Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan

12 Sep 2023

Dua Kosong di Facebook Saja

Dua Kosong di Facebook Saja


KEINGINAN untuk menyaksikan laga antara Turkmenistan melawan Indonesia Kualifikasi Piala Asia U-23 Tahun 2024 malam ini (Selasa, 12/09/2023) tidak dapat saya bendung. Peliknya, televisi di rumah tidak menyiarkan secara live karena diacak. RCTI yang punya hak siar, tiba-tiba mati begitu saja sejenak pertandingan dimulai. Pastilah karena tidak berlangganan chanel yang ada di televisi saya itu. Bagaimana, ya? 

Pada beberapa berita online sebenarnya ada informasi bahwa pertandingan itu ada disiarkan melalui live streaming RCTI juga. Artinya bisa di HP atau di laptop saja. Saya tidak pula terlalu familiar dengan live streaming berbayar itu. Sampai saat ini saya belum bisa menyaksikan pertandingan sepakbola secara live melalu streaming itu. Benar-benar membuat saya pusing karena bakal tidak dapat menyaksikan laga secara langsung meski hanya lewat layar kaca. Bagaimana, ya? Ah, pertanyaan bodoh, kata saya dalam hati.

Saya teringat, anak saya pernah mengajarkan kalau di facebook biasanya suka ada yang menyiarkannya secara live juga laga-laga seperti itu. Akhirnya, saya coba cari link siaran langsung pertandingan di Grup K itu melalui aplikasi facebook. Saya benar-benar bergembira karena akhirnya saya dapat juga menonton siaran langsung pertandingan antar negara itu. Sungguh menyenangkan. Walaupun hanya melalui facebook saya cukup puas.

Dari menit pertama hingga ke menit terakhir saya tidak melepaskan pandangan dari layar laptop via facebook itu. Kemenangan 2-0 (dua kosong) yang diraih Tim Garuda hingga fluit terakhir melengkapi kebanggaan saya menyaksikan laga hebat malam ini. Terima kasih, sahabat FB yang menyiarkan langsung laga ini.*** (M. Rasyid Nur)

6 Agu 2023

Menang dan Kalah Dramatisnya Sama

Menang dan Kalah Dramatisnya Sama


SAYA sangat puas tapi tak bangga menyaksikan partai final Australia Terbuka Bulutangkis Super 500, Ahad (06/08/2023) sore ini. Bahkan sejak babak penyisihan di awal bulan kemrin itu saya hampir tiap hari menyaksikan dengan rasa memuaskan. Setiap partai berlangsung alot dan menegangkan. Apalagi di final hari ini.

Tentu saja hanya di layar kaca saya menyaksikan secara langsung. Ada televisi yang menyiarkan secara live. Belum memungkinkan langsung ke Negeri Kanguru itu untuk menyaksikan laga-laga hebat itu. Tapi walaupun puas tentu saja saya --mungkin Anda juga-- tidak bangga karena yang berlaga hanya orang 'sana' semua alias orang bukan kita. Maksudnya tak ada orang Negara Kita yang berlaga di final kali ini. 

Saya sebut puas karena laga final semua partai begitu hebat menegangkan. Menang dan kalahnya terasa dramatis. Tidak ada pertandingan yang berjalan mulus alias ebrat sebelah. Namanya parta final. 
Laga final Australia Terbuka ini didominasi oleh China, Jepang dan Korea. Hanya India yang menyela di dalamnya, mewakili tuggal putra di final. Dan partai tunggal putra inilah yang paling seru menurut saksi mata via kaca televisi saya.

Sesungguhnya sejak partai pertama, tunggal putri antara Amerika dengan China hingga partai kelima, ganda putra antara China melawan Korea saya full menyaksikannya di layar kaca. Saya memberi catatan tersendiri laga final tuggal putra antara China, Weng Hong Yang melawan jago India, HS Parannoy. Bagaimana tidak? Melihat catatan sebelumnya maka hasil petang ini mungkin ada yang menganggap di luar dugaan sekaligus menegangkan.

