Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

3 Mar 2021

Ketika Masyarakat Menanti Hujan Turun dan Sekolah Dibuka

Ketika Masyarakat Menanti Hujan Turun dan Sekolah Dibuka


SAAT ini masyarakat Kabupaten Karimun tengah menanti hujan turun. Sudah lebih dua bulan panas matahari membakar bumi Negeri Berazam. Teriknya matahari saat ini begitu terasa menusuk. Walaupun kabupaten yang terdiri dari beberapa pulau ini dikatakan tidak mempunyai musim –hujan atau panas—tapi nyatanya saat ini masayarakat merasakan bagaikan musim kemarau panjang. “Sudah dua bulan lebih hujan tak turun,” kata Mas Sasnto tetangga saya mengomentari hujan yang belum juga turun.

Salah satu media online, RADIOAZAM.ID juga menurunkan berita perihal panasnya Kabupaten Karimun saat ini. Mengutip berita situs itu, katanya musim kemarau yang melanda Kabupaten Karimun dan sekitarnya saat ini diprediksi baru akan mulai berkurang pada April mendatang. Saat itu akan terjadi curah hujan meski dalam intensitas sedang.

Mengutip Kepala Stasiun Meteorologi Raja Haji Abdullah, Raden Eko Sarjono berita Radioazam.Id mengatakan cuaca panas baru akan berkurang pada bulan April mendatang. Itu jika dibandingkan dengan bulan Januari hingga Maret ini maka bulan April nanti akan lebih sejuk. Lebih jauh Pak Eko menjelaskan bahwa Kabupaten Karimun termasuk salah satu wilayah yang intensitas curah hujannya dalam kategori rendah. Prakiraan cuaca memprediksi pada April nanti akan terjadi hujan, setidaknya lebih baik jika dibanding saat ini. Maksudnya berbanding Januari, Februari dan Maret ini.

Kabupaten Karimun dan masyarakatnya, selain tengah berharap dan menanti turunnya hujan, saat ini juga tengah menanti kebijakan Pemerintah Daerah untuk dibukanya kembali sekolah. Sejak corona ada dan Pemerintah menutup sementara sekolah dalam rentang waktu yang sudah hampir satu tahun, kini masyarakat sudah sangat berharap sekolah kembali dibuka. Berkurangnya jumlah pasien covid-19 di Kabupaten Karimun diharapkan mengubah kebijakan Pemda Karimun dari menutup sekolah kepada membuka kembali.

Secara terbatas, di beberapa kecamatan sebenarnya sudah mulai dibuka untuk pembelajaran tatap muka sejak satu bulan terakhir. Sudah ada tujuh kecamatan dari 12 kecamatan yang dibuka sekolah-sekolahnya. Sisanya itu yang kini berharap agar dibuka juga. Menanti datangnya hujan agar kebakaran lahan tidak terus terjadi sama harapannya seperti menanti dibukanya sekolah agar kejenuhan orang tua dan siswa tidak semakin tinggi dan semakin lama lagi. Guru-guru juga sudah sangat rindu kepada anak-anaknya di sekolah.

Jika Kabupaten Karimun dikatakan oleh Kepala Stasiun Meteorologi bahwa sejatinya merupakan wilayah non musim atau tidak memiliki musim namun tetap serasa musim kemarau, begitun juga di sekolah. Sesungguhnya selama covid menutup sekolah bukanlah musim (masa) libur sekolah. Tapi anak-anak atau orang tua boleh jadi menganggap sekolah tengah libur karena anak-anak tetap saja di rumah.

