Saudi tidak mengizinkan jamaah dari luar Negaranya untuk menjalankan rukun Islam kelima ini selama covid masih mewabah. Hanya warga Arab Saudi dan warga Asing yang berada di Arab Saudi saja yang diperkenankan. Alhamdulillah tahun ini kembali dikirimkan, meskipun setengah dari jumlah kuota normal. Kita tetap sabar untuk keadaan itu. Kata Allah, wasbiruu...innaloha maassobiriin. 

“Dan bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.

Sesungguhnya tuntunan sabar yang diwajibkan Allah kepada kita akan sempurna ketika kita juga memiliki kerelaan atau keikhlasan menerima cobaan. Setiap orang yang sabar memiliki keuntungan tersendiri. Orang yang sabar pasti memiliki harapan dan tidak akan putus asa karena gagal dalam urusannya. Iman seseorang pun sangat kuat kaitannya dengan kesabaran orang tersebut.

Kesabaran adalah sikap yang paling dibutuhkan dalam menjalankan ibadah haji. Ibadah haji merupakan ukuran ujian kesabaran. Seluruh rangkaian ibadah haji membutuhkan kesabaran, mulai dari menabung uang, saat pendaftaran, masa menunggu keberangkatan, saat berangkat, sampai dengan pelaksanaan dan kembali ke kampung halaman. Tanpa kesabaran, jamaah haji tidak akan mampu melewati rangkaian ibadah yang memerlukan kekuatan mental dan fisik seperti tawaf, sa’i, wukuf, melempar jumrah dan lain-lainnya itu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Itulah hikmah pertama dari keikhlasan dalam kehidupan khususnya dalam melaksanakan ibadah haji. Hikmah kedua dari keikhlasan atau kerelaan yang disebut juga dengan tawakal adalah akan beriringannya tawakal dengan iman. Pada hakikatnya orang tawakkal adalah orang beriman. Tawakal sangat diagungkan bagi seorang mukmin karena merupakan bagian dari hati yang akan membawa kita ke jalan kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 159 dinyatakan:

“Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”

Begitulah ibadah haji yang pada hakikatnya akan menguji sekaligus memupuk sikap ikhlas kita. 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Ibadah kedua yang berkaitan dengan Idul Adha adalah pelaksanaan salat ‘Ied seperti yang saat ini kita laksanakan. Salat Id akan mempererat tali silaturrahim diantara kita. Silaturahim harus terjaga, terutama saat kita bersama di solat Id seperti ini. Salat Idul Adha kita kerjakan secara berjamaah yang akan mempertemukan kita di rumah Allah ini. Perintah Allah agar kita tetap menjaga silaturrahim sesama muslim khususnya akan dapat kita lakukan dengan adanya solat Id ini. Sebaik-baik muslim adalah orang yang selalu menjaga hubungan silaturrahim diantara manusia.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Ibadah ketiga yang kita lakukan adalah pemotongan hewan qurban. Ibadah qurban bisa menjadi bukti kepekaan sosial masyarakat yang mampu secara ekonomi terhadap yang miskin. Qurban semakin memberikan kesadaran kepada kita, bahwa harta yang kita miliki bukanlah mutlak milik kita semata. Harta dan materi di dunia hanya titipan dari Allah Swt, yang di dalamnya terdapat hak orang lain. Kenikmatan yang kita rasakan tidak akan berkurang sedikitpun ketika harus berbagi dengan orang lain melalui pemberian hewan qurban. Berbagi itulah salah satu bukti kita mensyukuri nikmat Allah yang maha banyak ini. Kita sadar betul bahwa nikmat Allah itu memang begitu banyaknya. Firman Allah,

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Tentu saja pengorbanan harta tidak semata melalui hewan qurban. Ada banyak kesempatan kita untuk membuktikan pengubanan kita. Terkhusus dalam rangka menyelesaikan pembangunan masjid kita yang saat ini masih dalam pembangunan, ini misalnya. Kurban itu bisa berupa uang atau bentuk lain seperti membantu dengan tenaga atau lainnya. Saat ini kita sedang menggesa pembangunan kubahnya, mari kita buktikan keikhlasan kita dalam meneruskan pembangunan ini. Inilah kurban yang juga akan dinilai Allah sebagai bagian rasa syukur kita atas nikmat-nikmat-Nya itu. Kita harus ikhlas untuk ini.

Bayangkan ujian keikhlasan Ibrahim saat diminta Allah memberikan anaknya yang semata wayang. Ibrahim ikhlas memberikannya. Begitu juga Ismail, ikhlas atas permintaan Allah itu. Mari ujian keikhlasan kita buktikan dalam membangunan masjid kita, khususnya menyelesaikan kubah yang belum terpasang.

Sesungguhnya ibadah qurban tidak hanya soal ibadah saja. Berqurban mengandung manfaat ekonomi dan sosial yang besar di sisi Allah. Qurban, bukan hanya perihal ritual yang dikerjakan selama satu hari dalam setahun. Tapi qurban memikirkan bagaimana proses perjalanan kurban itu, sejak mengumpulkan biayanya, membeli hewannya hingga memotong dan membagi-bagikannya kepada yang berhak. Itu semua memerlukan kesabaran dan keikhlasan. Akan loloskah kita dalam ujian keikhlasan ini? Hanya kita yang akan menjawabnya,

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah, sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”

Demikian khutbah ini, semoga bermanfaat untuk kita semua. Mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan serta terima kasih atas segala perhatian.***

Barakallohu lana walakum, manafa’ni waiyyakum bima fihi laallakum tuflihun. Wasalamualaikum ww.

*Untuk Masjid Al-Ubudiyah Wonosari, 10 Juli 2022 (10 Zulhijjah 1443)