Pemain China dikatakan pemain bukan unggulan, sebaliknya Parannoy. Nyatanya di set pertama Weng dengan mudah memenangkan pertandingan dalam waktu hanya 17 menit. Tapi di set kedua pemain India bangkit. Dari tertinggal, dia mengejar dan memenangkan set ini dalam waktu cukup lama, 36 menit. Itu bukan waktu yang singkat. Keduanya sudah tampak lelah sekali. 

Lalu terjadi perpanjangan set ketiga. Laga tetap sengit. Meskipun Parannoy tampak di atas angin dengan selalu mendahului angka, nyatanya titisan Lin Dan itu pantang menyerah. Tertinggal pada posisi nyaris selesai bagi Parannoy di angka 19 sementara Weng baru 15, pelan-pelan dia mengejar. Lalu deuce beberapa kali sampai akhirnya dia memenangkan laga ini dalam waktu 89 menit. China bersorak karena dua finalis lainnya gagal menjadi juara. Bagi saya, menang dan kalah sama dramatisnya. Puasa namun tak bangga.*** (M. Rasyid Nur)

26 Jun 2023

Tim Volly Putri Mendebarkan Hati

Tim Volly Putri Mendebarkan Hati


KALAU ada pertandingan olahraga yang membuat hati begitu berdebar kencang, salah satunya adalah laga final volly putri AVC Challenge Cup antara Timnas Putri Indonesia melawan Vietnam itu. Seperti saat Timnas kita melawan China Taipe di semifinalnya kita yang menyaksikannya secara live begitu dibuat tidak tenang duduk. Apalagi jika langsung di stadionnya.

Sayangnya di final semalam, itu Timnas kita harus puas menjadi runner up saja. Lima set melawan China Taipe Srikandi Indonesia mampu keluar sebagai pemenang. Tapi di final, meskipun juga harus lima set, Vietnam ternyata lebih perkasa dan tentunya lebih beruntung. 

Menyaksikan lewat layar kaca tv sederhana di rumah pada  Ahad (25/06/2023) malam semalam saya memang rada gelisah dibuatnya. Sejak set pertama hingga set kelima laga itu benar-benar mendebarkan. Coba disimak ketatnya angka yang mereka catatkan, 18-25, 27-25, 25-21, 20-25, 13-15 dengan posisi 3-2 untuk Vietnam. Tentu saja kita kecewa. Selain tidak jadi bisa membalas kekalahan di SEA Games lalu, kita juga gagal naik satu peringkat di Asia Level Dua ini. Namun kita tetap bangga. Para Srikandi seperti, Arneta Putri, Ratri Wulandari, Megawati Hangestri, Medi Yoku, Indah, Wilda Nur Fadhillah dan lain-lain itu sangatlah berjasa mengharumkan bangsa Indonesia, minimal di Asia.

Coba kita ulang catatannya. Di awal set pertama berjalan ketat. Indonesia sempat tertinggal 0-2, tetapi kemudian mampu menyamakan skor menjadi 3-3. Setelah itu Indonesia tertinggal lagi pada posisi 7-11 setelah Vietnam tidak terbendung serangannya. Namun Indonesia meraih tiga poin beruntun untuk merapatkan jarak menjadi 10-11.

Angka ketat terus berlanjut. Serangan Vietnam lewat smesh pendek quick kerap menghasilkan banyak poin yang membuat Indonesia tertinggal 11-21. Indonesia terus tertinggal hingga 15-24 meski sempat diperkecil menjadi 18-24. Vietnam menutup set pertama dengan kemenangan 25-18 setelah block Indonesia keluar.

Set berikutnya kita unggul 3-1 di awal hingga 13-11. Keunggulan mampu dipertahankan hingga 21-18. Sayang, di poin-poin kritis, Indonesia terlena sehingga skor imbang 22-22 dan 24-24. Laga di akhir kian menegangkan saat skor kembali imbang 25-25. Namun dua poin beruntun didapat Indonesia untuk menutup set kedua dengan kemenangan 27-25.