Jadi, inilah saatnya Pemerintah segera mengubah kebijakannya mengingat keadaan covid-19 yang sudah jauh berkurang saat ini. Kabarnya sudah tinggal beberapa orang saja pasien yang masih dirawat. Jika sekolah diizinkan dibuka dengan tetap memakai protokoler kesehatan, tentu saja masyarakat sangat senang.***

 

9 Des 2020

Memaksakan Keteladanan (Berharap Tokoh Memberi Contoh)

Memaksakan Keteladanan (Berharap Tokoh Memberi Contoh)


M. Rasyid Nur

MENURUT satu pendapat dari banyak pendapat yang bersiliweran di media masa (koran, majalah, televisi, dll) tentang mengapa begitu susahnya menjalankan ketentuan dan peraturan oleh masyarakat kita di negerinya sendiri, bisa disebabkan oleh minusnya keteladanan dari para tokoh (pemimpin) dalam menjalankan ketentuan dan peraturan itu sendiri. Berbagai pelanggaran yang setiap saat dapat disaksikan, itu bisa dikarenakan tidak adanya contoh kepatuhan pada peraturan oleh orang-orang yang seharusnya mencontohkannya. Esensinya tiada keteladanan dalam penerapan peraturan menyebabkan orang tidak mematuhi peraturan. Satu kesimpulan, jika dirumuskan. 

Dari pelanggaran yang paling kecil –seumpama membuang sampah sembarangan– hingga pelanggaran super besar –seumpama korupsi, menilep uang rakyat hingga miliaran bahkan triliunan rupiah– terus saja dapat dilihat atau didengar beritanya di media-media kita. Menurut pendapat ini, pelanggaran itu disebabkan karena tidak adanya orang-orang yang pantas untuk dicontoh dalam penerapan peraturan dan ketentuan yang seharusnya dilaksanakan. Sekurang-kiurangnya teramat sulit mencari tokoh teladan dalam mematuhi peraturan. Jakapun ada, sangatlah sedikit sehingga seperti tak ada. Tidak dominan.

Sesungguhnya mereka yang dipandang sebagai tokoh sejatinmya menunjukkan dan meneladankan kepatuhan terhadap peraturan dalam kehidupan sepanjang waktu dan sepanjang hari. Namun apa boleh buat, mereka tidak atau belum mencontohkan bagaimana mematuhi perturan dalam kenyataan sehari-hari. Masyarakat awam yang harusnya mematuhi segala ketentuan yang berlaku dalam kehidupan, bingung atau enggan melakukannya karena tak adanya keteladanan. Maka jadilah begitu sulitnya menerapkan peraturan di tengah-tengah masyarkat sendiri.

Memang harus diakui, sejak bangsa ini berpemimpin sendiri (baca: merdeka) lebih dari 70-an tahun silam, belum juga bangsa ini menjadikan kebiasaan (karakter) ‘patuh pada peraturan’ sebagai tradisi hidup sehari-hari. Belum juga timbul tradisi merasa wajib mematuhi segala peraturan. Justeru yang terdengar di dalam masyarakat adalah pameo, ‘peraturan dibuat untuk dilanggar’ yang mencerminkan betapa bangsa ini lebih cenderung melanggar peraturan dari pada mematuhinya. Disadari atau tidak, karakter yang terbangun justeru karakter melawan ketentuan.

Pameo itu tidaklah isapan jempol saja. Di hampir semua tempat dan semua tingkatan –institusi, komunitas, kelompok, dst—dengan sangat mudah terjadi dan ditemukan pelanggaran peraturan walaupun seharusnya tidak perlu terjadi pelanggaran. Melawan kebenaran dan ketentuan seolah sama enaknya dengan mendapatkan keberuntungan. Pokoknya di hampir semua tempat selalu ditemukan drama pelanggaran peraturan.

Di beberapa institusi sudah tidak asing lagi orang berbicara perihal banyaknya terjadi pelanggaran hukum. Entah menteri, pejabat tinggi dan banyak lagi. Geli, memang jika direnung-renungkan episode pejabat yang melibatkan beberapa pejabat juga dalam pelanggaran hukum. Dulu, ada kisah Gayus, Urip dan beberapa kasus yang melibatkan isntitusi hukum sendiri. Mereka merusak institusi mereka. Belakangan dan sampai hari ini, kita masih terus membaca berita pelanggaran hukum yang melibatkan pejabat yang nota bene mengerti hukum.