Set ketiga, keempat dan kelimat sama ketatnya. Mungkin akan menambah sedikit sedih jika harus diulang-ulang lagi jalannya angka per angka itu. Intinya setiap point yang didapatkan oleh kedua tim adalah angka yang membuat hati kita berdebar. Jika jantung tidak terlalu kuat menyaksikan perolehan angka demi angka khawatir juga akan membuat sesak dada. Dan jika dada sebelah kiri yang terasa, nauzubillah itu akan berbahaya. Saya, syukurnya hanya sekadar berdebar saja. Selamat buat srikandi Indonesia meskipun tidak mampu seperti ketika menghadapi China Taipe itu.***
*Selain dari menyaksikannya via televisi juga dilengkapi info-info dari media.

18 Jun 2023

Melawan Axelsen Ginting Belum Bisa Menggunting

Melawan Axelsen Ginting Belum Bisa Menggunting


Catatan M. Rasyid Nur
FINAL bulutangkis Indonesia Terbuka sore Ahad (18/06/2023) ini lumayan membuat jantung berdebar. Menyaksikan siaran langsung melalui salah satu chenel televisi Nasional membuat kedudukan di kurisi serasa panas. Intinya tak nyaman. Berharap Ginting mampu 'menggunting' kemenangan Axelsen ternyata belum bisa. 

Membaca berita dan catatan pertemuan kedua pemain hebat itu dari 16 kali pertemuan, konon 9 pertemuan terakhir Victor Axelsen terus saja menang. Ginting belum mampu memotong kemenangan itu.

Dengan begitu pemain Denmark, Viktor Axelsen, itu tampil menjadi juara nomor tunggal putra bulutangkis Indonesia Open 2023 itu. Sekali lagi, wakil negara kita sebagai tuan rumah, Anthony Sinisuka Ginting belum berdaya mengalahkan Axelsen. Padahal Ginting menjelang bertemu sang penguasa ranking satu dunia, Viktor Axelsen, itu setelah menjinakkan lawan-lawanya sejak babak awal hingga ke semifinal. Rasanya tidak salah kita berharap Ginting akan mengangkat tropi juara di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta sore ini. Ternyata masih sebatas harapan.

Dari salah satu media online kita baca, Axelsen memang memiliki rekor impresif atas Ginting. Tunggal putra Denmark ini sudah mengemas 11 kemenangan dalam 15 laga melawan Ginting. Bahkan, dalam sembilan pertemuan terakhir, Axelsen selalu bisa mengalahkan Ginting (https://www.kompas.com/). Berita media itu menjelaskan bahwa setelah bertemu Ginting untuk kali ke-16, sore ini Axelsen mencoba mendominasi laga sejak awal. 

Dengan tinggi badan mencapai 194 cm plus punya footwork bagus, Axelsen memang kelihatan sangat leluasa meng-cover setiap sisi lapangan yang coba dikirimkan bola bulu itu oleh Ginting. Di lain sisi, Ginting meladeni agresivitas Axelsen dengan banyak melakukan variasi pukulan. Kita catat dalam laga sore ini, Ginting terus tertinggal angkanya walaupun dia juga sempat membuat Axelsen tersungkur dengan smesnya yang tajam.

Bagaimanapun Axelsen memang masih sangat perkasa dalam laga sore ini. Sama, seperti laga-laga yang dia lakoni sebelum sampai ke final bertemu Ginting. Tapi kita harus berteima kasih kepada Ginting yang mampu sampai final. Ada banyak pemain hebat yang ditaklukkan Ginting untuk bertemu Axelsen. Tidak masalah, Ginting, jika saat ini belum juga mampu menggunting kemenangan Axelsen. 

Kita, kami dan semua masyarakat Indonesia akan tetap berdoa, suatu saat ada yang bisa merebut juara dari tangan Axelsen. Saat ini tentu kepada si Gintinglah kita berharap menjadi penggunting kemenangan Axelsen atas dirinya. Entah di even mana, nantinya, kita tunggu saja sambil berdoa. Maju terus, Ginting dan Ginting-ginting yang lain.***

17 Mei 2023

Tak Disangka Garuda Mengoyak Gajah, 5-2

Tak Disangka Garuda Mengoyak Gajah, 5-2


Catatan M. Rasyid Nur

AKANKAH bisa menang? Bisa saja. Memang, ini sudah babak kedua. Sudah menit ke-8 waktu tambahan. Bahkan karena banyaknya pelanggaran, malah sudah menit ke-9 tapi wasit tak kunjung meniup fluit panjang. Dan malapetaka itu tiba. Thaland menyamakan kedudukan, 2-2. Maka belum jadi menang setelah dua babak usai.

Itulah keadaan laga final sepakbola antara kesebelasan Indonesia melawan Thailand malam ini, Selasa (16/05/2023) di ajang Sea Game. Harusnya Indonesia sudah menang. Dari skor 2-0 berubah 2-1. Dan skor ini sudah sampai di waktu tambahan itu tadi. Tapi belum jadi menang karena fluit penutup belum ditiup. Hanya, kalau ditanya, apakah bisa menang? Bisa saja. Tapi ini laga sepertinya belum usai. Protes kelihatannya terjadi dari kubu Indonesia. Penyebabnya karena kelebihan waktu itu. Wasit tidak meniup fluit penutup saat waktu sudah jauh lewat.

Sekali lagi, karena wasit tak juga membunyikan fliutnya walaupun waktu sudah habis, maka Thailand pun membuka asa. Gawang Garuda dibobol Gajah persis di detik akhir sesaat fluit itu dibunyikan wasit. Sengaja menunggu balasan? Entahlah. Jawabannya ada di hati wasit itu. Saya menulis ini dalam lima menit, saat akan dimulaiya babak tambahan setelah skor imbang.. Saya tidak tahu, apakah Indonesia akan mendapatkan impiannya? Entahlah. Bisa saja menang? Bisa. Tapi, ya ditunggu keputusan wasit sepakbola ini di waktu ekstra.

Babak ekstra pun dibuka. Dan dewi fortuna menyebelah Garuda Merah. Benar-benar pecah stadion di Kamboja oleh supporter Indonesia. Anak-anak Thailand di lapangan dan di luar lapangan terkulai lesu. Ini pasti hadiah kesabaran dari anak-anak muda Garuda. Bayangkan, baru saja dua menit laga esktra, jala Gajah dikoyak Garuda. Permainan kian panas pastinya. Saling tekel pun bertaburan. Kartu pun berseliweran. Pemain-pemain Thailand yang bernasib sial lebih banyak mendapat hukuman kartu. Tidak hanya berwarna kuning. Bahkan kartu merah juga sudah diangkat wasit. Thailan semakin lesu. Lebih banyak mereka mengumpulkan kartu itu. Dari warna kuning hingga merah itu. Anak-anak Garuda merangsek maju.

Garuda kian mengepak sayap amarahnya. Gol-gol pun berjatuhan. Ternyata anak-anak Gajah benar-benar lemah dan seperti pasrah. Kalau mereka terjatuh karena ditekel, tidak lagi mereka langsung bangkit seperti ketika masih tertinggal satu gol. Karena sudah tertinggal dua gol bahkan tiga gol, Thailand sudah tidak berdaya. Garuda terlalu ganas buat mereka. Gajah pun dikoyak-koyak kulit tebalnya. Skor sudah tak akan bisa dikejar bahkan diperkecil juga. 

Saat fluit panjang dibunyikan skor pun sudah 5-2. Garuda meraih emas yang kabarnya sudah 32 tahun dirindukan. Malam ini adalah malam bahagia buat pasukan Garudan dan seluruh rakyat Indonesia. Alhamdulillah. Menang juga akhirnya. Emas yang dinantikan pun didapatkan.***