Cerita bersambung ala ‘cinta fitri’ tentang mafia hukum di institusi hukum lain juga sering kita baca beritanya. Kisah-kisah oknum jaksa, polisi, menteri dan pejabat lainnya masih juga menghiasi informasi kita. Ini tidak harus terus terjadi jika peraturan dan ketentuan ingin dipatuhi. Harus dimulai dari para tokoh dan pejabat ini. Jika dilaksanakan oleh orang atas maka dengan mudah dilaksanakan di bawah karena adanya teladan.

Tentang adanya pelanggaran oleh para pemegang dan pejabat di beberapa institusi, itu tidak dapat ditutup-tutupi. Di institusi keuangan, milsanya juga ada. Entah pajak yang digelapkan, penyaluran dana yang diselewengkan dan lain sebagainya. Dulu, seorang ekonomom (almarhum) terkenal pernah menyatakan bahwa keuangan Negara ini ditilep penyelenggaran Negara lebih dari 30 %, itu ternyata tidak omongan kosong saja. Pelanggaran juga di terjadi di lapangan hijau alias di bidang olahraga, misalnya.

Di sekolah? Pun tidak kurang pelanggaran hukumnya. Mulai dari guru yang terlambat mengajar, siswa yang tak hendak menghiraukan tata tertib sampai kepada pencurangan ujian, termasuk Ujian Nasional yang nota bene dirancang dan dilaksanakan oleh Pemerintah dengan begitu. Asyiknya, sekolah-sekolah yang berhasil dengan baik mencurangi ujian asalkan tingkat kelulusannya tinggi dan kecurangannya tidak diketahui, maka sekolah itu dianggap baik oleh masyarakat. Ini sebagiannya tentu saja catatan masa lalu. Saat UN masih didewakan. Syukurlah dengan beberapa perubahan Kemdikbud dalam pelaksanaan ujian yang tidak terlalu mendewakan UN itu.

Untuk dan atas segala pelanggaran itu selalu ada alasan pembelaan. Pembelaan yang selalu dikemukakan tentu saja bahwa pelanggaran itu tidaklah dilakukan oleh lembaganya. Itu hanya oleh oknum-oknum saja. Inilah yang selama ini dijadikan alasan betapa susahnya memberantas pelanggaran di sebuah lembaga. Lagi-lagi keteladanan tidak dikedepankan.

Di sinilah perlunya keteladanan. Harus ada yang mencontohkan bahwa peraturan itu memang harus dipatuhi. Jangan lagi dilanggar. Bahwa keteladanan itu berat, memang berat. Tapi kapan bisa maju jika peraturan belum juga bisa dilaksanakan dengan baik. 

Jika bangsa ini tidak bisa mencontoh Jepang atau Jerman yang kesadaran ketaatan akan peraturannya sudah sangat tinggi, kita bisa saja mencontoh Singapura yang untuk mencontohkan keteladanan harus dipaksakan. Jika di Jepang atau Jerman rakyatanya sudah secara naluri (tanpa pakjsa) mematuhi peraturan sementara Singapura kita kenal kepemimpinannya yang keras (boleh disebut diktator) namun untuk kepentingan bersama, kita bisa saja mengadoposinya.

Syukurlah, jika satu-dua tahun belakangan ini sudah ada gebrakan dari beberapa lembaga, seperti KPK untuk memberikan hukuman sekaligus keteladanan dalam penerapan peraturan. Para pegawai KPK menunjukkan bahwa mereka mereka terlebih dahulu mematuhi peraturan. Dan beberapa orang (masih sedikit) yang berani lantang menyebut perlunya penerapan hukum yang benar, semoga suara-suara itu semakin banyak berbunyi. Kelak, keteladanan itu benar-benar mendominasi para pejabat dan tokoh bangsa.***

23 Nov 2020

Rahasia Best Seller Buku Indie (Catatan dari Webinar TNGP 2020)

Rahasia Best Seller Buku Indie (Catatan dari Webinar TNGP 2020)


HARI Ahad (22/11/2020) itu cuaca di Karimun, setidak-tidaknya di sekitar kampung saya, sedikit mendung. Tapi bagi saya dan semua anggota Media Guru Indonesia (MGI) yang sudah bersiap untuk ikut Webinar TNGP (Temu Nasional Guru Penulis) hari ini pasti tidak merasa mendung hatinya. Webinar hari ini adalah Webinar kedua dari rencana lima Webinar TNGP MGI, setelah kemarin Sabtu (21/11/2020) dilaksanakan Webinar pertama. Insyaallah masih ada tiga kali webinar lagi, 25, 28 dan 29 bulan ini. Tema Webinar kedua hari ini adalah “Rahasia Best Seller Buku Indi’.

Tepat pukul 09.00 WIB acara dimulai. Berakhir pada pukul 11.35 sebagaimana saya lihat di jam dinding di kamar saya. Tapi saya tidak masuk ruangan (zoom) karena mengikuti kegiatan ini sambil juga ada kegiatan lain. Yang penting dapat menyimak dengan utuh. Dengan dipandu oleh Ibu Pipit Pudji Astutik, M Pd, MM, seorang Instruktur Nasional Media Guru dan didampingi Mas Syaiful Rahman acara yang sudah ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Media Guru berlangsung meriah, riah-riah.

Sebagai Keynote speaker, hari ini tetap Pak CEO MGI, Mohammad Ihsan. dalam sambutannya mengatakan pentingnya guru, selain menulis dan menerbitkan buku, juga harus mampu memasarkannya. Jadikan buku itu menjadi uang yang merupakan hasil investasi ilmu kita. Untuk itu hargai buku teman-teman kita dengan membelinya.

Pak CEO mengatakan begini, “Hargai buku karya guru dengan cara membeli. Jangan punya mental gratisan”. Kita setuju, kita tidak hanya mau dapat buku gratisan. Kita hargai dengan membeli karya teman-teman kita. Tentu saja dengan guru membayar sesama guru, akan muncul saling mengapresiasi produk dan karya intelektual kita. Selain itu akan menjadi kekuatan dan motivasi untuk semakin produktif. Itu sedikit catatan saya tentang sambutan Pak CEO yang sangat memotivasi kita. Dan masih sangat banyak hal yang disampaikannya kepada kita. Silakan ulang simak di chanel YouTobe Media Guru.

Webinar kali ini seperti sudah kita simak di info-info sebelumnya, ini menghadirkan empat orang narasumber yang bukunya bisa menjadi best seller. Mereka sudah pasti mempunyai kiat-kiat atau jurus tersendiri bagaimana bukunya bisa laku dan menghasilkan fulus. Keempat narsum hari ini adalah, 1) Ibu Yunita Kwartarani, M.Pd Guru SDI Al Ikhlas Jakarta Selatan; 2) Ibu Lilik Fatkhu Diniyah, Guru MI Al Iman Kota Magelang; 3) Drs. Seh Muli Pinem, M.Pd. Kasi Kurikulum SMP Dinas Pendidikan Kab. Deli Serdang; 4) Suhud Rois, Guru Sekolah Peradaban Insan Mulia, Cimahi. Kita akan ulang catat paparan mereka berikut.

Narsum pertama, Ibu Yunita Kwartarani, M.Pd Guru SDI Al Ikhlas Jakarta Selatan. Dalam paparannya, Bu Yunita menjelaskan bahwa bukunya menjadi best seller, itu bermula dari pengalaman kesehariannya dari curhatan-curhatan dengan teman-teman dan siswa-siswinya. Para teman dan anak-didik inilah yang banyak membaca bukunya. Itu salah satunya.

Kiat lain, kata Bu Yunita, kita harus menulis cerita yang bisa membuat orang bangkit dari keterpurukannya, misalnya. Mataeri-materi yang diperlukan orang, pasti saja akan dicari oleh orang. Dan buku kita akan laku keras, katanya. Dan kiat lain yang juga disampaikan Bu Yunita adalah dengan  mempromosikan melalui media sosial. Di Media Guru juga ada medsos kita (FB MGI) yang anggotanya hampir 80 ribu. Itu pasar potensial, tentunya.

Narsum kedua adalah Ibu Lilik Fatkhu Diniyah yang sehari-hari sebagai Guru MI Al Iman Kota Magelang. Menurut Bu Lilik, untuk penulis pemula hendaknya luruskan niat terlebih dulu. Katanya, "Niatkan menulis dengan tulus untuk berbagi, Kalau kita niat tulus ihlas insyaallah akan memberikan jalan kemudahan bagi kita." Bu Lilik juga mengatakan bahwa isi buku itu hendaklah yang menginspirasi. Dan yang paling tepat untuk pemula yaitu menulis memoar. Mengapa kok memoar?. Karena orang akan lebih tertarik dan penasaran. Memoar juga tidak selalu membutuhkan referensi, sebagaimana buku ilmiah lainnya. Begitu katanya.

Ada beberapa pesan Bu Lilik yang perlu kita contoh, antara lain, 1). Berbagi buku dengan public figure seperti misalnya, Menteri, Gubernur, Bupati, Kakankemenag,  Kemdikbud, Kadis dall. Tentu saja berfoto dengan public figure saat menyerahkan buku akan menjadi satu promosi tersendiri. 2). Menjalin komunikasi yang baik dengan siapapun. Berbagi ilmu dan pengalaman secara ihlas sehingga bisa diundang sebagai nara sumber di mana-mana. 3). Menggunakan buku sebagai bahan pelatihan dan bahan diskusi dimana-mana. Dan amsih banyak yang disampaikan Bu Lilik. Pastinya ada di chanel YouTobe kita, Media Guru.

Nara sumber ketiga adalah Drs. Seh Muli Pinem, M.Pd. Jabatan sehari-harinya adalah Kasi Kurikulum SMP Dinas Pendidikan Kab. Deli Serdang. Buku yang menjadi best seller belyau berjudul MeSRA di Sekolah, yang dia tulis berdasarkan pengalaman yang diterapkan sehari-hari di sekolah. Menurutnya buku ini menjadi best seller bermula dengan disampaikan dari mulut ke mulut, misalnya saat rapat K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), MGMP, dalam rapat organisasi atau komunitas tertentu. Singkatnya agar buku bisa best seller menurut melakukan komunikasi terutama di komunitas kita terlabih dahulu.

Seperti narsum sebelumnya, Pak Seh Muli juga mengontak dan menjalin komunikasi dengan orang-orang hebat, orarng-oang yang sudah punya nama. Lalu dia juga berkoordinasi dengan orang-orang yang akan dapat membantunya. Dengan membuat caover yang berukuran besar, dia memperkenalkan bukunya kepada siapa saja. Dan dengan itulah, bukunya alhamdulillah laku keras.

Nara sumber terakhir yang tampil adalah Suhud Rois, Guru Sekolah Peradaban Insan Mulia, Cimahi. Menurut Suhud Rois --dengan mengutip pendapat seseorang-- menulis itu adalah transfer perasaan, karena itu itu tulislah buku yang bergizi. Lantas bagaimana agar buku bisa menjadi best seller? Kunci awalnya, katanya harus diapstikan bahwa isi buku kita adalah hal penting. Itu adalah perasaan sebenarnya. 

Untuk langkah-langkah lain yang dia lakukan antara lain, 1). Membagikan buku secara gratis kepada teman-teman atau komunitas, bahkan kepada orang yang tak kenal. Ini juga dilakukan narsum sebelumnya.  2). Menjadikan buku sebagai hadiah. 3. Ikut terlibat dalam even-even seumpama ikut pameran buku, dst 4. Memposting testimony dari berbagai kalangan. Dan tentu saja masih banyak langkah lainnya. Initinya, bagaimana buku bisa dinikmati oleh orang lain. Pembaca itu bukan mencari tampilan buku, tapi isi buku. Jadi, benar pernyataan Pak Suhud bahwa isi buku lebih penting. Buatlah buku yang bergizi, menginspirasi. Pasti dicari. Begitulah dia menutup paparannya.

Sesungguhnya, jika kandungan Webinar ini kita catat lebih jlimet tentu saja sangat panjang catatan ini. Namun, dengan sesederhana ini saja sudah begitu banyak yang dapat kita ingat dan kita serap materinya. Maka, jika ingin lebih lengkap, sekali lagi saya mengajak, mari kita ulang tonton chanel YouTobe Media Guru tentang TNGP 2020 ini.

22 Nov 2020

Catatan Webinar TNGP 2020 (Perlunya Membumikan Literasi)

Catatan Webinar TNGP 2020 (Perlunya Membumikan Literasi)


SABTU (21/11/20200 pagi. Persisnya pagi menjelang siang. Sekitar pukul 09.00 WIB saat pintu ruang maya zoom Media Guru Indonesia (MGI) mulai dibuka dan dimasuki para anggota. Itulah waktu digelarnya Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) MGI Tahun 2020. Pertemuan Akbar Tahunan yang pada tahun lalu dipusatkan di Ibu Kota Negara, Jakarta tahu ini harus mau menerima fakta, virtual saja. Covid menjadi penentu keputusan ini.

Tapi tidak masalah. Virtual atau bukan tetaplah ini pertemuan istimewa bagi seluruh warga MGI. Sedikit pun tidak melunturkan khidmat dan semangat pertemuan ini. Sejak diumumkan oleh CEO Media Guru, Pak Muhammad Ihsan beberapa waktu lalu, rencana pertemuan ini sudah membuat keluarga besar MGI seperti tidak sabar menunggu. Respon di FB MGI dan di blog keroyokan Gurusiana.Id membuktikan itu. 

Sabtu pagi itu berkumpullah penuh sesak sebanyak 300 orang anggota MGI dalam satu ruang zoom. Itu jumlah maksimal yang dapat diisi. Sementara dalam jumlah yang jauh lebih banyak harus mengikuti pertemuan melalui live streming MGI. Itulah fakta antusiasme anggota MGI.

Tema webinar TNGP tahun ini adalah 'Strategi Membumikan Literasi'. Satu tema yang akan mengobarkan bara api semangat guru yang sudah terbukti setahun ini. Atau sejak TNGP 2019 lalu. Bagaimana para guru, anggota MGI mengisi hari-hari dengan literasi. Tiada hari tanpa literasi. Bagi yang ikut tantangan sudah pasti akan berkarya setiap hari.

Webinar ini meramng terasa istimewa. Tujuh orang penggiat literasi dari beberapa daerah, dipercaya Pak CEO untuk memberi motivasi kepada seluruh warga MGI di bumi Indonesia. Tema 'membumikan liteasi' itu tentu saja dengan maksud agar kegiatan literasi ini menjangkau lebih banyak lagi para guru atau siapa saja di seluruh bumi Indonesia. Mereka ini, juga adalah para pengurus komunitas literasi di daerah masing-masing.

Dengan host sekaligus moderator Mas Febry Suprapto yang merupakan Instruktur Nasional MGI tampil tujuh orang penggiat literasi seperti, 1). Dra. Yasmi, M.Pd. (Ketua Umum IGPPL Sumatera Barat); 2). M. Maghfur Qumaidi, S.Sos., S.Pd., M.Si. (Ketua Umum IPP Jawa Timur); 3). Agusrida, M.Pd.(Ketua Umum KPPL Kemenag Sumatera Barat); 4). Alphian Sahruddin, S.Pd., M.Pd. (Ketua Umum Penggiat Literasi Anging Mamiri Sulawesi Selatan); 5). Titiek Soertirahaajoe, S.Pd. (Ketua AGPG Grobogan Jawa Tengah); 6). Prawiro Sudirjo (Wakil Ketua IP3L Jawa Barat); dan 7). Dewi Sri Indriati Kusuma, S.Pd., M.Pd. (Bendahara Umum IPPSU Sumatera Utara).

Ketujuh pendekar literasi ini, meskipun oleh host hanya diberi waktu sangat singkat untuk berbagi pengalaman literasi, ternyata itu sudah cukup membuat suasana hangat dan semangat webinarnya. Buktinya, diskusi yang terjadi dari beberapa pertanyaan peserta membuat suasana di ruang zoom begitu meraih dan hidup.

Kita menjadi saksi, betapa banyak hal yang dikupas. Mulai dari suka duka dalam merintis agar literasi dapat mengakar di lingkungan pendidikan terutama para guru, hingga trik atau kiat sukses dalam menerapkan penggalakan literasi di tempat masing-masing. Tidak kalah penting, dibicarakan juga imbas dari pelaksanaan program 'membumikan literasi' tersebut di setiap daerah.

Tidak saya ulas lagi apa saja yang dibicarakan para narasumber. Yang pasti, jika ingin mengulang mendengarkan diskusi dan tanya jawab dalam webinar, silakan disimak kembali dengan membukan YouTobe Media Guru. Rakaman webinar ada di situ.

11 Nov 2020

Catatan dari Lomba Cipta Baca Puisi YDM, "Mereka Pencipta dan Pembaca"

Catatan dari Lomba Cipta Baca Puisi YDM, "Mereka Pencipta dan Pembaca"


YAYASAN Darul Mukmin (YDM) Karimun, baru-bari ini mengadakan Lomba Cipta Baca Puisi. Pesertanya umum dengan batasan usia. Ada kategori A dengan batasan usia antara 6-12 tahun dan ada kategori B dengan batasan usia 12-18 tahun. Artinya dalam usia sekolah. Namun jika ada yang menjelang 18 tahun sudah tamat sekolah, juga dibolehkan ikut serta dalam lomba ini.
Lombanya sendiri berupa menciptakan (mengarang) satu puisi dan dibacakan. Lalu direkam ke dalam video untuk dikirimkan kepada panitia, YDM Karimun. Panitilah yang akan mempostingnya di YouTobe chanel YDM untuk selanjutnya ditonton masyrakat. Sekaligus juri memberikan penilaian kepada setiap peserta. Tiga kriteria yang dijadikan penilaian adalah ekpresi, intonasi dan penampilan peserta. 

Tiga orang juri dipilih ditetap panitia karena dinilai mengusai cara penilaian lomba ini. Selain M. Rasyid Nur dan Noorfamayani (keduanya dari YDM) juga ditunjuk Ketua Dewan Kesenian Karimun, Mas Aji yang juga pernah menjadi juri puisi berskala Nasional sebagai dewan jurinya. Diharapkan ketiganya menilai secara objektif untuk mendapatkan pemenangnya.

Setelah kurang lebih satu bulan disiarkan dan file videonya juga diberikan kepada juri, akhirnya sebanyak enam orang berhasil menjadi juara terbaik dalam Lomba Cipta Karya Baca Puisi yang digelar YDM ini. Keenam orang itu adalah juara i, 2 dan 3 untuk masing-masing kategori. Keenamnya sudah mendaptkan hadiah diserahkan Senin pagi (9/12020) di Gaha Azam YDM.

Adapun keenam peserta terbaik adalah,  1) untuk kategori usia 6 sampai 12 tahun, juara I diraih Winroland Gempita Alam dari SDN 013 Karimun, juara II diarih Fairuz Fatihah Sari dari SDIT Cendikia, juara III diraih Ghaitsa Salma Khairania dari SDN 001 Karimun, dan juara favorit diraih oleh Raditya PRatama Putra dari SDIT Cendikia.

Sementara untuk pemenang kategori usia 12 sampai 18 tahujn, juara I diraih oleh Amanda Gita Safitri dari SMPN 2 Tebing, juara II diraih oleh Astuti dari Kampus UMRAH asal Kecamatan Moro, juara III diraih oleh Berlin Ramadha Pratama dari SMPN 2 Tebing, dan juara favorit diraih oleh Sharafina Mardhotillah Parciagla dari SMPN 1 Tebing. Demikian diumumkan oleh Ketua Panitia, Egy.

Manager SDM, Pendidikan dan Pengembangan Al-Quran Yayasan Darul Mukmin, Noorfamayani mengatakan, para dewan juri yang terdiri dari pihak Yayasan Darul Mukmin, serta dari Sanggar Kibar Budaya dalam hal ini dihadiri oleh Adjie yang adalah Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Karimun sempat dibuat kebingungan dalam menentukan juara, namun berdasarkan penilaian secara objektif dan sesuai dengan karya puisi dari masing-masing peserta, akhirnya diputuskan para juara atau peserta terbaik yang dinilai layak sebagaimana diumumkan panitia.

Komentar Bu Fama lagi, “Alhamdulillah kami baru saja menyerahkan hadiah untuk para juara, insyaallah Lomba Cipta Karya Baca Puisi sempena HUT Kabupaten Karimun ini, akan kami laksanakan secara rutin tiap tahunnya. Baik itu secara online ataupun secara tatap muka jika kondisi pandemi Covid-19 sudah kembali normal,” sebagaimana dikutip dari website Radioazam.Id (10/10/2020).

Ada pesan tentunya yang ingin disampaikan oleh kegiatan Lomba Cipta Karya Baca Puisi ini. Yaitu, bagaimana memahami dengan baik Kabupaten Karimun yang kita tempati ini. Kabupaten yang baru saja berulang tahun untuk ke-21 tahun, hendaklah menjadi perhatian, kata panitia. Itu sebabnya lomba ini dihelat tepat di Hari Ualng Tahun (HUT) Kabupaten Bumi Berazam tahun ini. Diharapkan juga agar mampu memahami budaya-budaya yang ada di Kabupaten Karimun. Dengan begitu mereka, para peserta khususnya dan kita semua pada umumnya bisa menuangkan didalam bentuk puisi. Menjadi sebuah karya yang indah dan enak didengar masyarakat di Kabupaten Karimun. Untuk saat ini prioritas mengarang puisi hanya untuk peserta.

Bagi YDM, yang saat ini seluruh unit pendidikan dibawah naungan Yayasan Darul Mukmin tengah melaksanakan Pendaftara Peserta Didik Baru (PPDB), maka kegiatan ini sekalian diharapkan menjadi promosi kepada orang tua yang akan menyekolahkan anaknya di YDM. Semoga kegiatan ini menjadi salah satu nilai atau daya tarik untuk masyarakat.

Kata Bu Fama lagi, "Agar ada gaungnya dan ada sesuatu yang dilakukan pada momen HUT Kabupaten Karimun. Apa lagi masih pandemi Covid-19 ini, kami ingin membangkitkan semangat para anak-anak kita, untuk tetap berkreasi melalui kegiatan yang digelar oleh Yayasan Darul Mukmin bersempena hari jadi bumi berazam."

Mewakili pengurus YDM, dia juga mengucapkan terimakasih kepada para peserta yang sangat antusias, sehingga terdapat 42 peserta yang mengikuti lomba tersebut dengan mengirimkan video pembacaan pusi karaya mereka sendiri. Namun hanya enam peserta terbaik yang terpilih, termasuk satu peserta favodit untuk setiap kategori. Kelak, semoga tetap ada kegiatan yang dapat menyemangat anak-anak dalam berkreasi di bidang literasi.***